NovelToon NovelToon
Claimed By Mister Mafia

Claimed By Mister Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Anak Yatim Piatu / Romantis / Cinta Terlarang / Mafia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: tami chan

Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam yang panjang.

“Amanda!” pekik Amy kaget. Dia segera berlari mendekati Amanda, ingin menanyakan keadaannya namun sayang Amanda malah kejang dan dari mulutnya mulai keluar buih busa berwarna putih. 

Amy sontak memekik kaget, dan berteriak minta tolong dari ambang pintu kamarnya. Dengan cepat dia mengambil ponsel dan menghubungi 112 untuk meminta pertolongan medis darurat.

Amy tak tau apa-apa tentang pertolongan pertama, yang dia tau –jika ada orang pingsan sampai mengeluarkan busa, dia harus memiringkan tubuh korban agar busa atau air itu tak masuk dan menutupi jalur pernapasan. Itulah yang Amy lakukan sekarang, memiringkan tubuh Amanda dan memastikan Amanda masih bernapas dengan baik sampai bantuan medis datang.

Tak menunggu lama, bantuan medis pun datang. Suara sirine yang berisik di luar tentu saja membuat Amy menghela lega. Dengan bantuan security, tim medis langsung tau kamar Amanda dan segera melakukan pertolongan pertama kemudian membawa Amanda ke Rumah Sakit terdekat.

Mau tidak mau, Amy pun harus ikut menemani Amanda. Dengan pakaian yang masih menempel di badannya sejak pagi, Amy masuk ke mobil ambulance dan ikut ke rumah Sakit.

Amanda langsung di bawa ke ruang gawat darurat dan Amy hanya bisa menunggu di luar dengan perasaan kalut. Dia bingung harus menghubungi siapa, karena dia tak tau siapa keluarga Amanda. Akhirnya, Amy putuskan untuk menelpon miss Claudia. Tepat saat Amy akan menelpon, ternyata miss Claudia terlebih dahulu menelpon dirinya.

“Amy? bagaimana kondisi Amanda?” tanyanya ketika panggilan telepon itu di angkat.

“Amanda masih ada di ruang gawat darurat, miss. Dia masih menjalani perawatan.”

“Astaga! Amanda kenapa bisa sampai begini, Amy?”

“Saya tak tau, Miss. Tadi pagi dia tidak sekolah dan saat Saya pulang setelah makan malam di luar, Saya sudah mendapati Amanda seperti ini, miss. Miss bisa tolong datang ke sini? Saya takut sendirian mengurus Amanda,” pinta Amy.

“Maaf Amy, Saya sedang di Paris. Tapi tenang saja, Saya sudah menelpon kakak Amanda, dia pasti akan segera datang. Kau tunggu saja di sana sampai Kakaknya datang, ya? terima kasih Amy,” ucap Claudia.

Amy mengernyit, ‘kakak Amanda? Amanda tidak pernah bercerita jika dia punya seorang kakak, tapi mereka berdua memang belum terlalu dekat, kan?' Amy menghela napas,  “baiklah Miss…” jawabnya pasrah.

Suara monitor dan bisikan para perawat adalah soundtrack yang mengiris bagi kegelisahan Amy. Kursi plastik keras di ruang tunggu IGD terasa semakin tidak nyaman setiap menitnya. Dia melipat tangannya, membuka, lalu melipatnya lagi. 

Merasa bosan karena terus menerus duduk dengan gelisah, Amy bangun dan  berjalan mondar-mandir di depan ruang gawat darurat, sesekali dia duduk lagi, namun dia kembali berdiri dan berjalan mondar-mandir. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan Amanda belum ada tanda-tanda keluar dari ruangan itu. Amy tambah gelisah.

Ketika pintu IGD berderit terbuka, jantung Amy berdebar kencang, berharap itu dokter dengan kabar baik. Namun yang muncul adalah seorang pria.

Dan pria itu seolah membawa seluruh atmosfer baru masuk ke dalam ruang tunggu yang suram.

Tingginya sekitar 180 cm, membawa aura tenang yang langsung terasa. Rambutnya ikal hitam pekat, berkilau di bawah lampu neon, dipotong rapi mengikuti bentuk kepalanya. Matanya, yang berwarna coklat tua, langsung memindai ruangan sebelum akhirnya tertuju padanya. Ada ketegangan di sana, kekhawatiran mendalam yang tidak bisa disembunyikan, namun caranya berjalan tetap penuh wibawa.

"Amy?" suaranya dalam dan membuat setiap katanya terdengar elegan. "Saya Keenan, kakak Amanda. Terima kasih sudah menolong adik saya."

Dia mendekat, dan tanpa disuruh, duduk di kursi di sebelah Amy. Dia tidak duduk bersandar dengan santai, tetapi dengan postur tegak, menunjukkan rasa hormat pada situasi yang sedang berlangsung. Dia mengenakan kaos hitam polos sederhana dan jaket kulit yang terlihat mahal, serta celana chino yang rapi. Ada aroma parfum kayu yang hangat yang menenangkan.

"Saya tidak melakukan apa-apa," bata Amy, suaranya kecil. "Saya hanya... membawanya ke sini."

"Itu sudah lebih dari cukup," ucap Keenan, matanya menatapnya dengan sungguh-sungguh. "Saya berhutang budi padamu." Sorot matanya yang tajam namun hangat membuat Amy merasa dilihat, dan dihargai.

Dia menjelaskan bahwa dia adalah Managing Director untuk sebuah mal premium di pusat kota. Pantas saja tutur katanya tertata rapi dan sopan.

