"Selain sering berbicara kaku seperti Google translate, kamu juga tidak peka, Peony. Mengertilah, Aku menyukaimu sejak awal!!" — Van Jeffdan Admaja.
"Maaf, Saya hanya berusaha bersikap profesional, Tuan.” — Peony Thamyta Sedjatie.
***
Peony adalah tuan putri manja yang segala sesuatunya selalu di siapkan oleh para pelayan.
Makan dari sendok emas. Kehidupan layaknya tuan putri yang keinginannya selalu di turuti sang raja. Itulah Peony Thamyta.
Hidupnya serba mewah, apa yang dia inginkan hanya perlu dia katakan dan beberapa menit setelahnya akan menjadi kenyataan.
Setidaknya, hal itu terus berlanjut sebelum Ayahnya —Darius Sedjatie, tiba-tiba menjodohkan Peony dengan anak teman bisnisnya.
Peony yang merasa belum siap menikah pun menolak! Berharap keinginannya kali ini akan terkabulkan, tapi sayangnya kali ini keberuntungan Peony seolah hilang. Darius tak mau menurutinya lagi, sehingga lelaki paruh baya itu menawarkan sebuah perjanjian gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nitapijaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Van Jeffdan
“Sayang kau sudah pulang?”
Jeff menoleh, dia menatap perempuan cantik di depannya itu dengan malas. Jihan, perempuan yang telah menjabat menjadi mantan kekasihnya itu, kini berada di depan pintu mansion Keluarganya.
Untuk apa dia kesini? Pikir Jeffdan setengah kesal.
Pasalnya dia tau, kedatangan Jihan ke sini pasti hanya membuatnya muak. Semakin di buat pusing.
Apalagi dengan penampilannya yang sangat mencolok matanya siapapun yang melihatnya.
Dengan make-up tebal dan pakaian kurang bahan, jihan berjalan mendekati Jeffdan dengan langkah yang sedikit lebar. Berdiri di depan laki-laki tampan itu dan bergelayut manja dengan puppy eyes yang malah membuat lelaki itu semakin mual.
Di singkirkannya tangan kotor jihan dari lengannya. Lalu Jeffdan menatap perempuan itu dengan wajah garang dan tak suka. “Pergi!” Usirnya dingin dan penuh penekanan.
Tapi Jihan tak menjawab, dia malah semakin gencar untuk menyentuh mantan kekasihnya itu. Dengan sedikit menggigit bibir bawahnya, Jihan pun mulai mengelus lembut dada bidang milik Jeffdan.
“Sayang, ayolah jangan terlalu dingin.” Ucap Jihan dengan manja.
Tak mendapat penolakan dari Jeffdan. Jihan semakin nekat, dia beralih menyentuh rahang tegas milik mantan kekasihnya. Tidak tau kah Jihan bahwa Jeffdan tengah menahan kekesalan nya agar tidak terlepas dan kasar?
“Jeff?” Ucapnya lagi, dengan mendayu. Jeffdan yang sudah tak tahan di sentuh-sentuh pun, akhirnya menghempaskan tangan nakal Jihan dengan kasar, membuat gadis itu sedikit tersentak dan meringis.
Lalu di cengkeramnya kuat kedua pipi Jihan oleh Jeffdan sampai membuat bibir merah Jihan monyong beberapa senti.
Jeffdan menggeram dan semakin menekan cengkeraman nya. “Jangan. Pernah. Datang. Ke sini. Lagi. Ingat itu!” Tekannya, lantas segera beranjak masuk ke dalam setelah menghempaskan kasar wajah si perempuan.
“JEFF! AKU BISA JELASIN JEFF, ITU SEMUA SALAH PAHAM! JEFF?? VAN JEFFDAN?!” Teriak Jihan seperti kesetanan saat tubuhnya dengan paksa di bawa keluar oleh para bodyguard yang di perintah Jeffdan tadi.
Bahkan hingga keluar pagar pun perempuan itu masih saja berteriak memanggil nama Jeffdan. Padahal jarak dari pagar hingga ke depan pintu mansion sangat lah jauh, jadi tidak ada kemungkinan Jeffdan mendengar teriakan permohonan dari si mantan kekasihnya.
“Diam!”
“Dasar perempuan murahan! Tidak punya harga diri dan juga etika!!” Seru para bodyguard tadi. Lalu kembali ke tempatnya untuk menjaga pintu pagar yang menjulang tinggi itu.
...•TUAN & NONA•...
Jeffdan masuk ke dalam kamarnya, dia berniat untuk membersihkan tubuhnya dan segera berganti pakaian. Hampir seharian penuh lelaki itu hanya duduk dan berkutat dengan layar komputernya.
Pekerjaannya yang menyita banyak waktu, bahkan untuk sekedar berhenti makan siang pun sepertinya akan sangat susah. Untung, masalah nya sudah selesai! Jadi dia bisa bekerja seperti biasanya lagi.
Ingatannya kembali pada kejadian sebelum di luar tadi, ketika dia ingin meminta maaf kepada gadis yang dia tabrak. Tapi malah di tuduh sebagai mata-mata?
Astaga, apakah gadis itu memang dari kalangan orang penting, sampai perlu di mata-matai segala. Lagian, pakaian yang di kenakan gadis itu sangat tidak mencerminkan seorang Tuan putri, kan?
Tapi, suaranya tadi sepertinya tidak asing bagi Jeffdan?
Tak mau berlarut memikirkan gadis asing. Jeffdan kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda, hingga kepalanya terpaksa menoleh saat dirasa ada yang membuka pintu kamar.
Itu Mommy-nya, Tzuyu datang dengan cangkir teh chamomile di tangan kanannya. Jeffdan tersenyum simpul menyambut kedatangan wanita yang dia cintai, dia meletakan handuk yang tengah di gunakan nya untuk mengeringkan rambut begitu saja.
“Jeff, bagaimana dengan asisten yang kemarin Mommy bicarakan?” Tanya Tzuyu mengukik perintahnya kemarin. Wanita itu meletakan cangkir teh yang dibawanya di atas nakas samping kasur.
Berganti dengan mengambil handuk kecil yang di lemari Jeffdan sembarangan, dan membawa anak bungsu kesayangannya untuk duduk di hadapannya, mengusap rambut lembab putranya untuk di keringkan.
“Entah lah Mom, sepertinya Sekretaris ku belum juga mendapatkan seseorang yang cocok.” Jawabnya, Jeffdan dengan manja memeluk pinggang ramping ibunya.
“Mau Mommy bantu Carikan?” Jeffdan mendongak, dia menatap ke arah Tzuyu dengan mata memincing.
“Benarkah? Kalau begitu silakan, aku akan menerima asisten pilihan Mommy nanti.” Jeffdan tak keberatan.
“Sepertinya esok dia akan datang, tunggulah di kantor, Mommy juga akan ke sana untuk bertemu secara langsung dengan gadis manis itu,” tutur Tzuyu terkekeh kecil. Membuat alis tajam Jeffdan menukik semakin tajam.
“Gadis manis??”
“Iya, Gadis manis yang —“
Ekhem!
