NovelToon NovelToon
ANA - Terlanjur Salah Pilih

ANA - Terlanjur Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Cinta Terlarang
Popularitas:634
Nilai: 5
Nama Author: Frans Lizzie

Ana yang baru masuk ke tempat kerja baru, terpikat dengan Aris, pemuda yang tampan, baik, rajin bekerja dan sopan. Sempat pacaran selama setahun sebelum mereka menikah.
Di tahun kedua pernikahan mereka, karakter Aris berubah dan semakin lama semakin buruk dan jahat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Lizzie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 - Kebahagiaan telah datang?

Pada pukul sepuluh Ana, Aris dan Hendra sudah berkumpul bersama.

Ana mengutarakan perubahan tempat kunjungan nya dari Pulau Penyengat ke Akau Potong Lembu kepada Hendra, alias lebih baik berwisata kuliner untuk mereka bertiga.

Tetapi Hendra memberitahu jika Akau baru buka sekitar jam 5 atau 6 sore. Akhirnya Hendra merekomendasikan tempat lain untuk bersantap sesuai keinginan Ana.

Tempat makan itu berada di pantai yang tidak begitu ramai. Pasirnya putih dan menyenangkan. Dan tentu saja masakannya luar biasa. 

Di situlah Ana pertama kali merasakan gonggong, siput laut yang hanya ada di wilayah Kepulauan Riau. Bercengkrama sambil makan masakan lezat bersama dengan orang-orang yang menyenangkan benar-benar membuat Ana bahagia.

Sungguh merupakan pengalaman baru bagi Ana, bisa berwisata, bisa berkuliner mewah bersama dengan orang-orang yang menyenangkan. 

Luar biasanya lagi, ini semua dilakukan bersama dengan orang-orang yang baru beberapa bulan dikenal. 

Aris dan Hendra.

Kaum laki-laki, yang di masa lalu mati-matian dipertegas oleh mamanya untuk dijauhi.

Tapi ternyata mamanya tidak benar kan. 

Masih ada laki-laki baik-baik di dunia ini.

Coba saja kalau ia tetap berada di dekat mamanya, ia pasti tidak akan pernah merasakan perasaan ini.

Perasaan aman bahagia. Perasaan hidup dan berdaya. Sungguh luar biasa.

Ketika pelayan datang dengan bill holder ke arah meja mereka, Aris membuka sekilas bill holder tersebut lalu menyelipkan kartu kreditnya ke dalam.

Wah keren sekali, puji Ana dalam hati. Sangat elegan dan keren Mas Aris itu. Ini sungguh pertama kali dalam hidup Ana bisa makan enak. Dengan kedudukan yang setara.

Ana bukannya tidak pernah makan enak sebelumnya. Bagaimanapun juga ia kerja di hotel dimana  jelas akan banyak pesta mewah, acara resmi lainnya yang pasti bertaburan hidangan lezat dan mahal.

Tapi saat itu, tentu saja saat itu masakan yang Ana makan adalah makanan sisa dari suatu acara di hotel, atau kalau tidak hidangan dari pesta pernikahan temannya yang kaya. Tetapi tentu saja, Ana hanya bisa makan makanan yang ada.  Tidak bisa memilih.

Jadi sama-sama makan makanan lezat nan mewah, tapi kedudukannya berbeda. 

Bersama Aris, dia merasa seperti orang yang dihormati, disayang dan diperlakukan sangat spesial. 

Aris mengusahakan masakan sesuai keinginan Ana, bukan masakan sisa, bukan karena menghadiri pesta pernikahan. Tetapi memang masakan yang dipesan sesuai dengan keinginannya.

Itu sungguh luar biasa.

Ia merasa dikasihi. Ia merasa dilindungi.

Apalagi tadi sebelum Hendra datang, ada ucapan yang sangat menghangatkan hatinya, ‘buat menyenangkan kekasih hati’. Begitulah kata-kata Aris saat itu.

Fiuhh, luar biasa.

Hati Ana terasa sangat bahagia, tubuhnya terasa ringan seakan-akan mampu menari-nari di udara.

