NovelToon NovelToon
Penjinak Hati Duda Hot

Penjinak Hati Duda Hot

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

“Sadarlah, Kamu itu kunikahi semata-mata karena aku ingin mendapatkan keturunan bukan karena cinta! Janganlah menganggap kamu itu wanita yang paling berharga di hidupku! Jadi mulai detik ini kamu bukan lagi istriku! Pulanglah ke kampung halamanmu!”

Ucapan itu bagaikan petir di siang bolong menghancurkan dunianya Citra.

“Ya Allah takdir apa yang telah Engkau tetapkan dan gariskan untukku? Disaat diriku kehilangan calon buah hatiku disaat itu pula suamiku yang doyan nikah begitu tega menceraikan diriku.”

Citra meratapi nasibnya yang begitu malang diceraikan oleh suaminya disaat baru saja kehilangan calon anak kembarnya.

Semakin diperparah ketika suaminya tanpa belas kasih tidak mau membantu membayar biaya pengobatannya selama di rawat di rumah sakit.

Akankah Citra mampu menghadapi ujian yang bertubi-tubi menghampiri kehidupannya yang begitu malang ataukah akan semakin terpuruk dalam jurang putus asa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 5

Arni menghela napas, senyumnya terangkat miring dengan kesombongan yang lebih kentara dari sebelumnya.

“Baguslah kalau begitu, Mbak,” katanya sambil menatap Citra dari ujung kepala sampai ujung kaki.

“Soalnya yah… orang seperti Mbak itu memang paling cocoknya pura-pura ikhlas begitu, biar kelihatan kuat padahal sebenarnya cuma menahan malu saja.”

Ardila langsung menimpali sambil memutar bola matanya jengah.

“Betul! Lagian juga siapa sih yang mau iri sama Mbak? Maaf ya, tapi hidup Mbak itu kayak sudah dikasih kesempatan bagus, tetap saja berakhir turun-naik kayak roller coaster. Tidak ada stabil-stabilnya!” cibirnya.

“Qadarullah,” kata Arni sambil menepuk pundak Ardila pura-pura bijak, “orang kalau bukan jodohnya ya mau dipertahankan juga percuma. Dan Mas Ardian itu memang bukan jodohnya Citra. Dari dulu kita sudah bisa lihat dia memang tidak cocok jadi bagian keluarga ini.”

Bu Etty mendecak pelan, suaranya rendah tapi pedas melebihi bon cabe level sepuluh.

“Dengar baik-baik, Citra. Untung sekali kamu itu sudah tidak jadi bagian keluarga kami. Dari dulu saya sudah bilang, kamu itu tidak cocok. Tidak layak dengan lingkungan kami, tidak pantas dengan cara hidup kami.”

Ia tersenyum tipis penuh penghinaan.

“Anak saya itu berhak mendapatkan yang lebih baik daripada perempuan yang hanya membawa sial dan air mata.”

Citra menahan nafas, tetapi tetap diam tidak membalas ucapan nyinyiran mereka.

Rose, yang sedari tadi memainkan perannya sebagai korban manis nan tak berdosa, tiba-tiba menghembuskan napas seperti sedang mengumpulkan keberanian. Padahal jelas sekali ia menikmati keadaan.

“Mbak… saya betul-betul minta maaf,” katanya dengan suara lembut yang dibuat-buat.

“Tapi ya mau bagaimana lagi? Mas Ardian bilang dia tidak bahagia hidup dengan Mbak selama dua tahun ini dan dia juga merasa tersiksa menikah dan hidup dengan Mbak,” ujarnya.

Ia mengelus perutnya perlahan-lahan.

“Dan bukti kebahagiaan itu sekarang ada di sini. Di dalam kandungan saya sesuatu yang yah… Mbak pasti paham kan?”

Ia pura-pura menunduk seolah dia sangat prihatin.”kayaknya Mbak nggak paham dengan apa yang aku rasakan saat ini karena, Mbak tidak bisa kasih apa yang paling diinginkan oleh mas Ardian yaitu keturunan.”

Arni berdecak pelan sambil tertawa.

