Sebuah novel tentang kebucinan suami bernama Ren pada istrinya Ayana, Ini kisah tentang cinta suami berbeda usia. Ini tentang suami yang jauh lebih muda.
Ayana : Tokoh aku, istri yang bekerja sebagai guru SMU. Dia dipanggil kakak oleh suaminya karena perbedaan usia mereka.
Yang gak suka dan ngerasa aneh dengan panggilan Ren pada istrinya, sepertinya ini novel bukan selera kamu kayaknya ya. Karena keuwunan, keimutan dan kegemasan Ren saat memanggil istrinya kakak menjadi titik poinku dalam menceritakan kebucinan Ren. Kalau kalian gak ngerasa fell imut dan mengemaskannya maka fix kita tidak satu aliran. Aku suka cerita ala noona korea soalnya. Hehe.
Renan : Dia biasa di panggil Ren( cuma aya yang panggil begitu) kenapa? suka-suka kak Aya ya. Biar lebih keliatan imutnya. hehe.
Hanya cerita kebucinan suami dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada konflik menegangkan atau apalah. Apalagi pelakor agresif, jauh-jauh dari mereka. Silahkan di baca dan nikmati alurnya ya ^_^
Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita 2 tahun lalu (Part 1)
Udara sore hari ini cukup sejuk. Aku
membisu di meja kerjaku. Setumpuk lembaran ujian anak- anak sudah kuperiksa.
Kulihat jam di hp. Sudah waktunya ya. Ragu, apa aku harus datang.
"Jangan terlambat, lepas
bekerja langsung pergi. Dandan yang cantik, mandi dulu juga." Pesan ibu
terngiang di kepalaku. Gila apa, memang aku suruh mandi dimana. Di sekolah gak
mungkin jugakan. Terserahlah, aku hanya merapikan rambut dan riasan wajahku
seadanya saja. Toh ini bukan kencan, ini cuma kenalan.
" Dia ini anaknya temen ibu dulu waktu di kampus." Ibu membuka obrolan malam denganku, tapi dia sudah
sangat antusias. Kata-katanya sudah seperti, ayo nak menikah saja dengannya.
Bukan lagi sekedar Aya, ada pria yang mau ibu jodohkan padamu, menurutmu
bagaimana? Biasanyakan ibu bertanya dulu, tapi kali ini sepertinya dia sudah
seyakin itu.
"Apaan bu, jodohin anak kok
maksa, kalo mau nostalgia masa kuliah ya sana reunian aja. Gak usah bawa anak-anak juga." Aku bukannya menolak ya.
"Anaknya itu cakep lho. Baik,
imut juga. Anak terakhir, kakak perempuannya sudah pada nikah." Lha, kok
imut.
"Ibu....” Aku merengek karena kali ini sepertinya ibu sangat antusias dan serius.
" Sudah ketemu dulu, siapa tahu
jodoh.” Begitu ibu bicara, dan akupun patuh dan memang harus patuhkan.
Setidaknya aku harus bertemu dulu dengan orangnya. Ibu memberiku selembar foto,
hanya itu. Dia tidak memberiku info apa-apa lagi. “ Nanti kamu kenalan sendiri aja ya.”
Dan disinilah aku, terdampar dalam
keterasingan. Kenapa juga aku datang duluan. Seharusnya aku jalan-jalan kemana
dulu tadi. Tapi dasar, apa aku ini bodoh. Aku sudah sampai disini, bukan karena
antusias atau apa. Tapi kakiku tanpa kusadari sudah membawaku ke restoran
tempat kami janjian.
Segelas jus jambu datang, ku ucapkan
terimakasih pada pelayan yang membawanya. Dia menganguk dan berlalu, membuatku
kembali tengelam dalam penyesalan. Apa keputusanku benar untuk datang sesuai
permintaan ibu.
Kakak perempuannya 3 sudah menikah.
Mamanya itu baik sekali, dulu pas zaman ibu kuliah, kita itu soulmate forever.
Ibu akan senang sekali kalo kamu bisa jadi menantunya. Idih,mengigau apa ibu
ini. Ketemu saja belum sudah bilang menantu. Tuh kan ibu sudah seperti
mengharuskanku berkata ia.
