Nicholas Alistair adalah definisi dari bahaya yang memikat. Seorang Boss Mafia kelas kakap dengan kerajaan yang dibangun di atas ketakutan dan baja. la dingin, kejam, dan memiliki segalanya-kecuali hati. Hidupnya sempurna di bawah kendali, hingga ia harus melakukan perjalanan ke pelosok desa terpencil untuk menyelesaikan urusan bisnis yang berdarah.
Di sanalah ia bertemu Rania
Rania, si gadis desa dengan pesona alami yang polos dan lugu, memiliki keindahan yang memabukkan. Postur tubuhnya yang ideal bak gitar spanyol adalah magnet yang tak terhindarkan, membuat mata Sang Don tertuju padanya. la adalah bunga liar yang tumbuh di tempat yang salah, dan Nico, Sang Penguasa Kota, memutuskan ia harus memilikinya.
Apa yang dimulai sebagai obsesi, perlahan berubah menjadi hasrat yang membara. Nico menarik Rania dari kehidupan sederhananya, memaksanya
masuk ke dalam sangkar emas yang penuh intrik, kekayaan, dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 Kesiangan
11.00 Siang.
Cahaya matahari siang yang hangat sudah menembus tirai tebal dan menyinari kamar utama yang luas, yang kini beraroma musk, mawar, dan keintiman yang mendalam.
Rania mengerjap perlahan. la terkejut saat melihat jam digital di nakas: 11.00. la belum pernah bangun sesiang ini seumur hidupnya.
la mendesah pelan, bukan karena ngantuk, melainkan karena rasa sakit yang aneh-campuran nyeri otot dan kebahagiaan yang menjalar di setiap inci tubuhnya. Kehangatan selimut sutra dan lengan kokoh Nicholas yang
melingkari pinggangnya adalah satu satunya pelipur lara. Pria itu, sang Don yang ditakuti dunia, kini terlelap damai, wajahnya lembut, seolah tak pernah melancarkan "gempuran" tiada henti semalam suntuk.
Rania mencoba menarik kakinya, tetapi gagal. Seluruh tubuhnya terasa seperti baru saja melalui sesi pelatihan militer terberat. Ia akhirnya berhasil membebaskan diri dari dekapan Nicholas. Perutnya berbunyi nyaring, ia benar benar belum makan apa apa sejak acara pernikahan kemarin. Ia harus ke kamar mandi, lalu segera sarapan.
Dengan tekad bulat, Rania memaksa dirinya berdiri. Langkah pertamanya dari ranjang tinggi itu terasa seperti berjalan di atas pecahan kaca. la berusaha melangkah menuju kamar mandi, tetapi ketika semua berat badannya bertumpu pada kaki-kaki yang gemetar, lututnya ambruk.
Gedebuk!
Suara jatuhnya Rania di atas karpet beludru tebal itu cukup keras. Nicholas, yang memiliki insting tidur yang ringan, langsung terlonjak, matanya terbuka lebar dan dipenuhi kepanikan.
"Rania! Ya Tuhan, Sayang, kau baik baik saja?" tanyanya panik, setengah berteriak, segera melompat turun dari ranjang tanpa peduli ia masih bertelanjang dada.
la berlutut di samping Rania, wajahnya tegang saat
memeriksa kepala dan tangannya.
Rania mendongak, matanya yang mengantuk dan penuh kesal menatap tajam ke wajah suaminya
"Aku baik baik saja?" Rania mendengus sinis.
"Menurutmu? Lihat jam berapa ini, Nicholas! Aku bangun jam 11 siang! Aku ambruk di sini karena aku kelaparan, dan karena..." Rania menunjuk ke bagian bawah tubuhnya
dengan ekspresi yang sangat jelas.
"Kau tanya apa yang sakit, Nicholas Alistair? Seluruh bagian milikku sakit! Aku bahkan tidak bisa berdiri. Aku rasa kau mencoba membuatku lumpuh semalaman! Kau benar benar menggila!". Rania mengomel, suaranya parau.
Nicholas, yang semula panik, tiba tiba tersenyum lebar. la tidak bisa menahan diri. Tawa terbahak bahak meledak dari dadanya, tawa tulus yang jarang Rania dengar, tawa seorang pria yang sangat puas.
"Jadi, Tuan Don Mafia yang ditakuti seluruh dunia, tertawa melihat istrinya ambruk kesakitan?" Rania memprotes dengan bibir cemberut, meskipun ia merasa sedikit terhibur.
