Untuk membalaskan dendam keluarganya, Swan Xin menanggalkan pedangnya dan mengenakan jubah sutra. Menjadi selir di Istana Naga yang mematikan, misinya jelas: hancurkan mereka yang telah membantai klannya. Namun, di antara tiga pangeran yang berebut takhta, Pangeran Bungsu yang dingin, San Long, terus menghalangi jalannya. Ketika konspirasi kuno meledak menjadi kudeta berdarah, Swan Xin, putri Jendral Xin, yang tewas karena fitnah keji, harus memilih antara amarah masa lalu atau masa depan kekaisaran. Ia menyadari musuh terbesarnya mungkin adalah satu-satunya sekutu yang bisa menyelamatkan mereka semua.
Langkah mana yang akan Swan Xin pilih?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Sinyal dari pesan Darurat.
Udara di teras itu seolah berubah menjadi kaca beku, memerangkap mereka bertiga dalam keheningan yang tajam dan menusuk. Kabar tentang Kepala Penyiksa itu jatuh di antara mereka seperti batu nisan, berat dan final. Swan Xin merasakan sisa kehangatan terakhir terkuras dari tubuhnya, digantikan oleh hawa dingin yang tak ada hubungannya dengan angin malam.
“Siapa yang dia interogasi?” desis San Long, suaranya memecah keheningan, serendah geraman binatang buas yang terpojok.
“Kami tidak tahu, Yang Mulia,” jawab Prajurit Bayangan itu, posturnya tetap tak tergoyahkan meskipun suasananya begitu mencekik. “Intel kami hanya bisa mengonfirmasi aktivitas di sayap itu. Tidak ada yang bisa mendekat.”
“Tidak mungkin tidak ada yang hilang,” sahut Swan, pikirannya berpacu, mencoba menghubungkan titik-titik dalam kegelapan. “Seorang kapten penjaga? Salah satu menteri rendahan dari faksi Su Yang?”
“Semua orang penting sudah diperiksa keberadaannya,” kata Prajurit itu. “Tidak ada laporan kehilangan.”
“Berarti targetnya bukan orang kita.” San Long melangkah keluar dari pilar, wajahnya keras di bawah cahaya lentera yang berkedip-kedip. “Zheng Long tidak akan mengambil risiko sebesar ini kecuali taruhannya sangat tinggi. Ini pasti utusan dari Selatan. Kurir dari Dewan.”
“Kalau benar begitu,” kata Swan pelan, kengerian dari kesimpulan itu mulai merayap di kulitnya, “itu artinya Zheng Long tidak lagi menunggu. Dia sedang mengambil alih kendali jaringan konspirasi itu.”
“Dia selangkah di depan kita,” gumam San Long. “Selalu selangkah di depan.” Ia menatap tajam pada Swan. “Rencanamu soal Jiang Long… soal longsor itu… kita tidak punya waktu.”
“Aku tahu.” Swan mencengkeram ukiran burung bulbul kayu di tangannya begitu erat hingga tepiannya yang halus terasa tajam. “Dua hari itu kemewahan yang tidak kita miliki. Kita harus bergerak malam ini.”
“Malam ini?” Prajurit Bayangan itu angkat bicara, nadanya penuh keraguan yang tak biasa. “Kediaman Permaisuri dijaga dua kali lipat lebih ketat setelah serangan tadi malam. Mustahil, Nona.”
“Mustahil kalo kita bermain sesuai aturan mereka,” balas Swan dingin. Ia meletakkan ukiran kayu itu di atas meja, seolah meletakkan masa lalunya untuk fokus pada pertempuran di masa kini. “Kalian berdua dengarkan baik-baik.” Ia menatap San Long, lalu ke Prajurit Bayangan itu. “Rencana longsor itu dibatalkan.”
“Dibatalkan?” tanya San Long, alisnya berkerut. “Tapi itu satu-satunya cara kita bisa membuat Selir Agung panik.”
“Kita tidak perlu Selir Agung panik,” koreksi Swan. “Kita cuma perlu Zheng Long *berpikir* kalau kita masih fokus pada Selir Agung.” Ia mencondongkan tubuhnya ke depan. “Aku mau kau,” katanya pada Prajurit Bayangan itu, “menyebar desas-desus. Sebarkan di antara para kasim dan pelayan bahwa aku baru saja menerima pesan dari perbatasan yang isinya kabar buruk soal perdagangan sutra. Biarkan gosip itu sampai ke telinga mata-mata Zheng Long.”
“Hanya gosip?” tanya Prajurit itu.
“Hanya gosip,” konfirmasi Swan. “Zheng Long terlalu pintar untuk menelan umpan itu mentah-mentah, tapi itu cukup untuk membuatnya waspada ke arah yang salah. Dia akan mengira kita masih memainkan permainan yang lambat.”
“Sementara perhatiannya teralihkan oleh gosip palsumu, kau mau apa?” tanya San Long, matanya menyipit, sudah bisa menebak arah pikiran Swan.
“Aku mau masuk,” jawab Swan sederhana.
