Prasetya terpaksa menikahi perempuan pilihan orang tuanya karena desakan dari orang tuanya, namun selama pernikahan dia tidak pernah mencintai perempuan yang telah menjadi istrinya itu karena hatinya sudah memilih perempuan lain yang menjadi kekasihnya selama mereka masih sekolah. Namun demi memenuhi keinginan orang tuanya dia rela menikahi perempuan pilihan orang tuanya.
Namun ternyata wanita pilihannya tidaklah sebaik yang dia kira selama ini, kekasihnya ternyata memiliki sifat jahat yang hanya ingin menguasai harta miliknya. Dia pun juga memanipulasi perasaan Prasetya dengan berpura-pura menjadi wanita yang baik di hadapannya. Tetapi, sifatnya berbeda ketika di belakang Prasetya. Dia bahkan memfitnah istri pertama Prasetya agar dia terlihat jelek di mata suaminya dan Prasetya tidak akan pernah menyukai istri pertama itu yang ternyata memiliki hati yang baik seperti malaikat.
Akankah kejahatannya bisa terbongkar dan memperlihatkan sifat aslinya itu?! bisakah Jasmine bertahan?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phoenixsoen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Sifat keibuan Jasmine
Keesokan paginya sekitar pukul 07:00 pagi Viona pulang dengan tubuh yang terlihat lelah setelah menginap di hotel semalaman, wajahnya begitu kusam dengan kantong mata yang sedikit menghitam. Viona pulang menggunakan taksi yang dia pesan dari hotel, setelah sampai di depan rumah dia turun dan langsung masuk kedalam rumah dengan tubuh lesu.
"oh.. Vi, kamu sudah pulang. Aku berencana akan menjemputmu ke hotel sekarang, tapi ternyata kamu sudah sampai rumah" ucap Pras saat akan keluar rumah.
"ah.. Menjemput?! Mas mau jemput aku?! Bukankah mas sengaja meninggalkan aku di hotel agar bisa berduaan dengan Jasmine semalaman kan! Bukankah begitu mas?!" kata Viona menelisik.
"enggak Vi, bukan begitu.. Aku sungguh akan pergi ke hotel untuk menjemputmu kemarin, tapi mama dan adikku malah menginap disini semalam dan baru pulang pagi ini. Makanya aku tidak bisa pergi untuk menjemput kamu semalam" kata Pras menjelaskan.
"alah.. Sudahlah mas, kamu tidak usah bohong lagi sama aku. Kamu tidak perlu banyak alasan lagi hanya untuk membela diri, aku tahu kok mas kalau kamu sebenarnya senang kan bisa berduaan dengan sundal itu tanpa ada aku semalaman?! Tidak perlu kau jadikan mama dan adikmu sebagai alasan untuk kalian bisa berduaan" Viona mulai kesal dengan alasan Pras.
"enggak Vi, enggak gitu... Aku beneran tidak bisa keluar semalam karena mama dan Bian mendadak menginap rumah. Makanya aku tidak bisa menjemput kamu di hotel" Pras bersikeras membela diri.
"alah... Basi mas alasan kamu, bilang saja kalau aku ini sudah bukan lagi jadi prioritas kamu. Aku sudah tidak kamu butuhkan lagi kan, mas?! Karena sekarang kamu sudah jatuh hati dengan Jasmine, bahkan sampai kamu juluki dia 'bidadari surga' karena saking cantiknya dia?! Kamu sudah melupakan aku mas?!" Viona menjadi kesal karena alasan Pras yang selalu menjadikan orang tuanya sebagai alasan.
"bukan gitu Vi.. Mana mungkin aku bisa menggantikan kamu dengan Jasmine, walau memang dia memiliki wajah yang cantik seperti itu.. Tapi bagi aku hanya kamu lah satu-satunya perempuan yang aku cintai" bujuk Pras agar Viona bisa luluh.
