NovelToon NovelToon
Sulastri, Aku Bukan Gundik

Sulastri, Aku Bukan Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Era Kolonial / Balas Dendam / Nyai
Popularitas:14.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anna

“Sekarang, angkat kakimu dari rumah ini! Bawa juga bayi perempuanmu yang tidak berguna itu!”

Diusir dari rumah suaminya, terlunta-lunta di tengah malam yang dingin, membuat Sulastri berakhir di rumah Petter Van Beek, Tuan Londo yang terkenal kejam.

Namun, keberadaanya di rumah Petter menimbulkan fitnah di kalangan penduduk desa. Ia di cap sebagai gundik.

Mampukah Sulastri menepis segala tuduhan penduduk desa, dan mengungkap siapa gundik sebenarnya? Berhasilkah dia menjadi tengkulak dan membalas dendam pada mantan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sulastri 31

Siang tadi, saat jam istirahat. 

“Nyonya, Anda mau kemana? Kamar mandi wanita ada di sebelah kanan bangunan ini.” Petter yang tak sengaja melihat Amina, menyapa dengan begitu ramah. 

Wanita itu mengusap sanggulnya, sorot matanya berkeliaran menyapu sekitar. “Eh … iya, sepertinya saya salah tempat.” 

Petter tersenyum lembut, tatapannya teduh nan menenangkan. “Mari saya antarkan, Anda ingin ke kamar kecilkan?” 

Amina mengangguk pelan, Ia megikuti langkah lebar Petter dengan kesusahan, jariknya yang ketat membuat langkahnya begitu lambat.

Petter yang menyadari itu melirik tipis dengan senyum yang masih tergaris manis. 

“Maaf, saya terlalu cepat berjalannya,” ucapnya sembari mengimbangi langkah Amina. 

“Ah, tidak. Kain jarik saya sepertinya yang terlalu panjang, jadi susah untuk berjalan.” Wanita beralis lancip itu lalu menyingsingkan jariknya hingga sebatas betis atas, menampakkan kulitnya yang sedikit menghitam. 

Petter tertawa samar, kedua tangannya terlipat di belakang punggung kekarnya. “Kita sudah sampai, ini kamar kecil untuk wanita.” 

“Ehm, terimakasih, saya kira tempatnya jauh dari area gedung ini.”

“Harusnya tadi Anda sudah melewatinya, karena ini hanya satu jalan setapak atau mungkin kelewatan?” 

Amina mengerjap cepat, tangannya bergerak asal— mencari alasan, padahal dia memang sengaja mengikuti Petter. Laki-laki yang sejak berdiri di podium saksi ditatapnya tanpa berkedip. 

“Sepertinya iya, saya tidak sadar melewatinya.” 

“Anda mau saya temani, atau—” 

“Haa!” Amina terbelalak mulutnya terbuka lebar—melongo. 

“Maksud saya, saya tunggu di sini, tempat ini terlalu sepi, takutnya Anda tidak berani atau, ya …,” Petter menggantung ucapannya, sengaja menggoda. 

“Terserah, Tuan saja,” jawab Amina sembari tersipu malu. 

“Ya sudah, saja tunggu di sini.” 

Petter menyeringai kecil saat Amina sudah masuk ke salah satu bilik kamar mandi, ia kemudian mengeluarkan rokoknya, menghisapnya pelan sembari bergumam. 

“Wanita gila kenikmatan, maka harus dipermainkan dengan kenikmatan pula.”  

Amina cepat-cepat menyelesaikan hajatnya, wanita itu tidak ingin membuang waktu agar bisa berbincang dengan laki-laki tampan yang menunggunya. 

‘Aku kira tadi mau menemani masuk sini, seandainya saja iya, uh … betapa senangnya aku,’ soraknya dalam hati. ‘Wanginya saja sudah bikin terbuai apalagi …,’ wanita itu berkali-kali menggigit bibir bawahnya sembari meraba area tersembunyi di antara pahanya.  

“Sudah?” sambut Petter saat melihat Amina keluar dari balik kamar mandi. 

“Eh … Tuan, benar-benar menunggu di sini, saya kira—” 

“Laki-laki sejati tidak pernah ingkar janji, Nyonya,” sela Petter. 

Amina seketika menundukkan wajahnya, menyembunyikan senyum kecil dan debar yang nyaris meledakkan jantungnya—saking bahagianya. 

“Apa Anda sudah siap dengan sidang kesaksian nanti?” tanya Petter.

“Sudah.” 

“Saya harap Anda bisa berkata jujur saat di persidangan, karena wanita yang cantik paras dan hatinya adalah wanita yang jujur, dan saya yakin Anda salah satunya,” ujar Petter, matanya menatap kagum membuat wajah lawan bicaranya merona seketika. 

Keduanya pun berjalan beriringan kembali masuk ke gedung pengadilan.

Sementara itu, di balik tembok Sulastri meremas dadanya kuat-kuat, manahan sesak yang tiba-tiba menjalar di ulu hatinya. Wanita ayu itu lekas pergi dari tempatnya berdiri, wajahnya menunduk menyembunyikan matanya yang mulai basah. 