“Astaghfirullah, kasihan betul. Baru kehilangan eh sudah langsung dibandingkan. Tapi yah, begitulah hidup. Allah kasih yang baru buat Mas Ardian, yang lebih baik tentunya,”

Ardila menambahkan, suaranya sinis tapi terdengar puas.

“Sudahlah Mbak, jangan pura-pura suci. Dari dulu kau itu terlalu banyak gaya. Sok istri paling baik, sok paling sabar, sok paling berhak dipertahankan padahal toh ujung-ujungnya dibuang juga.”

Bu Etty mengangguk, menyeringai penuh kemenangan karena rencananya berhasil.

“Belajarlah menerima kenyataan. Tidak semua orang pantas dipertahankan. Ada juga yang memang seharusnya dilepaskan karena hanya jadi beban dalam hidup.”

Arni mencondongkan tubuhnya, hingga wajahnya mendekat seolah ingin memastikan Citra mendengar setiap kata-kata yang terucap dari lidahnya yang tajam melebihi silet itu.

“Dan ingat baik-baik Mas Ardian itu tidak menyesal menceraikanmu. Buktinya apa? Dia masih berstatus suaminya kamu tapi malah cari yang lain dan syukurnya langsung dapat yang lebih pantas.”

Rose memasang wajah kasihan wajah yang lebih menyakitkan daripada hinaan langsung ditujukan untuknya.

“Maafkan saya, Mbak tapi saya memang ditakdirkan untuk bersama Mas Ardian.”

Ardila menatap Citra dengan puas.

“Tapi jangan khawatir, Mbak. Semoga setelah ini hidupmu bisa lebih terarah dan bahagia. Tidak usah harapkan kembali. Apalagi untuk dipertahankan. Tidak perlu berharap untuk diperjuangkan.”

Arni merapikan tasnya, bersiap untuk pergi dari dalam ruangan itu.

“Yuk, kita pulang. Kasihan juga kalau terlalu lama di sini. Nanti orang kira kita menindas orang yang sedang sakit.”

Cibirnya sembari Ia tertawa pendek.

“Padahal kan cuma menunjukkan kenyataan sih nyatanya.”

Bu Etty menatap Citra terakhir kalinya, kali ini dengan senyum yang mengiris hati nurani dan sembilu.

“Semoga lekas sadar diri, Citra. Ingat rumah tangga itu bukan hanya soal sabar. Tapi soal pantas atau tidak pantasnya seseorang menjadi istri sholeha. Dan kamu sangat tidak pantas.”

Rose mengusap perutnya sambil melirik Citra sekilas. “Doakan kami ya, Mbak.”

Ucapan itu justru terdengar seperti tamparan paling kasar sebelum mereka bertiga berbalik dan melangkah keluar dari bangsal dengan langkah yang ringan, perasaan puas, dan tanpa sedikit pun rasa bersalah.

Meninggalkan Citra yang masih duduk tegak dengan senyuman simpul disudut bibirnya membuat keempatnya keheranan dengan mental dan karakter Citra yang tak terprovokasi dengan sindiran mereka.

Citra menarik napasnya pelan, menutup mata sejenak untuk menenangkan gemetar di ujung jarinya.

Bukannya membalas, bukannya beradu kata, ia justru menunduk sebentar lalu mengangkat wajahnya kembali dengan ketegaran yang tidak satu pun dari mereka duga.

“Sebelum kalian pulang…” ucap Citra lirih namun terdengar cukup jelas, “Izinkan saya membalas semua ucapan kalian tadi dengan satu hal yang masih bisa saya berikan.”

Arni dan Ardila otomatis menahan nafas.

Bu Etty memajukan dagunya. Rose menatap tak nyaman.

Citra tersenyum sangat tipis, bukan senyum kemenangan, melainkan senyum seseorang yang sudah selesai berperang dengan dirinya sendiri.

“Aku cuma bisa mendoakan,” katanya lembut.

Ia menatap satu persatu Arni dan Ardila terlebih dahulu.

“Semoga Allah jaga hati kalian dari rasa iri dan dengki. Semoga apa yang kalian banggakan hari ini tidak menjadi ujian yang membuat kalian jatuh nanti. Saya doakan kalian bahagia dengan cara kalian sendiri, meski caranya berbeda dengan saya.”

