NovelToon NovelToon
Takdir Kedua

Takdir Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat / Teen School/College / Putri asli/palsu / Murid Genius / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:317.7k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Shinta Bagaskara terbangun kembali di masa lalu. Kali ini, ia tak lagi takut. Ia kembali untuk menuntut keadilan dan merebut semua yang pernah dirampas darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fajar Pramudya Winarta

Fajar Pramudya berjalan santai di belakang, langkahnya tenang, namun matanya tak pernah lepas dari tangan mungil Shinta Bagaskara yang digenggam erat oleh Kakek Winarta. Dari luar, ekspresinya tetap datar, tetapi di dalam hati, ada rasa yang menusuk—sedikit iri, sedikit hangat—sesuatu yang tak bisa ia definisikan.

Lorong rumah besar itu dipenuhi cahaya lampu kuning yang lembut. Bayangan tubuh mereka memanjang di lantai marmer. Sesekali terdengar suara jam tua berdentang pelan, menambah nuansa hangat yang akrab.

“Shinta, sejak Kakek pulang, Kakek terus kepikiran kamu. Rasanya kangen sekali.” Suara Kakek Winarta terdengar parau, penuh kasih sayang, tapi matanya melirik cucunya dengan kesal. “Semuanya gara-gara bocah ini! Dia menahan Kakek terus di rumah sakit. Setelah pulang pun, dia tidak izinkan Kakek keluar. Katanya mau cari kamu, tapi butuh waktu lama baru bisa ketemu!”

Shinta tersenyum tipis. Ia sudah terbiasa mendengar ocehan cerewet seperti itu, tapi entah kenapa, dari mulut Kakek Winarta, rasanya begitu hangat—seolah ia benar-benar dirindukan, benar-benar dianggap penting.

“Shinta, umurmu berapa sekarang?” tanya Kakek Winarta, nadanya ringan tapi matanya sekilas melirik ke arah Fajar.

Fajar, yang dari tadi hanya diam, langsung menajamkan telinga.

“Dua bulan lagi genap delapan belas, Kek,” jawab Shinta manis. Senyumnya jernih, polos, membuat ruang itu serasa lebih terang.

“Delapan belas ya.” Senyum Kakek Winarta melebar, garis halus di wajahnya semakin dalam.

Fajar terdiam, namun dalam hatinya kata “delapan belas” bergema keras. Ia memejamkan mata sepersekian detik, menahan sesuatu yang bergolak.

Kakek Winarta tampak puas. Menurutnya, jarak usia lima tahun dengan cucunya pas sekali. Ia melirik Fajar sebentar, lalu menepuk tangan Shinta.

“Shinta, ini cucuku. Baru 23 tahun, tapi nilainya selalu gemilang. Bahkan di usia 21, ia sudah bergelar doktor dari Harvard Business School, kampus ternama dunia. Sekarang, ia sudah membangun perusahaannya sendiri.” Suaranya terdengar bangga.

Ia bahkan menambahkan dengan sengaja dilebih-lebihkan, “Fajar ini belum pernah pacaran, tidak pernah ikut kencan buta, bahkan belum pernah suka pada siapa pun. Wajahnya tampan, pintar masak, hatinya lembut, dan perhatian. Jadi istrinya pasti bahagia sekali.”

Shinta hanya mengangguk sopan. Baginya, semua pujian itu wajar saja, tidak ada maksud tersembunyi.

Namun Fajar justru menegang. Jari-jarinya yang bersandar di lutut mengepal diam-diam. Wajahnya tetap tenang, tapi keringat dingin muncul di telapak tangannya. Ia bukan orang yang mudah gugup, tapi di hadapan gadis itu, rasanya semua pertahanan runtuh.

Kakek Winarta melirik sekilas, puas melihat cucunya sedikit kikuk.

“Shinta, kalau nanti kamu merasa diperlakukan tidak adil di Kota H, jangan sungkan datang ke Kakek. Di sini Kakek masih punya suara.” Lalu dengan suara lebih pelan, ia menambahkan, “Kalau perlu, cari juga Fajar.”