Kembali ke ruang sidang. 

Ruang sidang sudah kembali sunyi, meninggalkan detak jam dan suara mesin tik tua seorang panitera di sudut ruangan. 

Pramono membereskan berkas-berkas yang berserak di mejanya. Sesekali ia melirik wajah sendu yang tertunduk di sebelahnya, tangannya pun dengan lembut mengusap punggung Sulastri, menyalurkan ketenangan. 

“Tenang saja, kita pasti memenangkannya.” Senyum manis terulas dari wajah teduhnya. 

Sulastri mengangguk pelan, pikirannya berkecamuk bukan tentang persidangan. Namun, pemandangan yang dilihatnya di belakang gedung juga selama persidangan berlangsung. 

Hatinya tak henti-hentinya menyalurkan rasa panas yang menyesakkan. 

“T-tuan, eh … itu—” 

Pramono menoleh, menatap wajah ayu yang nampak ragu. “Ada apa saudari?” 

Sulastri menatap wajah tenang Pramono, lalu kembali menunduk. “Itu … apa boleh saya pulang bersama, Tuan?” 

Pramono berkesiap pelan, kumis tipisnya seketika menekuk tajam, jantungnya berdetak tak beraturan—bahagia bercampur tak percaya. 

“Tentu saja, tapi … apakah Tuan Van Beek mengizinkan?” 

“Saya yang akan berbicara dengannya, lagi pula ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan dengan Anda,” ucap Sulastri pelan.  

“Apa yang ingin kau bicarakan?!” Suara dingin Petter menyahut dari belakang. 

Sulastri dan Pramono tersentak seketika, keduanya saling pandang. 

“Saya ingin pulang bersama, Tuan Pramono.” Sulastri menjawab dengan ketus. 

“Kenapa?” 

“A-ada beberapa hal yang ingin saya pertanyakan.” 

Petter berjalan mendekat, langkahnya berat tatapannya menjurus bak ujung panah yang siap menghunus jantung lawannya.  

“Kau bisa menanyakannya di sini.” 

“T-tapi—” 

Petter tak menjawab, laki-laki itu lekas menarik tangan Sulastri. Pramono yang menyadari itu, turut menahan membiarkan badan Sulastri menegang di antara keduanya. 

“Saudari Sulastri mengatakan ada yang ingin dibicarakan, mungkin itu hal yang penting yang tidak bisa dia ungkapkan jika ada orang lain di dekatnya,” ucap Pramono datar. 

“Saya bukan orang lain untuk dia,” sahut Petter, tangannya menarik kuat hingga badan kecil itu beringsut ke pelukannya. 

Sulastri mencoba melepaskan diri dari dekapan Petter, namun laki-laki itu semakin mengeratkan cengkramannya. 

“Anda bisa datang ke rumah kami, atau saya akan mengantar Sulastri ke kantor Anda jika itu memang hal yang penting,” ujarnya dingin, lalu membawa Sulastri keluar dari ruangan itu. 

Di pelataran gedung, Dasim berdiri dengan gembleleng di sebelah mobil mewah milik Petter. Sesekali tangannya mengusap debu yang menempel, seraya menghalau tatapan orang-orang. 

Wajah pemuda itu sumringah saat melihat Den Ayu dan Meneernya keluar dari gedung, namun seketika berganti muram manakala sang Meneer melemparkan beberapa koin sen ke tangannya. 

“Koe pulang nyater dokar saja, kami masih ada perlu.” Pesan Petter sambil membuka pintu dan mendorong Sulastri masuk ke dalamnya. 

“Alamak … gagal dadi Juragan aku,” keluh Dasim, menepuk jidat kelingnya. 

Suara khas mesin 6-silinder lama menggerung keras membelah jalanan kota, knalpot dengan besi mengilat mengepulkan asap putih bak duit yang ditebarkan cuma-cuma, membuyarkan kesibukan orang-orang yang berlalu-lalang atau sekedar melamun meratapi nasib di pinggir jalan. 

Di dalamnya, mata elang dengan semburat biru itu masih nyalang. Rahang mengetat, bibir terkatup rapat. Di sebelahnya, wajah ayu tertekuk memelengos jauh ke luar kaca jendela, memilih menatap barisan-barisan bangunan usang.  

Hampir satu jam perjalanan habis dalam kesunyian, tak ada yang bersuara selain raungan mesin yang mulai memasuki perbatasan desa. 

Sulastri menoleh sesaat, alisnya mengerut dalam saat jalanan yang dilewati bukan arah kembali ke rumah. “Kita mau kemana?” 

“Kau bilang ada beberapa hal yang ingin kau bicarakan?!” Petter menyahut dengan suara dingin. 

“Itu—”

“Kau tanggung jawabku! Semua hal yang kau lakukan, harus lewat persetujuanku!” 

“Tapi …,” Sulastri menghentikan ucapannya, matanya terpana melihat hamparan sawah dan tanah kosong yang di penuhi tanaman gulma yang sedang mekar.