Arni menelan ludahnya dengan pelan, ekspresinya berubah kaku sekaku kanebo kering.

Citra kembali melanjutkan ucapannya, kali ini menatap Bu Etty wanita yang pernah ia panggil Ibu.

“Untuk Ibu terima kasih pernah menerima saya dulu walau sebentar. Saya berdoa semoga ibu selalu sehat, dan semoga Allah jauhkan ibu dari penyesalan di masa depan. Saya tidak lagi menjadi bagian hidup ibu, tapi saya tetap doakan ibu.”

Wajah Bu Etty berubah datar tanpa senyum, tanpa rasa puas dan congkak seperti tadi.

Citra kemudian menatap Rose. Tatapannya paling lembut, namun paling tajam dalam makna.

“Dan untuk Rose…” Citra menahan napasnya sebentar kemudian menghela dengan perlahan.

“Semoga rumah tangga yang kau jalani sekarang benar-benar menjadi rumah, bukan pelarian. Semoga apa yang kau dapat hari ini membawa ketenangan, bukan penyesalan. Dan semoga Allah mudahkan persalinanmu, lancarkan rezekimu, dan jauhkan kau dari air mata yang pernah jatuh di tempat yang sama dan cukuplah aku yang merasakan kepahitan berumah tangga.”

Rose berkedip cepat, matanya sedikit memanas mendengar ucapan Citra.

Citra menghela nafas cukup panjang, lalu menunduk sedikit sebagai bentuk penghormatan terakhir.

“Alhamdulillah aku sama sekali tidak dendam. Tidak ada waktu untuk itu. Saya sudah kehilangan banyak hal dan saya tidak ingin kehilangan hati saya juga.”

Ia kembali menatap mereka lagi, suaranya lembut namun mengandung ketegasan.

“Semoga apapun yang kalian cari dari kedatangan hari ini, kalian dapatkan. Dan semoga Allah mengampuni kita semua, kalau memang ada hati yang pernah kita lukai baik sengaja maupun tidak.”

Keheningan menggantung di udara karena semua orang dalam bangsal tersebut menghayati dengan seksama ucapannya Citra.

Tidak ada satu pun yang berani menjawab atau menyela. Tidak ada lagi kata-kata ejekan, tidak ada lagi tawa miring dan sumbang.

Ucapan Citra terlalu halus, terlalu tenang dan justru itulah yang membuat semuanya seperti ditampar tanpa Citra harus mengangkat tangannya terlebih dahulu.

Akhirnya, Citra menutupnya dengan penuh kerendahan hati, keikhlasan dan ketegaran.

“Pergilah kalian, saya doakan kalian pulang dengan selamat. Semoga Allah jaga langkah kalian. Dan semoga hidup saya maupun hidup kalian masing-masing menjadi lebih baik setelah ini.”

Arni sontak menggigit bibirnya, Ardila menghindari tatapan. Bu Etty merapikan kerudungnya dengan canggung.

Rose hanya bisa diam, wajahnya sedikit terlihat memucat hanya mendengar ucapannya Citra yang sangat berkesan dan penuh makna.

Citra hanya bersandar kembali pada bantalnya yang terlihat cukup lelah dengan keadaan yang terjadi, tapi tidak menunjukkan kekalahan.

Justru merekalah yang pergi dengan kepala tertunduk samar, tidak mampu lagi melontarkan satu pun hinaan untuk menutup kunjungan yang seharusnya menjadi puncak penghinaan bagi Citra namun justru berbalik menjadi pelajaran untuk mereka sendiri.

Semuanya kembali tenang setelah huru-hara itu, Citra mengikhlaskan yang terjadi kepadanya dengan lapang dada dan berharap kedepannya akan indah pada waktunya.

Beberapa hari kemudian setelah hari dimana dia ditalak dan mendapatkan hinaan dan cacian dari orang terdekatnya serta kebenaran yang baru diketahuinya kalau adik sepupunya yang dianggap adik kandungnya sendiri orang ketiga dalam biduk rumah tangganya yang hancur.