"hah.. Rayuan kamu itu sudah tidak mempan lagi untuk aku mas, sebab kamu selalu saja ingkar janji sama aku. Sejak kamu berani menyentuh jasmine di belakangan aku.. Sejak itu pula aku sudah tidak percaya lagi dengan kamu" Viona menunjuk Pras dengan jari telunjuk di sertai emosi yang menggebu.
"ta.. Tapi.. Vi.. Aku.." ucapan Pras terpotong karena Viona sudah lebih dulu berbicara.
"ah.. sudahlah mas, aku capek mau istirahat lebih baik kamu tinggalkan aku sendiri dulu hari ini. Aku tidak mau kepala ku tambah pusing dengan ribut sama kamu di pagi hari" Viona pun berlalu meninggalkan Pras yang masih berdiri di depan pintu.
...****************...
Sementara itu di sekolah..
Jasmine tengah mengajar seperti biasanya, saat waktu istirahat salah satu muridnya terlihat murung dan bersedih. Jasmine pun menghampirinya dan melihat keadaan murid tersebut. Ternyata anak itu adalah Asyila yang tengah duduk di ayunan sambil menangis, anak itu memang beberapa hari ini sering tantrum dan tidak semangat untuk belajar.
"Syila.." panggil Jasmine dengan lembut.
Syila pun menoleh ke arah Jasmine dengan mata yang basah dan merah karena banyak menangis.
"Bunda.." panggil Syila di sela tangisnya.
"Syila sedang apa disini, kok tidak main dengan teman-teman yang lain?! Dan kenapa Syila menangis, apa yang membuat Syila bersedih?!" tanya Jasmine dengan penuh perhatian.
"papa.. Bunda.. Syila sedih karena papa.. Hiks.. Kenapa sih bunda.. Kalau orang dewasa selalu ingkar janji sama anak kecil?" tanya Syila.
"ingkar janji seperti apa yang Syila maksud?" tanya Jasmine.
"tadi pagi.. Papa pergi ninggalin Syila sendiri.. Padahal kemarin papa janji jika hari ini.. Papa akan mengantarkan Syila ke sekolah, tapi ketika Syila bangun.. Papa sudah tidak ada.. Papa ingkar janji sama Syila kan, bunda..?" Syila menjelaskan dengan polosnya.
"Syila.. Dengar bunda ya sayang, papa Syila mungkin tidak ingin ingkar janji pada Syila.. Tapi, pekerjaan papa yang sangat banyak mengharuskan papa untuk memprioritaskan pekerjaan tersebut, makanya papa Syila terpaksa meninggalkan Syila pagi-pagi sekali" kata memberi pengertian.
"tapi kenapa papa lebih memprioritaskan pekerjaan daripada Syila? Memangnya Syila tidak lebih penting dari pekerjaan papa?" tanya Syila lagi.
"bukan begitu Syila, bunda yakin jika Syila juga sama pentingnya dengan pekerjaan papa Syila. Namun jika papa sampai kehilangan pekerjaannya maka Syila mungkin tidak akan bisa meminta apa yang Syila inginkan pada papa lagi. Sebab semua uang yang dihasilkan oleh papa berasal dari pekerjaan tersebut, apa Syila mau kalau nanti Syila tidak bisa meminta mainan atau sesuatu yang sangat Syila inginkan kepada papa lagi?" Jasmine mencoba mendengarkan pendapat Syila.
"tidak mau bunda.. Syila masih mau membeli sesuatu dengan uang papa, tapi kalau papa sudah tidak punya uang berarti Syila tidak akan bisa memintanya lagi" kata Syila dengan jujur.
"nah.. Berarti kalau Syila masih ingin meminta uang pada papa berarti papa harus tetap bekerja, dan jika papa tetap bekerja maka artinya Syila harus siap untuk sering di tinggalkan papa untuk bekerja, dan Syila tidak boleh marah jika papa tidak bisa menemani Syila setiap hari, ya!" kata Jasmine.