"Saya baru saja keluar dari rapat penting ketika Miss Claudia menelepon," ujarnya, menjawab pertanyaan Amy yang tak terucap tentang bagaimana dia bisa datang begitu cepat. "Tidak ada yang lebih penting dari keluarga."

Keenan sesekali mendekati perawat untuk menanyakan perkembangan, selalu dengan bahasa yang sopan dan tegas. Setiap kali dia kembali, dia akan memberikan update pada Amy dengan sabar, memastikannya tetap tenang. Perhatiannya tidak berlebihan, tidak membuatnya tidak nyaman, tetapi terasa tulus.

Saat jam telah menunjukkan lewat tengah malam, dan mata Amy mulai berat, seorang dokter keluar.

"Kami sudah menstabilkan kondisinya. Bisa dipindahkan ke ruang perawatan. Dia sudah sadar."

Angin lega yang mereka rasakan begitu besar. Amy hampir menangis, dan tanpa sadar, tangannya yang gemetar menyentuh lengan Keenan. Sentuhan spontan tanpa maksud apapun.

"Semuanya akan baik-baik saja sekarang," bisik Keenan sambil mengusap pelan tangan Amy yang mencengkram lengannya.

Mereka berdua masuk sebentar ke kamar Amanda. Setelah memastikan adiknya tertidur pulas, Keenan menoleh ke Amy.

"Pulanglah, Amy. Kamu sudah sangat lelah. Biar saya yang menunggu di sini."

Amy mengangguk. “Baiklah,” jawabnya singkat.

Keenan tersenyum untuk pertama kalinya malam itu. Senyum kecil yang mengubah seluruh wajah tampannya menjadi lebih hangat dan lembut. "Tolong, izinkan saya mengantarmu pulang. Mobil saya ada di luar."

Amy pun mengangguk, menerima tawaran Keenan. Lagi pula sudah tengah malam, dia harus bagaimana sampai ke asrama selain di antar Keenan.

Di dalam mobil mewahnya yang bersih dan harum, suasana hening tapi nyaman. Musik instrumental lembut mengalun pelan. Keenan memfokuskan perhatiannya pada jalan, tetapi sesekali melontarkan pertanyaan tentang sekolah Amy, negara asalnya, tentang bagaimana pertemanannya  dengan Amanda. Dia mendengarkan dengan saksama, seolah setiap kata dari Amy adalah hal yang penting.

Akhirnya mobil Keenan berhenti tepat di depan asrama, Amy pun berterima kasih dan bergegas keluar.

"Amy," panggilnya saat Amy akan berjalan menjauh, "Terima kasih. Atas segalanya." Matanya, di kegelapan, terlihat lebih dalam. Ada sesuatu di dalamnya, sebuah ketertarikan yang tidak dia ucapkan, tetapi bisa dirasakan.

"Besok saya akan kirimkan update tentang kondisi Amanda. Istirahatlah."

Amy mengangguk sambil menyunggingkan senyum tipis.

Ketika Amy hendak melangkahkan kakinya, bayangan sosok lain tiba-tiba mendekat dan mengejutkan Amy. Dia spontan mendongak untuk melihat siapa yang muncul, takut jika ternyata Om Jo kembali untuk mengganggunya lagi.

“Dari mana saja kau jam segini baru pulang?” suara berat dan tegang Lucien sukses membuat bulu kuduk Amy meremang. 

Lucien melirik Keenan yang masih duduk di dalam mobil, “Siapa dia? Kenapa kau pergi dengan lelaki sampai selarut ini, Amy? Sampai terlalu malas untuk mengangkat telepon dariku? Hemm?”

“Lu-Luce! Bukan begitu…” jawab Amy terbata.

Keenan yang melihat Amy didekati lelaki asing pun segera keluar dari mobil, “Amy, apakah dia mengganggumu?” tanyanya sambil berjalan mendekati Amy, berdiri di sampingnya –melindunginya.

Lucien menyeringai seram, “Kalau masih sayang dengan nyawamu, jangan ikut campur!” geramnya dengan suara berat yang benar-benar menakutkan.

1
sunshine wings
Nah.. Lengah kan.. 🤨🤨🤨🤨🤨
Tamie: pacaran bae jadilengah 😄
total 1 replies
sunshine wings
🤭🤭🤭🤭🤭
sunshine wings
Wah! Kembang setaman Amy.. 🥰🥰🥰🥰🥰
Tamie: 🤭🤭🤭...
total 1 replies
sunshine wings
hahaha . pawangnya Amy..
sunshine wings
🥰🥰🥰🥰🥰
Tamie: mleyot g tuh 🤭🤭
total 1 replies
sunshine wings
hubungi papanya Blanche, Amy..
sunshine wings
Jangan coba² 🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️🤷🏻‍♀️
Tamie: belum tau siapa Lucien dia 😏😏
total 1 replies
sunshine wings
Betul apa katanya Amy.. Enak saja ngatain orang yg nggak² 😏😏😏🙄🙄
sunshine wings
Papanya toh..🥰🥰🥰🥰🥰
Tamie: 🤭🤭🤭.....
total 1 replies
sunshine wings
Apa mungkinkah pria yg diselamatkan Amy itu ayahnya ato kakanya Blanche?
🤔🤔🤔🤔🤔
Tamie: jàwabannya ada di bab berikutnya 😎🤭
total 1 replies
sunshine wings
Lanjutkan saja Amy.. Kalo orangnya bae sepatutnya gak masalah ya..
Tamie: bener banget, G usah dengerin gosip 😄🤭
total 1 replies
sunshine wings
Semangat Amy 💪💪💪💪💪
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
sunshine wings
Cepat Amy!!!
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️
Tamie: pasti semua bakal kena balasan satu persatu 😎😎
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!