Shinta menunduk sedikit, senyumnya tulus. “Terima kasih, Kek.”

“Kalau bilang terima kasih, berarti masih anggap Kakek orang luar.” Kakek Winarta pura-pura merengut, tapi genggamannya pada tangan Shinta semakin erat.

Obrolan mereka berlanjut lebih dari satu jam. Fajar hanya duduk diam di samping, beberapa kali melirik jam tangannya. Ia merasa tidak diberi ruang sama sekali.

Akhirnya ia bersuara, nada suaranya tetap datar. “Kek, apa Kakek tidak lapar?”

“Kalau kamu lapar, makan saja. Jangan pedulikan aku,” jawab sang kakek enteng.

Ekspresi Fajar tidak berubah, tapi nada suaranya mengeras setengah nada. “Shinta dari siang belum makan apa-apa.”

Shinta terkejut, menoleh padanya. Ia bahkan tidak sadar belum makan, tapi Fajar rupanya memperhatikan. Hatinya bergetar pelan.

Kakek Winarta menepuk jidat. “Aduh, Kakek sampai lupa! Shinta pasti sudah kelaparan ya.” Tanpa pikir panjang, ia langsung menarik Shinta ke meja makan.

Fajar hanya bisa menyusul, duduk dengan wajah datar di seberang Shinta.

Meja makan besar itu dipenuhi hidangan hangat—rendang, sup ayam, sayur tumis, dan buah segar. Rumah terasa lebih hidup oleh aroma masakan. Namun kebiasaan keluarga Winarta yang jarang bicara saat makan membuat suasana agak hening.

Shinta hanya mengambil sedikit nasi. Belum setengah piring, ia sudah meletakkan sendok.

Fajar menatapnya lama, alisnya berkerut. Tubuh itu terlalu kurus. Pergelangan tangannya kecil, rapuh. Kalau begini terus, dia bisa sakit… gumamnya dalam hati.

Kakek Winarta sempat melirik cucunya. Ia tersenyum puas—Shinta benar-benar mampu membuat Fajar, yang terkenal dingin, jadi peduli.

Setelah makan malam, langit musim panas sudah gelap. Shinta harus kembali ke keluarga Bagaskara.

Kakek Winarta jelas enggan melepasnya. Ia menggenggam tangan Shinta erat-erat, matanya teduh. “Shinta, kamu harus sering datang menjenguk Kakek ya. Tinggal sendirian itu sepi, tidak ada yang menemani.”

Shinta tersenyum lembut. “Pasti, Kek.”

Sekilas, matanya bertemu dengan Fajar. Ada gurau samar di sana.

Fajar menghela napas panjang, lalu memijit pelipisnya. “Kek, sudah malam. Biar aku antar Shinta pulang.”

Kakek Winarta akhirnya melepaskan, berdiri di depan rumah sambil menatap mobil yang pergi. “Cucuku sudah punya calon istri, jadi malas peduli sama kakeknya…” gumamnya, meski bibirnya tersenyum puas.

---

Perjalanan pulang hening, hanya diisi suara mesin mobil yang berderu halus. Shinta duduk tenang, tangannya meremas rok. Sesekali ia melirik jendela, tapi sesekali pula ia menangkap pantulan wajah Fajar di kaca—dingin, tapi ada sesuatu yang berbeda di baliknya.

Sampai di depan rumah, Shinta hendak turun, tapi Fajar menahannya. “Shinta, kamu punya ponsel?”

Shinta sempat bingung, lalu mengangguk. Ia menyerahkan ponselnya.

Fajar mengetik sesuatu dengan tenang. Cahaya layar memantul ke wajahnya, membuat rahang tegasnya terlihat semakin menawan. Shinta tanpa sadar terpaku menatapnya.

Fajar menyadarinya, bibirnya terangkat tipis, dan ia sengaja memperlambat gerakan jari-jarinya.