Saat aku sedang menikmati segelas
jus jambu sambil bermain sosial media. Ketawa sendiri melihat vidio lucu. Tanpa
kusadari kapan dia datang, sesosok tubuh sudah berdiri di dekat mejaku. Aku
mendongak. Gila! dia Renan. Aku menelan ludah tidak percaya. Ibu pasti
bercandakan. Ibu pasti sedang mempermainkankukan.
"Maaf kakak aku terlambat." Dia langsung duduk.
Tunggu, dia memanggilku apa kakak.
Jadi dia tahu aku lebih tua darinya. Dilihat dari kepala sampai kaki juga bakal
ketahuan dia ini masih muda. Ya walaupun aku memang tidak kelihatan setua
umurku, tapi jelas-jelas ibu sedang mempermainkanku. Laki-laki di depanku ini
bukannya masih bocah.
"Tidak apa, sepertinya aku yang kecepetan. Mau minum apa?"
"Samaan sama punya kakak." Hei hentikan memanggilku kakak. Kamu tahukan kita kesini untuk perjodohan
nostalgia orangtua kita. Bagaimana kamu bisa seenaknya memanggilku kakak.
Pelayan datang dan mencatat pesanan kami.
"Bisa lihat ktpmu ?" aku langsung bicara saat dia sudah istirahat sejenak dan mengatur nafas.
"Kenapa?" Dia terlihat bingung.
"Kamu tahukan kenapa kita bertemu hari ini, sepertinya orang tua kita sedang bercanda." Kataku lagi
berterus terang.
"Kenapa?" Kenapa saat
mengatakan kenapa dia terlihat imut. Sial. Aku benar-benar memaki diriku sendiri. Sadarlah Aya.
"Kamu tahukan aku lebih tua darimu?" Pasti kamu tahukan, karena jelas-jelas memanggilku kakak. Ibu
pasti sudah cerita tentang aku. Tapi ini curang namanya, kenapa ibu hanya
memberiku selembar foto tanpa mengungkap identitas apapun si pemilik foto itu. kalau tahu yang datang mahluk imut begini aku sudah pasti akan menolak dan tidak datang. Walaupun penasaran aku cukup tahu diri juga kali.
"Tahu." Jawabmu tidak kalah imutnya. Haduh, sial, kenapa orang tampan selalu terlihat imut saat melakukan apapun.
"Tunjukan ktpmu aku ingin tahu berapa umurmu. Sepertinya kamu terlihat lebih muda dari foto yang aku
lihat."
"Kakak juga lebih cantik dari foto yang kulihat."
"Berhenti memanggilku kakak!" Aku setengah berteriak. Sial lagi-lagi wajah kagetmu terlihat
mengemaskan. Aku menelan ludah, senewen sendiri. "Maaf." Kataku pelan
"Kakakan lebih tua dariku, jadi aku harus panggil apa donk." Ya Tuhan, kenapa kau kirimkan makhluk tampan
dan mengemaskan ini di hadapanku. Aku ingin kesal dan marah, tapi kok tidak bisa.
"Panggil saja namaku, Ayana. Aku juga akan panggil kamu nama, Ren."
"Hemmm, gimana ya, aku lebih suka panggil kamu kakak." Dia tersenyum, tidak itu seringai licik bukan
hanya sekedar senyuman. Bagaimana kau bisa tersenyum seperti itu sedangkan tahu
aku sudah geram.
"Apa!" Aku kehabisan
kata-kata. Dan hanya menghela nafas. Aku mengatur nafas. Tenangkan diri, baiklah
terserah mau panggil apa. Terserah kamu. Begitu akhirnya aku bisa menenangkan
pikiranku.
"Berikan ktpmu." Aku masih
belum menyerah memintanya, agak manyun dia mengambil dompet di saku celananya.
Mengeluarkan selembar ktp. Dia belum menyerahkan ktp itu,
masih dia tutup dengn tangannya di atas meja.
"Ahhh aku memang terlihat lebih muda dari usiaku sebenarnya." Katanya lagi, dengan cara bicara yang sama.
"Berikan ktpmu." Aku mulai
gusar karena digerogoti penasaran. Sebenarnya berapa umurnya. Pelan dia
mengeser tangannya, sekarang ktp itu sudah ada di depanku.