"iya.. Bunda.. Syila tidak akan marah atau ngambek lagi sama papa kalau papa harus bekerja" kata Syila yang akhirnya mengerti.
"Syila memang anak pintar dan pengertian, nah.. Sekarang Syila mau kan bermain dengan teman-teman yang lain dan tetap semangat untuk sekolah meski tidak selalu diantar papa setiap hari?!" ucap Jasmine sambil menghapus air mata Syila yang membasahi wajahnya.
Syila pun bangkit dari ayunan dan berdiri di depan Jasmine yang masih berada di ayunan, kemudian Syila pun memeluk Jasmine dengan erat. Jasmine pun balas pelukan Syila dengan hangat dan penuh kasih sayang. Di tengah pelukan mereka seseorang datang mendekati keduanya, seorang pria bertubuh tegap dan gagah serta wajah maskulin. Pria itu tidak lain adalah Bagas ayah dari Syila.
"ehm.." Bagas berdehem dan membuat Jasmine serta Syila melepaskan pelukan mereka.
"papa.." panggil Syila setelah dia berbalik untuk melihat siapa yang datang.
Bagas pun berjongkok untuk mensejajarkan posisinya dengan putri semata wayangnya.
"Syila.. Papa minta maaf ya karena tidak bisa mengantarkan Syila ke sekolah pagi ini" kata Bagas memohon.
"tidak apa-apa kok papa, bunda Jasmine bilang kalau papa bekerja juga demi Syila. Papa bekerja untuk mendapatkan uang demi membelikan ke inginkan Syila, kan?!" celoteh Syila dengan wajah cerianya.
"iya.. Sayang, papa bekerja demi Syila agar Syila tidak merasa kekurangan dari teman Syila yang lain" kata Bagas.
"nah.. Sekarang Syila mau kan kembali ke kelas untuk belajar bersama teman-teman?!" tanya Jasmine.
Syila pun mengangguk dan segera berlari ke ruang kelas menyusul teman-temannya, sementara Jasmine masih berada di taman bermain bersama Bagas.
"terima kasih Bu Jasmine, karena telah memberikan pengertian pada anak saya, sejujurnya saya terkadang kewalahan menghadapi sikap anak saya yang suka tantrum dan merengek untuk minta perhatian saya" kata Bagas bercerita.
"wajar pak, anak sekecil Syila memang masih butuh banyak perhatian dari orang tua sebab mereka tidak tahu bagaimana sulitnya orang tua dalam membesarkan mereka, serta bagaimana membagi waktu antara bekerja dan mengasuh anak. Hal itu pasti memang sulit untuk orang tua tunggal seperti pak Bagas, tapi jika Anda ingin lebih dekat dengan Syila mungkin Anda bisa meluangkan sedikit waktu untuk Syila dengan mengajaknya bermain atau sekedar jalan-jalan di sela waktu libur Anda. Mungkin dengan begitu anda dan Syila tidak akan kehilangan momen kebersamaan kalian" kata Jasmine memberi saran.
"wah.. Terima kasih atas sarannya Bu Jasmine, sepertinya memang hal tepat untuk meminta saran dari Anda. Anda ini sangat penyayang dan penuh kasih sayang terhadap anak-anak" puji Bagas atas sifat Jasmine.
"saya memang suka anak-anak pak, makanya saya menjadi guru TK untuk bisa menyalurkan kemampuan saya untuk mendidik anak-anak. Kalau tidak ada yang ingin di katakan lagi, saya permisi dulu pak karena harus kembali mengajar di kelas" ucap Jasmine dengan sopan.
"oh.. Iya.. Bu, silakan maaf jika saya mengganggu waktu Bu Jasmine" ucap Bagas mempersilakan.
Jasmine pun akhirnya pergi dari taman tersebut dan kembali ke kelasnya untuk mengajar, sementara Bagas masih berada disana untuk menunggu Syila selesai sekolah.