Pukul 13.00 siang Ana dan Aris mengantar Hendra ke Pelabuhan Sri Bintan Pura. Begitu Hendra membeli tiket, ia segera bergerak menuju lorong keberangkatan.

“Ana, semoga makin menyenangkan ya kunjungan Ana ke Tanjung Pinang. Hati-hati selalu dan jaga diri baik-baik. Ana sudah ku anggap keluargaku sendiri.” Hendra memegang kedua tangan Ana sebelum masuk lorong.

“Aku sangat berterima kasih pada Hendra lho. Hendra baik sekali.”

Ehmm!

Aris melegakan tenggorokannya.

“See you again in Batam!”

Mereka saling melambaikan tangan.

“Jadi sekarang bagaimana?” tanya Aris sembari meninggalkan pelabuhan. “Jadi ingin pergi ke Pulau Penyengat?”

“Kalau ke Pantai Trikora, bisa tidak?”

“Butuh waktu satu jam kesana naik taksi. Ini sudah jam 14.00 jadi sampai ke sana jam 15.00.”

Ana berhitung dalam diam di kepalanya. Ongkos taksi PP tentu tidak murah. Belum jika ada tiket masuk ke pantai, juga tidak lupa pastilah membeli makanan dan minuman setelah sampai di sana. 

Ana langsung sadar, duitnya yang selalu tipis-tipis saja, membuatnya sulit bergerak bebas. 

Tanggung jawab terhadap mamanya sering membuat nafasnya engap. Gerakannya sangat terbatas.

“Kayaknya terlalu buang-buang uang ya kalau memaksakan ke Trikora,” kata Ana ragu. “Kurang pagi kita kalau ke sana.”

“Iya, memang sih. Memang kurang ideal timingnya. Lalu bagaimana?” tanya Aris lagi.

“Kita ke Pulau Penyengat saja,” putus Ana. “Yang dekat-dekat saja. Paling tidak aku bisa merasakan naik perahu kecil, pompong ya namanya?”

“Iya pompong,” jawab Aris. “Ya sudah kita ke sana.”

                 ___________________

Aris dan Ana sudah berjalan menapaki jalan sempit yang hanya nyaman untuk kendaraan motor saja. Sebuah mobil pasti akan sangat kesulitan jika harus berlalu lalang di tempat itu.

Di depan mereka Mesjid Raya Sultan Riau yang berwarna kuning terang berdiri tampak cukup mencolok di antara rumah-rumah kecil penduduk yang berderet di samping jalan.

Saat sampai ke mesjid itulah, pertama kalinya Aris pamit ke Ana mau 

menjalankan ibadah sholat Ashar.

Ana termangu sambil memandang kepergian Aris mengambil air wudhu.

Selama mereka bersama, mereka memang tidak pernah membicarakan soal agama. 

Ana sendiri beragama Katolik dan sudah dibabtis sejak bayi. Konon yang membawa Ana untuk dibaptis adalah Eyang Putri dan Eyang Kakungnya.

Sedang mamanya tidak jelas apa agamanya. Tetapi di ktpnya sih beragama Katolik. Walau mamanya belum dibabtis. Hanya sepanjang hidup yang Ana ingat, tak sekalipun mamanya terlihat berdoa apalagi ke gereja.

Kenapa bisa begitu? 

Ya, karena Eyang Putri dan Eyang Kakungnya baru masuk Katolik dan dibaptis ketika mereka sudah masuk kategori lansia madya. Sehingga mereka tidak sempat menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anak mereka.

Walau sudah dibaptis sejak bayi, namun keimanan Katolik Ana juga tidak jelas. Bersama mamanya, mereka berdua bergulat dengan kerasnya hidup berkekurangan. Belum lagi masalah yang ditimbulkan oleh papa kandungnya yang kurang bertanggung jawab secara materi dan bahkan memilih untuk menikah lagi dengan wanita yang menurut papanya adalah cinta sejatinya.

Sejak masih kanak-kanak, sesungguhnya sudah ada luka batin yang ditorehkan oleh papanya. Menurut papanya, ia menikahi mama karena terpaksa, mamanya terlanjur hamil. Papanya bilang sebenarnya ia mencintai wanita lain.