Nicholas segera menghentikan tawanya dan menggenggam wajah Rania dengan kedua telapak tangannya.
"Maafkan aku, Sayang. Aku hanya... Aku tidak bisa menahan diri, " bisiknya, mencium dahi Rania dengan penuh penyesalan.
"Semalam, melihatmu sepenuhnya milikku, bebas dari ketakutan.. kau membuatku gila. Aku seperti kelaparan setelah bertahun tahun puasa. Aku bersumpah, aku akan lebih lembut... tapi kau tahu aku tidak bisa. Kau terlalu memabukkan, " Nicholas menggeleng, senyum kecil tak bisa disembunyikan.
"Aku tidak janji akan berhenti 'menggempurmu', tapi aku janji akan memberimu waktu pemulihan yang cukup, dan aku janji akan merawatmu sekarang".
Rania memukul dada Nicholas pelan.
"Aku yakin kau tidak berianji! Sekarang, bisakah kau membantuku, aku kelaparan? Aku harus mandi.!
Nicholas menyeringai.
"Berdiri? Tidak ada yang namanya berjalan untukmu hari ini, Nyonya Alistair."
Dengan gerakan cepat namun sangat lembut, Nicholas mengangkat Rania ke dalam gendongannya. Rania langsung melingkarkan tangannya di leher Nicholas, bersandar di bahu hangatnya.
"Kita ke kamar mandi. Aku akan menjadi pelayan pribadimu hari ini, " kata Nicholas, berjalan menuju bathtub marmer.
Nicholas menurunkan Rania perlahan ke dalam air hangat yang telah ia siapkan, menambahkan minyak esensial yang menenangkan. Rania memejamkan mata, merasakan keajaiban air hangat meredakan ketegangan di ototnya.
Nicholas berlutut di samping bak mandi, mengambi spons dan mulai memandikan Rania, sentuhannya penuh perhatian dan penyesalan yang manis.
"Kau tahu, apa yang kau lakukan semalam adalah kejahatan. Aku bisa menuntutmu atas serangan, "'goda Rania.
"Aku akan membayar dendanya seumur hidupku, Ratu. Dengan cinta, dan ya, dengan layanan, " balas Nicholas, mengusap bahu Rania.
"Aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu, sehingga kegilaan semalam terasa seperti penyembuhan dari semua yang hilang".
"Aku tahu, " jawab Rania.
"Aku memaafkanmu. Dan aku percaya padamu. Hanya.. Lain kali, pertimbangkan jam tidur istrimu. Aku ingin sarapan yang layak, bukan pingsan di karpet."
Nicholas tertawa lagi, lalu mencium bibir Rania dengan cepat dan hangat.
"Siap laksanakan, Ratu. Sekarang, saatnya sarapan. Tapi kau tetap dalam gendonganku."
Nicholas membungkus Rania dengan jubah mandi sutra tebal dan menggendongnya ke ruang makan.
Meja telah ditata. Bukan oleh pelayan, melainkan oleh tangan Nicholas sendiri. Diatas meja ada sepiring pancake yang agak gosong di pinggirannya, beberapa buah beri, dan dua cangkir kopi, dengan beberapa remah sisa di sekitar piring.
"Aku tidak yakin apakah pancake ini bisa dimakan. Aku mencoba membuatnya sendiri. Marco hanya tertawa, " kata Nicholas, menyajikan piring itu kepada Rania.
Rania mengambil garpu dan mencicipinya.
"Ini... hangus di pinggirannya tapi bagian tengahnya sangat enak. Nicholas Alistair, seorang Don, membuat pancake untuk istrinya. Siapa yang akan percaya?"
"Biarkan mereka tertawa. Aku akan melakukan apa saja untuk istriku tersayang". jawab Nicholas, duduk di seberangnya.
la mengambil potongan pancake yang paling sempurna dan menyuapkannya ke mulut Rania.
"Makanlah, Sayang. Aku sudah membatalkan semua jadwal hari ini. Tiga hari ke depan, kau adalah prioritasku. Dan malam ini, aku akan menunjukkan padamu bagaimana seorang Don merawat ratunya tanpa perlu menggempur setidaknya sampai kau benar benar pulih".
Rania menelan kunyahan pancake nya, matanya bersinar penuh janji dan kebahagiaan.
"Aku pegang kata-katamu, Don."
Pagi itu, meskipun tubuhnya sakit luar biasa, Rania tahu pasti bahwa rasa sakit ini adalah harga yang sangat layak dibayar untuk awal kehidupan baru yang romantis dan penuh gairah bersama suaminya.