Akhirnya ia menyerahkan kembali ponsel itu. Kontak pertama yang tersimpan di sana hanya satu: Kak Fajar.

“Kalau ada apa-apa, telepon aku. Aku akan selalu ada,” ucapnya singkat, penuh penekanan.

Shinta menggenggam ponsel itu erat-erat. “Kak Fajar… terima kasih.” Suaranya pelan, tapi tulus.

Fajar menatapnya lama, lalu tangannya terangkat, mengusap pelan rambut Shinta. “Malam agak dingin. Masuklah dulu.”

Shinta menatapnya sejenak, lalu tersenyum lembut. “Kalau begitu… sampai jumpa.”

Fajar berdiri di samping mobil, memperhatikan sampai punggung mungil itu menghilang di balik pintu rumah. Dada dinginnya bergetar. Malam itu, ia sadar—ada sesuatu pada gadis polos itu yang perlahan menyingkirkan segala dingin di dalam dirinya.

1
Siti Hawa
mungkin kah papa nya Sinta itu surya Bagaskara bukan Aryo Bagaskara...
Lala Kusumah
rasain Lo, Shinta ku dilawan huh...
Lala Kusumah
gustiiiiii itulah hebatnya Shinta ku 👍👍😍😍😍
Lala Kusumah
kereeeeeennn n hebaaaaaatt Shinta ku 👍👍😍💪😍
sahabat pena
shinta super jenius jadi rebutan yeuhh 🤣🤣🤣🤣🤣
merry
marga Bagaskara bukn y pyn ppy Sinta ko jdi ada surya Bagaskara ya,,, ap beda org tp marga ya sm gt 🙏🙏🙏keren Sinta mmpi ap amal y dibelakang ada 3 konglo blm lg pcr konglomerat blm abng y pd konglomerat smuyy mntp😄😄😄🙏🙏🙏🙏
INeeTha: Ini Bagaskara di Ibukota ka, bukan keluarga Bagaskara Haryo di kota Hastinapura 🙏🙏🙏 nanti akan ada kejutan tentang keluarga ini🙏
total 1 replies
merry
aduh jdi rebutan kmu sinn🤣🤣🤣
merry
gula pelakor dh ngerusak rt org korupsi lgh gpp buat Bpk haryo itu a k kandung di terlantarin
merry
laras wlpun jht sebagai ibu tp dia bnyk berkorban demi laki bajingann kyk haryo itu tp blsann diselingkuhin,, gmn respon Sinta pyn adik kandung,, tp kpn si para pelaku dpt blsann ya perasaan para penjahat gk dpt batu ya
Kusii Yaati
selamat berjuang Kinara jangan lupa sampai titik darah penghabisan ya, biar kamu tahu rasanya hancur itu gimana 😏
Lala Kusumah
malu tuh si Kirana atau dia ga tau malu ya 🤭🤭😂😂
Lala Kusumah: salah Kinara ya 🙏🙏🙆🙆
total 1 replies
Lala Kusumah
perebutan Shinta dimulai jreng jreng jreng 😂😂🤭🤭
aku
sabar shin... ngadepin 2 kk yg kyk bayi rebutan 🤣🤣
Dede Bleher
baguuus bangeeet
merry
jgn sinba tech sin tu sinba properti sm sinba hiburan jgg ksh tau biar gk di cibir trss sm tente mu,,, aku msh bingung persepupuan antara lukman fajar aris ko bs sepupuan juga dgnn Sinta bingun🤔🤔🤔
Narti Narti
mantap👍
Dewi Yanti
nunggu crazy up lg thor 😁
Wega Luna
ulat bulu baru namanya Wina , tolong lah itu clarrisa,Siska,Wina,Kinara,dan Lilis tadi cepat dihilangkan😂😂😂😂biar aku GK bingung kebanyakan antagonis🤣🤣🤭
Dewi Yanti
shinta aku padamu 🫰
Lala Kusumah
baru nyaho Lo siapa itu Shinta huh...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!