NovelToon NovelToon
Cinta Dibalik Heroin 2

Cinta Dibalik Heroin 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Obsesi / Mata-mata/Agen / Agen Wanita
Popularitas:280
Nilai: 5
Nama Author: Sabana01

Feni sangat cemas karena menemukan artikel berita terkait kecelakaan orang tuanya dulu. apakah ia dan kekasihnya akan kembali mendapatkan masalah atau keluarganya, karena Rima sang ipar mencoba menyelidiki kasus yang sudah Andre coba kubur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Roni, di balik semua ini

Ketika kain hitam itu dilepas dari matanya, hal pertama yang Feni rasakan bukan cahaya—melainkan ingatan.

Ingatan yang seharusnya sudah terkubur.

Rumah tua itu memang asing. Tapi pria yang berdiri di depannya tidak.

Jantung Feni seakan berhenti berdetak sesaat.

“Kamu…” suaranya tercekat. “Roni.”

Pria itu tidak terlihat terkejut. Seolah sejak awal ia sudah menunggu momen ini. Ia hanya menatap Feni lama, lalu mengangguk pelan.

“Kamu masih ingat,” katanya. Suaranya rendah. Terkontrol. Sama seperti dulu.

Feni mundur satu langkah refleks.

Bali.

Penggerebekan gudang di pinggir pelabuhan. Malam panas, bau laut, teriakan bercampur tembakan. Ia dan Erlang menyamar—bukan sebagai polisi, bukan sebagai warga sipil, melainkan sebagai dua orang yang terlalu nekat untuk tahu batas.

Dan Roni adalah salah satu target.

“Harusnya kamu sudah mati atau di penjara,” ucap Feni gemetar.

Roni tersenyum kecil. “Kenyataannya nggak selalu rapi.”

Ia memberi isyarat agar Feni duduk. Kali ini, tidak ada ancaman. Tidak ada sentuhan kasar. Tapi justru itu yang membuat Feni semakin waspada.

“Kamu tahu aku siapa sekarang,” lanjut Roni. “Dan aku tahu kamu siapa sejak awal.”

“Kekasih Erlang,” potong Feni dingin.

“Ya,” jawab Roni tanpa ragu. “Dan itu sebabnya aku nggak pernah menyentuhmu dulu.”

Kalimat itu membuat dada Feni mengeras.

“Kenapa aku di sini?” tanyanya. “Kalau ini balas dendam, cepat saja.”

Roni menggeleng. “Kalau aku mau balas dendam, kamu nggak akan bangun di tempat seperti ini.”

Ia berjalan ke jendela, menatap malam. “Aku yang menarikmu keluar dari rumah itu.”

Feni menegang. “Kamu yang—?”

“Aku yang memastikan orang-orang itu tidak membunuhmu di tempat.”

“Dengan menculikku?”

“Dengan menyelamatkanmu,” koreksi Roni. “Versi dunia yang aku kenal memang seperti ini.”

Nama Marko menggantung di udara bahkan sebelum Feni mengucapkannya.

“Ayah angkatmu,” kata Feni pelan. “Bos besar itu.”

Roni mengangguk. “Dia yang mengendalikan jaringan lama Wisnubroto.”

Feni membeku. “Jadi semua ini—”

“Sudah direncanakan jauh sebelum kamu menemukan flashdisk itu,” lanjut Roni. “Marko tahu siapa kamu. Dia tahu kamu dekat dengan Erlang. Dia ingin kamu jadi umpan.”

“Dan kamu?” suara Feni nyaris tak terdengar.

Roni berbalik. Tatapannya tajam, tapi ada sesuatu yang retak di dalamnya.

“Aku menolak.”

“Karena apa?” tanya Feni. “Karena rasa bersalah? Atau karena aku?”

Hening panjang.

“Aku menyukaimu,” kata Roni akhirnya, jujur, tanpa dramatisasi. “Sejak Bali.”

Feni menelan ludah. “Aku milik Erlang.”

“Aku tahu,” jawab Roni cepat. “Dan aku nggak pernah bermaksud merebutmu.”

Ia mendekat satu langkah, menjaga jarak aman. “Perasaan bukan alasan untuk melanggar batas. Tapi cukup kuat untuk membuatku memilih.”

“Memilih apa?”

Roni menatap lantai sejenak. “Aku membunuh Marko.”

Kalimat itu jatuh seperti tembakan tanpa suara.

“Apa…?” Feni terhuyung, nyaris kehilangan keseimbangan.

“Dia ayah angkatku,” lanjut Roni. “Yang membesarkanku. Yang mengajarkanku bertahan di dunia kotor ini.”

“Kenapa?” air mata Feni mengalir tanpa ia sadari.

“Karena dia memerintahkan namamu disebut sebagai target,” jawab Roni pelan. “Dan aku tidak bisa membiarkan itu terjadi.”

Di tempat lain, Erlang berdiri di ruang gelap, menatap layar rekaman terakhir.

“Ini bukan penculikan biasa,” katanya. “Ini operasi bersih.”

Andre mengangguk. “Dan pelakunya… tahu kita.”

Kembali ke rumah tua itu, Feni terduduk lemas.

“Kamu sadar apa yang kamu lakukan?” tanyanya putus asa. “Kamu membunuh satu-satunya orang yang melindungimu.”

Roni tersenyum pahit. “Perlindungan yang meminta darahmu bukan perlindungan.”

“Jadi sekarang aku harus berterima kasih?”

“Tidak,” jawab Roni tegas. “Aku tidak minta apa-apa.”

“Lalu kenapa aku masih di sini?”

Roni menatapnya lurus. “Karena setelah Marko mati, semua orang akan memburumu. Dan satu-satunya cara agar kamu hidup… adalah menghilang.”

“Erlang akan mencariku.”

“Aku tahu,” suara Roni melembut. “Dan itulah sebabnya aku tidak akan menyentuhmu. Tidak akan menyakitimu. Tidak akan memaksamu.”

“Selain memaksaku pergi,” Feni bergetar.

Roni mengangguk. “Aku tidak pahlawan, Feni. Aku hanya pria yang membuat satu pilihan benar di hidupnya… dan sekarang harus menanggung akibatnya.”

Mobil melaju menembus malam.

Feni menatap jalanan kosong, air mata jatuh diam-diam.

Ia diculik oleh seseorang yang pernah ia buru. Dilindungi oleh seseorang yang seharusnya menjadi musuh. Diselamatkan oleh pria yang menyukainya, tapi memilih mundur.

Dan di belakangnya, Erlang—lelaki yang ia cintai—sedang menuju kebenaran tanpa tahu bahwa satu nyawa telah dibayar untuk menjaga Feni tetap hidup.

Permainan belum selesai.

Justru baru dimulai.

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!