Tapi, bagaimana dengan dia?

Kenapa dia yang jadi sasaran penyesalan kedua orang tuanya.

Dalam keadaan seperti itulah, Ana menjadi dewasa. Hidup itu harus kerja keras banting tulang. Dan harus senantiasa waspada kepada manusia berjenis kelamin laki-laki. Jangan sampai terpedaya oleh mereka sehingga hancur semua masa depan dan hidup seorang wanita. Karena terlanjur salah pilih.

Ana melihat Aris sudah berjalan menuju ke arahnya. Rambutnya terlihat basah tanda habis berwudhu.

Ketika mereka mulai berjalan lagi menyusuri jalan dengan kampung Melayunya yang kental, Ana mengeluarkan keingintahuannya kepada Aris.

“Mas, aku baru tahu lho kalau Mas Aris ini Muslim. Soalnya baru kali ini aku lihat Mas Aris sholat.”

Aris terus berjalan dengan tatapan ke depan.

“Kalau Ana beragama Kristen ya?”

“Katolik tepatnya.”

“Oh beda dengan Kristen ya?”

“Kita sama-sama menyembah Tuhan Yesus. Tetapi hakikat dan tatacara kami berbeda.  Kristen lebih dipergunakan oleh umat Protestan.”

“Ana beribadah di gereja mana?” tanya Aris sambil terus berjalan.

Ana tertawa. “Sejak ke Batam ini, aku belum pernah ke gereja. Aku sudah pernah bertanya-tanya dimana ada gereja Katolik. Tapi setelah kutanya-tanya lagi, aku harus 2 kali naik bus untuk sampai. Lumayan jauh dari mess. Aku jadi malas.”

Aris tertawa juga.

“Hampir mirip aku kalau begitu. Aku juga jarang sholat. Karena datang ke pulau ini saja  di mana pusat perhatian masyarakat di pulau ini ya mesjid, aku jadi terpanggil untuk sholat. Kebetulan juga pas waktunya.”

“Wah kalau begitu kita sama dong. Yuk, tos.” Ana mengajak Aris untuk tos bareng.

Lalu tawa mereka pun berderai renyah.

1
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak , bikin penasaran
strawberry 27
di tunggu keseruan selanjutnya author
strawberry 27
Klo Aris tidak ada niat buruk ke Ana, dan niat nya tulus nganterin Ana liat² Batam, tidur di rumah Hendra pasti mau, ini Aris sudah pertama ke Tanjung Pinang ,Ana yg bayar i , SPT nya gue tau niat busuk Aris apalagi KLO bukan pingin melancarkan aksi nya di hotel sama Ana
strawberry 27: salah paham sy dgn author nya, maksud sy bukan pertama x Aris ke Tanjung Pinang tapi ,dari awal yg Aris minta duit 200 ribu buat bayar PP itu lho hehehe,,,
total 2 replies
strawberry 27
Wah Aris ada mau nya sama Ana tu, sudah ke Tanjung Pinang minta di bayar i , e Hendra baik banget nawari bermalam di rumah nya di tolak, hati² Ana , si Aris ada niat busuk ke Ana, Aris pasti pingin nginep di hotel berdua an sama Ana, dah gitu x aja Ana yg di suruh bayari hotel bukan itu aja, Aris punya niat buruk ke Ana , Ana hati². sama Aris buaya darat
strawberry 27: iya bikin penasaran aja si Aris mau ngapain ke Ana 🤭🤭
total 3 replies
strawberry 27
waduh si Aris kok pelit ,nggak bayari Ana yg 200 ribu buat ke TP😠
strawberry 27: Aris ternyata cuma pingin menaklukkan Ana doank, habis itu ya sudah
total 4 replies
Frans Lizzie
Terima kasih buat dukungannya.😍😍
strawberry 27
lanjut kak,,,nunggu in nich
strawberry 27
wah ,,Tiur perlu bingit blajar basa Jawa thor biar makin seru KLO ngobrol bareng 😄
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak, seru nich. bikin penasaran
strawberry 27: sama² kak 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!