“Turun,” titah Petter saat mobil sedan mewah itu sudah sepenuhnya berhenti. 

Sulastri menurut, lalu mengikuti langkah kaki sang Meneer yang membawanya berjalan sedikit ke tepian sawah.  

“Jadi, apa yang mau kau bicarakan dengan pengacara itu?” tanyanya kemudian. 

“Tidak ada.” 

Petter menarik lengan Sulastri hingga menghadapnya, menatap lekat manik hitam yang meredup. 

“Lalu, apa maksudmu memintanya untuk mengantarmu pulang? Apa kau lupa ada aku yang menunggumu? Atau memang sudah kebiasaannya memberi perhatian lebih, diam-diam menggenggam tanganmu, bahkan terang-terangan mengusap pundakmu di depanku. Apa seperti itu yang kau mau?!” cerca Petter. 

“Kenapa, Meneer marah? Meneer sendiri diam-diam berduan dengan wanita ular itu di belakang gedung!” 

Sulastri seketika bergeming, saat menyadari hal yang baru saja diucapkannya. 

Petter mengalihkan pandangannya sejenak, menutupi rona merah di wajah seputih susunya. Laki-laki itu kemudian merunduk, memetik sebatang bunga gulma yang mekar. 

“Jadi, kau minta pengacara itu mengantarmu pulang, karena cemburu melihat aku dengan Amina? Kau diam-diam mengikuti kami?” godanya, sembari menatap wajah Sulastri yang memucat. 

“Saya hanya tidak sengaja melihat saat mau ke kamar kecil.”  

“Aku hanya ingin mengacaukan pikirannya agar menjawab jujur saat memberi kesaksian, tidak lebih.” 

Sulastri menunduk pelan, jari-jarinya bergerak gelisah di ujung kebaya. “Bukan urusan saya, lagi pula wajar saja, Meneer tergoda wanita itu memang cantik rupa.” 

“Bagaimana aku bisa tergoda dengan wanita cantik di luaran sana, jika di dekatku saja ada yang jauh lebih cantik.”

Petter menatap lekat wajah Sulastri yang merona, tangannya dengan lembut membelai pucuk kepala wanita ayu itu, lalu menyelipkan setangkai bunga gulma yang di petiknya. 

Sulastri tersenyum canggung, manik hitamnya menatap Petter sekilas lalu dengan cepat menunduk. 

“K-kit—” 

Cup!

Bersambung.

1
Sayuri
nah loh awas
Sayuri
kalo ma kartijo, boro2 di kasih minum
Nanda
wkwkwkwk. gapapa kak, makasih udah update 😍
Sayuri
mana ea kok blum up lagi?
Anna: salah setting tanggal, saya kira hari tanggal 10 🤣
total 5 replies
kalea rizuky
visual nya cocok
Anna: 🫶🫶🫶🫶🫶
total 1 replies
cinta semu
q baca ny aja sambil mesam- mesem 😂😂terus apa kabar hati ny tuan meneer Peter ya.... Sulastri oh Sulastri...
Anna: terpantau nggak tidur semalaman.
total 1 replies
Sayuri
jgn smpe sya sambit pke keranjang km y
Anna: galakkk ya?
total 1 replies
Sayuri
kibas ja pkai rambut gondrongmu ndo.
Anna: Petter berkata "aku jadi duta shampo lain?"
total 1 replies
Sayuri
mau tapi malu. malu tapi mau. mau mau malu
Anna: malu-malu meong
total 1 replies
Sayuri
hhhhhaha
Sayuri
abu2. mayitttt kh dia tor? 🤭
Anna: kaya mau ngetik putih, to, berattt banget nih jari 🤣
total 1 replies
Sayuri
wajib naik gaji euy
Anna: Dasim telah di sabotase
total 1 replies
Nanda
nyengir gak lu Peter!
Anna: terpantau nggak tidur ...
total 1 replies
Nanda
mayday mayday! meneer we’ve got situation here!!
Anna: Petter mengetik ...
total 1 replies
Nanda
menghindar, tapi masih perhatian yakk wkwkwk🤣
Anna: jinak-jinak merpati 🤭
total 1 replies
CallmeArin
thor ah dikit banget inimah
Anna: hehhh 🫶
total 1 replies
cinta semu
kok sak ipet men nek lanjut ne cerito...mara,i penasaran Thor... ojok medit2 po'o...😂😂
Anna: sabarr yek ee, jempol sepuhh iki. 🤣🤣
total 1 replies
Sayuri
lanjut kk. tripel up dong. seru ini q suka lastri yg ngelawan gini. hancur2 dah amina tu
Anna: pelan-pelak pak sopirrrrr .... #jempoljompo.
total 1 replies
Sayuri
coba aj klo bisa. smpe lubang melar di hajar kasman, mener g kan sudi melirikmu
Anna: hehhhh ... lubang apa itu yang melar 🤣🤣
total 1 replies
Sayuri
btul tuh. tp kmu jgn diem lagi ya sul kalo di nyinyirin ma mreka
Anna: Sulastri sedang mengetik ....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!