Novel ini berkisah tentang seorang pemimpin pemerintah bereinkarnasi ke dunia fantasi, namun keadaan di kehidupan barunya yang penuh diskriminasi memaksanya untuk membangun peradaban dan aturan baru...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iimnn saharuddin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1.2
"Hei, budak sialan! Cepat bangun atau aku akan menghajarmu!"
Bentakan itu membuatku tersentak, tubuhku bergerak refleks untuk langsung bangun. Namun, perasaan ngantuk ku yang menumpuk akibat kurang tidur membuat kepalaku berputar. Aku berusaha untuk berdiri, tetapi lututku lemas dan hampir membuatku terjatuh.
Zephyr, yang menyadarinya dengan sigap menghampiriku dan menempelkan tangannya di dahiku.
"Ada apa? Apa kamu sakit?" tanyanya dengan nada khawatir.
Aku menggeleng pelan. "Tidak… ini sudah biasa kok."
"Apa?! Kalau begitu biar aku yang membereskan semuanya, kamu istirahat saja!"
Sebelum aku sempat membalas, salah satu pengawal pedagang meneriakkan perintah.
"Hei, goblin! Bereskan semuanya cepat!"
Zephyr menoleh dan menjawab dengan patuh, "Baik." Kemudian, dia segera pergi untuk melakukan tugasnya.
•••
Perjalanan kembali berlanjut. Karena status kami sebagai budak, kami dipisahkan oleh para pedagang dan ditempatkan di kereta yang berbeda. kereta barang yang sempit dan gerah. Di dalamnya, ada enam orang termasuk aku.
Di antara kami ada seorang anak laki-laki, dua pria dewasa, serta dua goblin. Satu wanita dan satu pria. Kami duduk berdesakan di antara peti-peti kayu yang berisi barang dagangan. Udara di dalam terasa berat, bercampur bau keringat dan kayu lapuk.
Salah satu pria dewasa bertubuh besar bernama Lumin, membuka percakapan.
"Kota mana tujuan kita kali ini?" tanyanya dengan suara berat.
Zephyr, yang baru saja masuk ke dalam kereta, menjawab, "Kita akan berlayar menyeberang ke Wilayah Barat."
Aku mengangkat alis. "Tunggu… itu berarti kita akan menuju Pelabuhan penghubung?"
Salah satu goblin yang duduk di sudut ikut menimpali, "Bukankah wilayah di sana melarang perbudakan?"
Zephyr mengangguk. "Benar. Tapi kita hanya akan mengantarkan barang dagangan ini, lalu kembali lagi ke Timur."
Sejenak harapan kecil muncul di wajah beberapa orang di dalam kereta ini. Namun, Zephyr segera melanjutkan dengan nada yang lebih dingin, "Jangan berharap mereka akan melepaskan kita."
Suasana di dalam kereta langsung berubah muram. Tidak ada yang berkata apa-apa lagi dan semuanya terdiam.
Aku menyandarkan kepalaku ke dinding kayu yang keras, mencoba mengatur pikiranku. Pelabuhan penghubung… jika di Wilayah Barat melarang (melegalkan artinya memperbolehkan) perbudakan, mungkinkah ada kemungkinan kecil bagi kami untuk melarikan diri?
Tapi sebelum aku bisa berpikir lebih jauh, suara roda kereta yang berderak di atas tanah berbatu mengingatkanku pada kenyataan.
Tentu saja itu tidak mudah, selagi kutukan ini masih ada di kepala kami. Hanya ada kematian yang akan kami semua alami bagaimana caranya. Kecuali sang majikan membatalkan kutukannya.
Matahari mulai naik, sinarnya menyelinap di antara celah-celah kayu kereta yang sudah termakan usia. Namun, sebelum aku bisa benar-benar menikmati kehangatan sore hari, sebuah suara kasar membangunkanku dengan paksa.
“Hei, budak sialan! Cepat bangun atau aku akan menghajarmu!”
Bentakan itu membuatku tersentak, tubuhku bergerak refleks untuk langsung bangun. Namun, perasaan ngantuk ku yang menumpuk akibat kurang tidur membuat kepalaku berputar. Aku berusaha untuk berdiri, tetapi lututku lemas dan hampir membuatku terjatuh.
Zephyr, yang menyadari keadaanku segera menghampiri dan menempelkan tangannya di dahiku.
“Ada apa? Apa kamu sakit?” tanyanya dengan nada khawatir.
Aku menggeleng pelan. “Tidak… ini sudah biasa kok.”
“Apa?! Kalau begitu biar aku yang membereskan semuanya, kamu istirahat saja!”
Sebelum aku sempat membalas, salah satu pengawal pedagang meneriakkan perintah.
“Hei, goblin! Bereskan semuanya cepat!”
Zephyr menoleh dan menjawab dengan patuh, “Baik.” Kemudian, dia segera pergi untuk melakukan tugasnya.
itu typo ya, seharusnya seperti ini, aku ingin kita semua membangun sebuah desa di bagian sana atau belah sana
typo ya bang?
emosi nya masih belum terasa, itu membuat pembaca belum menghayati dan mengikuti alur secara mendalam. juga pacing nya terlalu cepat, transisi pergantian tempat dan juga suasana masih terlalu tiba-tiba, dari sampai, antri tiket, sampai gudang, dan juga pergantian siang ke malam terlalu tiba-tiba... jadi tambahkan sedikit emosi dibagian awal cerita agar pembaca memiliki kesan pertama yg bagus, juga pacing yang sedikit di perpanjang