“Masuk ke mana? Kediaman Permaisuri?” San Long menggelengkan kepalanya. “Sudah kubilang penjagaannya diperketat. Kau tidak akan bisa melewatinya.”
“Bukan ke kediaman Permaisuri.” Senyum tipis yang berbahaya tersungging di bibir Swan. “Aku mau masuk ke tempat yang lebih mustahil lagi. Aku mau masuk ke sayap penjara bawah tanah.”
Keheningan kembali menyelimuti teras. Kali ini, keheningan itu dipenuhi oleh keterkejutan total.
“Kau sudah gila?” desis San Long, suaranya nyaris tak terdengar.
“Kau sendiri yang bilang,” balas Swan, menatap lurus pada Pangeran itu, “Zheng Long akan menyimpan buku itu di tempat yang paling tidak terduga. Tempat yang paling ia percayai. Perpustakaannya terlalu jelas. Kediaman ibunya berisiko karena kau tahu kelemahannya. Tapi ruang interogasi pribadinya?” Ia tertawa kecil tanpa humor. “Tidak ada yang lebih aman daripada sarang penyiksa.”
“Kau tidak akan bisa masuk ke sana,” kata Prajurit Bayangan itu tegas. “Satu-satunya jalan masuk adalah melalui koridor utama, dan itu dijaga oleh unit Garda Naga Hitam pribadinya Zheng Long. Mereka tidak akan tertipu oleh pengalih perhatian apa pun.”
“Siapa bilang aku akan lewat koridor utama?” Swan menatap San Long. “Kau bilang kau kenal Istana Naga. Apa kau tahu semua jalan rahasianya?”
“Tidak semua,” aku San Long. “Hanya yang dibangun oleh leluhurku.”
“Kalau begitu, Ayahku tahu satu yang mungkin tidak kau ketahui,” kata Swan pelan. “Sebuah terowongan air tua yang mengalir tepat di bawah fondasi sayap penjara. Dulu dipakai untuk membuang… sisa-sisa interogasi. Terowongan itu harusnya sudah ditutup puluhan tahun lalu.”
“Tapi kau tahu cara membukanya,” simpul San Long, matanya kini berkilat penuh pemahaman dan kekaguman yang enggan.
“Aku tahu.” Swan mengangguk. “Aku butuh pengalih perhatian yang sangat besar. Bukan hanya gosip. Sesuatu yang nyata. Sesuatu yang akan memaksa Zheng Long keluar dari sarangnya.” Ia menatap tajam pada San Long. “Kau yang akan memberikannya padaku.”
“Aku?”
“Jiang Long,” kata Swan. “Pancing dia. Tantang dia. Lakukan apa saja untuk memprovokasinya di depan umum. Buat keributan yang tidak bisa diabaikan Zheng Long. Aku butuh dia dan sebagian besar Garda Naga Hitam-nya keluar dari sana.”
San Long terdiam lama, menimbang risiko yang luar biasa besar itu. Menantang Jiang Long secara terbuka sama saja dengan deklarasi perang di antara para pangeran.
“Baiklah,” katanya akhirnya. “Akan kulakukan. Tapi kau harus janji satu hal.”
“Apa?”
“Jangan mati di dalam sana,” ujar San Long, suaranya datar, tapi ada intensitas yang membara di matanya. “Kalau kau tidak kembali sebelum jam anjing berakhir, aku sendiri yang akan merobohkan tempat itu.”
Sebelum Swan sempat menjawab, sebuah suara siulan yang aneh dan melodis terdengar dari kejauhan di taman. Bukan siulan burung malam biasa. Itu adalah sebuah kode.
Seketika, Prajurit Bayangan itu menegang. Kepalanya menoleh tajam ke arah suara itu. “Sinyal darurat,” desisnya.
“Dari siapa?” tanya San Long cepat.
“Unit pengawas di penjara.” Prajurit itu berbalik menghadap mereka, kegentingan terpancar bahkan dari balik topengnya.
“Apa pesannya?” desak Swan, firasat buruk yang dingin mulai merayap di perutnya.
Prajurit itu menelan ludah. Suaranya terdengar serak saat ia akhirnya menjawab.
“Interogasinya… sudah selesai.”
“Dan hasilnya?” tanya San Long.
Prajurit itu tidak langsung menjawab. Ia menatap lurus pada Pangeran Bungsu itu, seolah berita berikutnya adalah sebilah pedang yang ditujukan langsung ke jantungnya.
“Targetnya bicara,” katanya pelan. “Zheng Long sekarang punya semua yang ia butuhkan.”
“Semua apa?” sentak Swan.
“Pengakuan paksa,” jelas Prajurit itu, setiap katanya jatuh seperti tetesan racun. “Sebuah ‘bukti’ bahwa Pangeran San Long adalah penghubung rahasia antara Dewan Kekaisaran Selatan dengan Jenderal Xin yang telah lama mati.” Ia menarik napas dalam-dalam. “Perintah penangkapan resmi untuk Anda, Yang Mulia… akan dikeluarkan sebelum fajar.”jelasnya tegas.
trmkash thor good job👍❤