"Lepaskan" Aku menarik
ktpnya, dia juga tidak melepaskan dan masih menarik ujung satunya. Tarik
menarik ktp terjadi. "Lepaskan Ren." kataku dengan intonasi rendah. menunjukan kalau aku sudah menahan rasa kesal.
"Baiklah." Sudah berpindah tangan benda kecil itu ke tanganku.
Aku mendelik, gila ya. Maaf bu aku
tidak memakimu. Tapi apa kalian waras saat mau menjodohkan kami. Ya walaupun
perbedaan usia bukan lagi hal yang perlu diperdebatkan, tapi bukannya ini sudah
kelewatan dan tidak masuk akal. "Kamu tau jarak usia kita?" akhirnya
bertanya dengan suara agak kesal.
" Tahu." Apa tahu kenapa dia menjawab masih santai sekali. Memang dia tidak berfikir selisih umur kami
itu berapa.
"Tapi apa benar kamu sudah bekerja dua tahun." Aku menatapnya lekat. Sepertinya tidak mungkin dia
sudah bekerja selama itu.
"Hemm, Aku SMU percepatan dan kuliah 2,5 tahun"
Gila ya, bagaimana dia bisa punya tampang dan otak sekaligus. Bukankah ini termasuk keajaiban dunia.
"Hahaha." Aku cuma bisa tertawa. Tidak tahu harus bangga atau merasa diriku hina. Bagaimana dia bisa
tampan sekaligus berotak cemerlang. "Lima tahun"
"Ia."
"Itu beda usia kita." Kujawab sambil mengetuk meja lima kali. Itu bukan perbedaan yang sedikitkan.
"Terus, memang kenapa?" Dia tersenyum, tapi itu bukan hanya senyuman, itu seringai licik namanya
Makanan pesanan kami datang,
menghentikan perdebatan. Sebenarnya akulah yang berdebat dengan diriku sendiri.
Dia sangat santai, bahkan setelah aku mengatakan jarak usia kami. Pandangannya
padaku tidak berubah, cara dia menatapku memang hangat dan bersahabat. Tapi
tetap inikan sudah berlebihan. Lima tahun lho.
"Karena makanan sudah datang sebaiknya kita makan dulu."
"Baiklah, aku juga lapar." Aku benar-benar tidak percaya dia bicara tanpa beban begitu.
"Apa kamu pulang kerja?" aku membuka pertanyaanku.
"Ia, kakak jugakan?" Jangan panggil aku kakak "Kakak tetap terlihat sangat cantik setelah seharian
bekerja." Apa dia sudah gila. Bagaimana bisa mengatakan dengan wajah
sepolos itu.
Apa? Kenapa melihatku. Apa ada nasi
menempel di pipiku. Tanpa sadar sudah kuraba bibirku. Tidak ada apa-apa. Aku
ingin memaki sekarang.
Baiklah, makanan sudah hampir selesai. Saatnya bicara.
"Baiklah Ren sore ini kita anggap menyenangkan, kita makan makanan enak. Ayo katakan pada orang tua kita
kalau kita berteman. Mereka pasti sedang bergurau tentang menjodohkan kita, mereka
hanya lagi main lucu-lucuanan karena bernostalgia masa kuliah."
“Kenapa?” Apa! Kenapa? Tentu saja
karena usia kita. Karena jarak usia membentang di antara kita. Ya aku tahu, dari
empat mantan pacarku usia dua dari mereka memang lebih muda. Tapi itu cuma hitungan
bulan, bukan tahun seperti ini. "Karena aku lebih muda dari kakak?"
"Tentu saja." Memang apalagi alasanya. Kujawab cepat dan jelas agar dia paham maksudku.
"Tapi aku suka kok" Ren menjawab sambil menghabiskan minumannya.
"Apa!" Aku mendelik padanya.
"Aku suka kakak." Mengatakan dengan polosnya.
"Apa!" Apa dia sedang
menyatakan perasaankan padaku. Apa dia sudah gila, bagaimana dia bisa
menyatakan perasaannya pada pertemuan pertama kami ini.
"Kakak tolong jaga aku mulai
sekarang ya" Renan mengedipkan mata kirinya. Mengatakannya sambil tertawa,
tunggu anak di depanku ini normalkan. Apa artinya dia mau melanjutkan perjodohan
ini.
Ibu kumohon tolong aku.
BERSAMBUNG..............
membaggongkan