Kondisi kesehatannya semakin membaik setelah beberapa hari menjalani perawatan medis intensif dari dokter. Walaupun asi eksklusif sesekali merembes keluar membasahi pakaiannya karena selama keguguran, entah kenapa produksi ASI-nya melebihi wanita hamil yang baru melahirkan lainnya, tapi bagi Citra itu tidak mengganggunya bahkan dia anggap itu rezeki.

“Syukur Alhamdulillah makasih banyak ya Allah aku bisa sehat seperti dahulu,” gumamnya setelah dokter dan beberapa perawat meninggalkan bangsal tempat dia dirawat selama kurang lebih seminggu.

Rasa bahagia itu pupus seketika padahal baginya kehidupannya akan berjalan normal seperti sedia kala ketika beberapa orang perawat bagian administrasi mendatangi ranjang tempat dia duduk setelah diperiksa pagi itu.

“Maaf Bu Citra, kami datang untuk melaporkan dan menyampaikan informasi bahwa biaya perawatan dan biaya operasi Anda belum dilunasi oleh Pak Ardiansyah Lukman hingga detik ini,” ujar seorang perempuan muda berhijab dengan nada hati-hati.

Citra sontak menganga lebar, matanya membesar tak percaya. Ujung jarinya yang memegang selimut melemah, sementara tubuhnya seperti kehilangan tumpuan.

Dalam pikirannya beberapa hari ini, mantan suaminya itu tentu sudah melunasi semua sangkutan biaya pengobatannya. Ia bahkan tidak menyangka harus mendengar berita seperti ini dalam kondisi tubuh yang masih lemah pasca operasi.

“Mak—maksudnya Mbak, belum dibayar sama sekali?” tanyanya terbata-bata.

Suaranya yang terbata mencerminkan keterkejutannya yang begitu besar.

Perawat itu mengangguk pelan. “Benar sekali, Bu Citra. Dan hari ini adalah hari terakhir ibu diberikan waktu untuk melunasi semua biayanya.”

Citra merasakan darahnya seakan berhenti mengalir. Kepalanya tiba-tiba seperti dunia berputar. Kedua tangannya refleks menekan pelipisnya, mencoba menahan rasa pening yang datang mendadak.

“Ya Allah…” nafasnya tercekat. “Tapi Mbak bagaimana caranya saya membayar hari ini? Saya sama sekali tidak punya uang. Yang saya miliki hanya cincin dan anting yang saya pakai ini.” ujarnya seraya melepaskan cincin nikahnya dari jari manisnya.

Perawat itu saling pandang dengan rekannya, lalu salah satunya maju sedikit.

“Kalau begitu, Ibu bisa membayar sebagian dulu. Sisanya kami tunggu paling lambat sore ini. Kalau tidak sesuai aturan, Ibu bisa dipidanakan.”

“Apa!?” Citra seperti tersentak disambar petir.

“Dipidanakan? Maksudnya saya bisa masuk penjara?” tanyanya dengan mulut menganga.

Perawat itu kembali mengangguk pelan. “Benar, Bu Citra. Total biaya yang wajib Ibu bayar adalah empat puluh lima juta setelah cincin dan anting-anting ini kami taksir.”

“Empat puluh lima juta…?” Suara Citra cukup keras membuat beberapa pasien menoleh ke arahnya.

Kedua bahunya merosot lemah, wajahnya pucat seperti tak lagi berdarah. “Ya Allah… dari mana saya bisa dapat uang sebanyak itu dalam sehari?” keluhnya.

“Kami tunggu itikad baiknya, Bu. Kami permisi dulu,” ucap salah satunya.

Begitu mereka pergi, beberapa pasien dan keluarga pasien sempat melirik ke arah Citra melihat perempuan itu terdiam kaku, kedua tangannya gemetar hebat di atas selimut.

Citra menelan ludah dengan susah payah. “Ya Allah… aku harus cari uang di mana lagi?” bisiknya lirih, hampir seperti suara anak kecil yang ketakutan.

“Nggak mungkin aku minta sama Mas Ardian pasti dia nggak mau bantu dan itu sama saja menambah rumit.”

Cairan bening jatuh perlahan dari sudut matanya. Citra mengusap air mata itu dengan kondisi tangan yang sama-sama bergetar.

