Apa jadinya, jika gadis yang lembut dan baik hati serta memiliki rasa empati yang tinggi berubah menjadi gadis yang cuek dan dingin. Luka yang begitu menyakitkan bahkan mampu mengubah karakter seorang Agatha Lorenzo, bisakah ia melewati masa sulit itu? Apakah ia sanggup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DessertChocoRi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab IV
Setelah keluar dari kelas ia langsung berjalan ke arah supir yang sudah menunggu Agatha di parkiran seperti yang daddynya katakan.
“Pak amir” Agatha memanggil sang sopir yang lagi berkumpul sesama supir siswa lain
Sambil membuang rokok yang sudah mau habis itu dan menginjaknya supaya apinya mati. Pak amir pun sedikit berlari menuju mobilnya dan Agatha yang berdiri disamping mobil.
“Mari non” membukakan pintu mobil anak bosnya sebelum masuk ke dalam mobil
“Makasih Pak amir” tak lupa senyum yang selalu menghiasi wajah Agatha.
Dalam perjalanan Agatha terdiam sambil melihat keluar jendela mobil. Setelah 40 menit dijalan, disinilah Agatha berdiri di hadapan resepsionis kantor The Enzo Company.
“Permisi kak” sapa Agatha
“Iya dek ada yang bisa dibantu?” Jawab resepsionis dengan sopan dan profesional
Karena belum pernah datang ke kantor daddynya dan Agatha pun juga tidak dipublikasikan mengingat banyaknya musuh Jhon yang dapat membahayakan anaknya, maka tak ada yang tahu siapa anak Jhon Lorenzo pemilik The Enzo Company. Bahkan Wanda pun tidak dipublikasikan juga demi keamanan keluarga pikir Jhon.
“Ruangan CEO dimana yah kak?” Dengan sopan dan senyum yang mengembang ia berfikir akan langsung diberitahu oleh kakak cantik didepannya itu ternyata tidak.
“Adek kamu sama siapa disini?”
“Aku sendirian kak”
“Orang tua kamu mana dek?”
“Daddy suruh aku datang kak, kalau om Ricky ada kak?” Kembali bertanya berharap kakak cantik itu mengenal asisten daddynya.
Mendengar itu resepsionis mengingat siapa yang bernama Ricky tetapi di kantor itu nama Ricky cuma ada dua, yang satu asisten CEO dan yang satu lagi kepala bagian divisi produksi, ia kembali berfikir tidak mungkin asisten CEO yang muda sudah punya anak jadi dia langsung menelfon kepala bagian produksi itu.
“Halo Pak Ricky”
“Iya halo Susan, ada apa?”
“Ini pak ada anak perempuan..” ia belum menyelesaikan kalimatnya dan kembali bertanya pada Agatha
“Nama kamu siapa dek”
“Agatha kak”
Kembali menempelkan telepon itu ke telinganya dan kembali berbicara.
“Namanya Agatha pak, apa ini anak bapak?”
“Bukan Susan, anak saya laki-laki”
Mendengar itu ia langsung melihat Agatha dan berfikir apa ia anaknya pak Ricky ganteng.
“Yah.. Yayang ganteng udah ada anak, hancur deh hati adek bang”
“Baik pak kalau begitu terima kasih”
Setelah menutup telepon, Susan menarik nafasnya dan menghembuskan dengan pelan lalu menelfon asisten CEOnya
“Siang pak Ricky, apa bapak mengenal anak perempuan bernama Agatha?”
“Iya”
“Anak itu ada disini pak mencari bapak”
“Pupus sudah harapan cinta ini”
“Saya akan turun” dengan cepat ia melangkah ke lift menuju lobby sesuai perintah atasannya untuk menjemput anaknya.
Sesampainya d lobby Susan melihat asisten CEO itu muncul dan menghampiri anak bosnya, Susan tak mendengar dengan jelas pembicaraan mereka karena ia merasa nyawanya hilang separuh dengan kenyataan yang ia ketahui.
Tok..
Tok..
Suara ketukan pintu yang Agatha buat terdengar dan dari dalam suara daddynya menyuruh ia masuk. Saat membuka pintu ia menatap berbinar ruangan kerja itu dengan segala benda-benda didalamnya yang tersusun rapih.
“Kamu suka ruangan daddy?”
“Suka daddy” Agatha tersenyum senang
“Jika saatnya tiba Agatha akan memiliki ruangan ini dan menggantikan daddy”
“Benarkah daddy?” Senyum yang sejak tadi tak hilang masih melekat di wajah Agatha
Jhon mengangguk mengiyakan ucapannya.
“Daddy minta maaf yah sayang waktu itu sudah menampar kamu?”
Dengan perasaan bersalah ia mengingat bagaimana tangannya tanpa perasaan melayang ke wajah buah hatinya.
Agatha menggeleng sambil tersenyum
“Gak apa-apa daddy aku juga yang salah wajar kalau daddy marah”
Mendengar itu hati Jhon semakin teriris. Istrinya berhasil mendidik anaknya menjadi anak yang baik.
“Maaf juga sayang daddy sempat melupakan hari spesial kita”
“Aku pikir daddy sudah lupa” senyum lembut yang ia berikan untuk daddynya mampu membuat hati Jhon tenang
“Daddy sempat lupa dan baru mengingatnya maka dari itu daddy langsung meneleponmu tadi”
“Iya tidak apa-apa dad, tapi lain kali jangan di ulang yah” ia juga sedih jika daddynya melupakan hari spesial itu.
“Iya sayang.. kita berangkat sekarang yuk”
Agatha mengangguk dan meraih tangan daddynya berjalan bersama. Sesampainya di lobby Susan yang melihat itu pun kaget, mengapa anak itu bergandengan dengan atasannya, bukankah itu anaknya Pak Ricky tampan.
“Bu bunga lilynya yah seratus tangkai”
“Maaf pak bunga Lily sisa lima puluh tangkai”
“Yah sudah tidak apa bu, lima puluh saja”
“Baik ditunggu yah pak” kata sang ibu pemilik flowers
Setelah berangkat dari kantor Jhon singgah di penjual bunga. Setelah menunggu dan membayar ia langsung pergi.
Disinilah ayah dan anak itu berdiri dengan mata yang hendak mengeluarkan air.
“Hay mom..” suara tercekat dan bibir bergetar
“Sayang kami datang” tak jauh berbeda dari Agatha, Jhon pun tak bisa menahan gejolak di hatinya.
Mereka pun duduk sambil berbicara, bercerita, menyampaikan keluh kesahnya seolah orang yang tidur di bawah batu nisan itu bisa mendengar mereka. Setelah sejam lebih Jhon pun mengajak anaknya pulang.
“Mom nanti aku dan daddy datang lagi yah” dengan perasaan sedih ia meninggalkan makam Ibu tercintanya.
“Sayang aku selalu mencintaimu”
Ya di hatinya tetap terukir Aurora, alasannya menikah pun karena istri keduanya memiliki kesamaan dengan mendiang istrinya, dan yang memperkuat alasan untuk menikah kembali pun demi anak semata wayangnya. Walaupun begitu ia menyayangi istri dan anak tirinya.
Untuk hari spesial itu mereka tidak mengajak siapa pun ikut bersama mereka karena itu khusus untuk Jhon dan Agatha.
To be continued..
Hay hay guys
trimakasih sudah mampir
jangan lupa jejaknya yah 😍
