Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
...🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️🤾♀️...
...happy reading...
...⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️⛹️♀️...
Ia menggenggam tumpukan uang dengan kedua tangan, rasa senang dan kegembiraan membanjiri dirinya. "Kalau begini aku bisa beli rumah secepatnya, yang ada halaman besar untuk pohonku, dan tak ada orang yang bisa melihatnya lagi!"
Tiba-tiba, suara krucuk-krucuk keras keluar dari perutnya. Amirul tersenyum malu, menyentuh perutnya yang kering.
"Aku pergi keluar untuk cari makan, dan uang ini juga harus disimpan di akun Dana ku agar tidak hilang," kata Amirul sambil memasukkan sebagian uang ke dalam tas ransel yang kuat, dan sisanya ke dalam dompet yang ia ikat erat di pinggang. Ia menutup pintu rumah dengan rapat, mengunci dua kali, dan melangkah ke jalan dengan langkah yang ringan.
Di warung nasi goreng yang biasa ia kunjungi, Amirul memesan nasi goreng spesial ditambah telur mata sapi.
"Pak, tolong bungkus makanan saja ya!" teriak Amirul ke penjual, membayar dengan uang cepat-cepat.
Setelah mendapatkan nasi goreng yang dibungkus rapat, Amirul melangkah cepat menuju ATM mini yang terletak di sudut jalan, tidak jauh dari warung.
Di sana biasanya bisa menyimpan uang, jadi tidak perlu repot-repot ke bank.
Saat memasuki ruangan ATM mini yang sempit, Amirul segera melihat sekeliling dengan mata yang waspada. Tak ada orang lain kecuali karyawan yang duduk di meja, memegang ponsel. Ia mendekat ke meja dengan langkah yang hati-hati, sambil menggenggam tali tas yang ada uangnya.
"Mbak, saya mau menyimpan uang," kata Amirul dengan suara yang pelan, matanya melirik kiri dan kanan. Ia takut jika ada orang yang mengikutinya, uang yang ia bawa sangat banyak.
Karyawan yang bernama Siti mengangkat kepala, melihat Amirul dengan tatapan biasa. "Oh baiklah, berapa juta?" tanya dia sambil menutup ponselnya.
Amirul mengeluarkan kantong kain dari dalam tasnya, di dalamnya ada 30 juta yang baru ia petik hari ini, ditambah uang yang ia simpan sendiri dari panen sebelumnya, sekitar 40 juta. Totalnya 70 juta rupiah. Ia meletakkan kantong itu di atas meja dengan hati-hati, seolah itu adalah benda yang sangat rapuh.
"Saya ingin menyimpan semuanya," kata Amirul, suara yang tadinya pelan kini sedikit tegas.
Siti sedikit terkejut, mata dia membelok ke kantong kain yang tebal itu. Ia tak pernah melihat anak muda seumuran Amirul menyimpan uang sebanyak itu. "Baik, Mas. Tunggu ya, saya hitung dulu," katanya sambil mengambil mesin penghitung uang dan duduk di bawah meja.
Mesin itu segera mengeluarkan bunyi kerenceng-kerenceng saat uang masuk satu per satu.
"Semuanya 70 juta ya Mas, saya kirimkan sekarang ke akun D*na Anda ya," kata Siti dengan senyum ramah, jari-jarinya cepat menekan tombol di komputer untuk memproses transfer. Udara di ruangan ATM mini terasa lebih tenang sekarang
Setelah beberapa saat, layar ponsel Amirul menyala dengan notifikasi: "Transfer masuk: Rp70.000.000,- dari Toko ATM Mini Sederhana." Ia menggeser layar, memeriksa saldo akunnya berkali-kali untuk memastikan itu bukan khayalan. Benar – uangnya sekarang ada 70 juta rupiah.
"Terima kasih banyak Mbak," kata Amirul merasa puas, senyum lebar terpasang di wajahnya. Itu artinya beberapa hari lagi ia bisa membeli rumah impiannya, rumah dengan halaman belakang yang luas, jauh dari pandangan orang lain, tempat pohon uangnya bisa tumbuh bebas tanpa takut diincar pencuri.
"Aku harus cepat pulang nih, dan mencari rumah yang dijual," kata Amirul sambil mengangkangi tasnya, tidak sabar untuk mulai mencari iklan rumah di ponselnya. Ia pun langsung bergegas untuk pulang ke rumahnya secepat mungkin, langkahnya lari-lari kecil di jalan yang mulai padat dengan orang yang pulang kerja.
Saat sampai di rumah, Amirul membuka aplikasi pencarian rumah di ponsel. Beberapa iklan muncul, rumah dengan halaman besar, lokasi sepi. Ada rumah yang besar dengan harga yang berbeda-beda.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