Kepalanya terasa penuh dan sesak, seolah ditarik dari semua arah. Ia membungkuk sedikit, memegang dada yang terasa nyeri karena cemas dan trauma kehilangan bayinya.

“Ya Allah… aku cuma seorang yatim piatu. Aku nggak punya siapa-siapa dan juga nggak punya apa-apa,” gumamnya dengan suara parau.

Ia memejamkan mata, menahan sakit yang menusuk baik di tubuh maupun di hatinya saat ini.

“Ya Allah, tolong kuatkan aku… jangan Engkau biarkan aku jatuh di titik ini. Lapangkan jalanku, bukakan pintu rezeki yang halal dan tunjukkan aku cara untuk keluar dari masalah ini. Aku pasrah hanya kepada-Mu…”

Tangisnya pecah tanpa suara, hanya bahunya yang berguncang pelan, sementara dunia terasa semakin menghimpit dari segala arah.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang dari arah belakangnya.

“Saya bisa bantu kamu melunasi semuanya bahkan saya bisa kasih kamu uang tambahan. Asalkan kamu mau melakukan apa pun yang saya mau.”

Suara itu begitu dekat dari telinganya, Citra membeku seketika. Jantungnya seperti berdetak tidak karuan.

Ia perlahan menolehkan kepala, gerakannya kaku seperti robot yang sendi-sendinya berkarat.

Begitu matanya melihat sosok di belakangnya, napas Citra langsung tercekat.

Tenggorokannya mengering, sementara kedua tangannya otomatis mencengkram selimut hingga buku-bukunya memutih.

Bibirnya bergetar halus, namun tidak ada suara yang sanggup keluar.

Wajahnya memucat, pupilnya membesar, dan tatapannya jatuh pada sosok itu dengan campuran shock dan waspada.

1
Aqella Lindi
tetap d tguya thor semangat💪
Aqella Lindi
jgn lama2 ya thor nti lupa ceritany
Dew666
🍒🍒🍒🍒🍒
Evi Lusiana
dasar laki² gila lo yg nyakitin,nyerai in tp msih jg mo ngganggu hidupny dasr gak waras
Evi Lusiana
sungguh kluarga ardian yg toxic itu pst dpt balasan tlh menyakiti mendholimi mnsia ber akhlak baik sprti citra
Evi Lusiana
menggelikan satu kluarga toxic tunggu sj karma kalian
Dew666
💥💥💥💥💥
Dew666
💃💃💃💃💃
Sastri Dalila
😅😅😅 semangat Citra
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Dew666
🔥🔥🔥🔥🔥
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Adrian tabur tuai pasti ada .ingat apa yg kamu tuai itu yg akan kamu dpt, dasar mantan suami iblis
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
Bagus Citra.. usah di balas dgn kejahatan pd org yg tlh berbuat jahat kpd kamu.
Sastri Dalila
👍👍👍
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
semoga bener Citra itu anak pak Ridho yg hilang. aduhhh Citra terima saja pekerjaan yg ditawarkan semoga kehidupan kamu berubah dgn lbh baik lagi.
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
rose pasti akan menerima nasib yg sama seperti Citra, jgn terlalu sombong kerna karma itu ada. apa yg dituai itu yg kamu dpt begitu juga dgn ibu serta sdra Andrian yg sudah menyakiti hati dan mental Cutra
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
siapa yg dtg ya
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: ditebak kira-kira siapa???
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
ayuh Citra ga usah peduli dgn kata2 pedas dari keluarga mantan sok percaya diri bgt mereka.
Zie Zie
cerita yg menarik mencetuskan emosi yg berbagai
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak kakak sudah mampir ditunggu updatenya yah 😘🙏🏻🥰
total 1 replies
§𝆺𝅥⃝©༆𝓐𝓯𝔂𝓪♡𝓣𝓪𝓷༆ѕ⍣⃝✰☕︎⃝❥
kk mampir di sini thor
itu suami kayak bagaimana ya ga ada perasaan dan hati nurani kpd istrinya yg baru saja keguguran.
Soraya
lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak sudah mampir kakak 🙏🏻😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!