NovelToon NovelToon
KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

KETUA OSIS CANTIK VS KETUA GENG BARBAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Ketua OSIS yang baik hati, lemah lembut, anggun, dan selalu patuh dengan peraturan (X)
Ketua OSIS yang cantik, seksi, liar, gemar dugem, suka mabuk, hingga main cowok (✓)

Itulah Naresha Ardhani Renaya. Di balik reputasi baiknya sebagai seorang ketua OSIS, dirinya memiliki kehidupan yang sangat tidak biasa. Dunia malam, aroma alkohol, hingga genggaman serta pelukan para cowok menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya.

Akan tetapi, semuanya berubah seratus delapan puluh derajat saat dirinya harus dipaksa menikah dengan Kaizen Wiratma Atmaja—ketua geng motor dan juga musuh terbesarnya saat sedang berada di lingkungan sekolah.

Akankah pernikahan itu menjadi jalan kehancuran untuk keduanya ... Atau justru penyelamat bagi hidup Naresha yang sudah terlalu liar dan sangat sulit untuk dikendalikan? Dan juga, apakah keduanya akan bisa saling mencintai ke depannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjanjian

Happy reading guys :)

•••

Waktu menunjukkan pukul 19.30, bintang di langit kota Jakarta secara perlahan-lahan mulai hadir untuk menggantikan tugas sang Surya, membuat angkasa seakan menjadi lautan cahaya yang begitu sangat tenang dan memukau.

Di sebuah jalanan protokol yang masih dipenuhi oleh banyak sekali kendaraan bermotor, terlihat sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam tengah melaju dengan kecepatan pelan—seakan sang pengemudi sedang memikirkan sesuatu serta ingin memberikan waktu kepada seseorang untuk menikmati keindahan pada malam hari ini.

Dari balik kursi penumpang depan, terlihat sosok Naresha tengah asyik menikmati keindahan langit pada malam hari ini, mengukir senyuman tipis, seraya sesekali mengabadikan keindahan di dalam layar handphone-nya.

Akan tetapi, itu tidak berselang lama, lantaran Naresha sesegera mungkin menghentikan aktivitasnya dan mengalihkan pandangan ke arah kanan—menatap wajah tampan Kaizen yang masih dipenuhi oleh banyak sekali perban dan plester luka—ketika mendengar suara dari suaminya itu.

“Sa, lu yakin ini bakal aman? Keluarga besar lu emang nggak akan mikir yang aneh-aneh kalau lihat muka gue babak belur kayak gini?” tanya Kaizen pelan, menunjuk ke arah wajahnya sendiri, tanpa mengalihkan pandangan sedikit pun dari jalanan di depan sana.

Naresha diam sejenak, memasukkan handphone ke dalam sling bag branded berwarna hitam miliknya, lantas melipat kedua tangan di depan dada sebelum membuka suara. “Udah pasti mereka mikir yang aneh-aneh, tapi mau gimana lagi … kalau kita nggak datang … yang ada mama sama papa jadi malu sendiri di depan keluarga besar, dan juga … gue nggak mau kena hukuman lagi gara-gara nggak bisa bawa lu ke rumah malam ini.”

Kaizen sedikit mengerutkan kening, lantas menatap Naresha dari sudut matanya. “Semenakutkan itu keluarga besar lu?”

Naresha spontan mengukir senyuman tipis penuh akan arti saat mendengar pertanyaan yang telah Kaizen lontarkan, lantas kembali menatap wajah suaminya itu dengan sorot mata penuh meremehkan. “Kenapa? Lu takut ketemu sama mereka?”

Mendengar hal itu, Kaizen refleks menggeleng-gelengkan kepala pelan, lalu tanpa aba-aba membunyikan klakson dengan sangat kencang saat tiba-tiba saja melihat sebuah sepeda motor sedang melakukan tindakan bodoh di depan sana.

Hal yang dilakukan Kaizen sedikit membuat Naresha membulatkan mata, tetapi itu tidak berlangsung lama, karena dirinya kembali menatap wajah suaminya itu—masih dengan sorot mata penuh meremehkan.

“Nggak sama sekali … cuma … berarti malam ini kita harus bersikap romantis di depan mereka? … Gue males banget ngelakuin hal itu,” jelas Kaizen, menurunkan kecepatan mobil dan membelokkan kendaraan roda empat itu memasuki kawasan kompleks perumahan elit.

Naresha seketika menghilangkan senyuman penuh arti di wajahnya, kemudian mengalihkan pandangan ke arah depan—melihat jalanan yang pelan-pelan mulai terasa sedikit lebih lengang.

“Iya juga … aku nggak mikir sampai sana … aish … aku juga males banget harus bersikap romantis sama Kaizen semalam penuh … tapi, udah sejauh ini dan juga aku udah bilang ke mama kalau bisa … huh … mau nggak mau harus tetap lanjut …,” batin Naresha, menggigit bibir bawahnya cukup kencang beberapa saat, sebelum pada akhirnya mengembuskan napas panjang dan kembali membuka suara, “Lu pikir gue sudi apa romantis-romantisan sama lu? Nggak sama sekali … tapi mau gimana lagi … kita udah nggak bisa mundur … gue udah ngasih tahu Mama kalau kita berdua bisa.”

Kaizen menoleh ke arah Naresha, seraya mengulurkan tangan kirinya ke arah istrinya itu. “Mau buat perjanjian buat malam ini?”

Naresha terdiam sejenak, menatap uluran tangan dan wajah Kaizen beberapa saat sambil sedikit mengerutkan kening. “Perjanjian apa? Kalau macem-macem … big no, Kaizen!”

Kaizen menghela napas pelan, lalu mulai mengukir senyuman samar yang membuat tatapan matanya terlihat lebih serius daripada biasanya. “Santai aja … gue cuma mau bikin malam ini berjalan lancar. Jadi kita sepakat buat pura-pura jadi pasangan harmonis di depan keluarga besar lu. Nggak ada debat, nggak ada sindir-sindiran … cukup akting manis aja.”

Naresha mengedipkan mata beberapa kali, masih terus-menerus menatap uluran tangan kiri Kaizen—antara ragu dan juga sedikit takut. Hatinya berteriak menolak, tetapi logika mengingatkan bahwa ini memang satu-satunya cara agar tidak mempermalukan kedua orang tuanya.

Beberapa detik berlalu penuh akan keheningan, hingga pada akhirnya Naresha menggenggam tangan Kaizen dengan sangat cepat.

“Deal! Tapi, cuma untuk malam ini aja, Kaizen … jangan kebanyakan gaya,” ucap Naresha penuh akan ancaman.

Kaizen terkekeh pelan, lantas meremas tangan Naresha—seakan ingin menegaskan sesuatu. “Santai aja, Sa … gue jamin, setelah malam ini, keluarga besar lu bakal percaya kalau kita ini pasangan paling serasi.”

Naresha berdecak pelan sambil memutar bola mata dengan sangat malas, lantas segera melepaskan genggaman tangan Kaizen dan mengalihkan pandangan ke arah luar melalui jendela kaca kursi penumpang depan—berusaha mempersiapkan diri sebelum harus berpura-pura menjadi pasangan paling romantis bersama musuh bebuyutannya itu.

•••

Mobil sedan berwarna hitam milik Kaizen secara perlahan-lahan mulai berhenti tepat di depan garasi sebuah rumah mewah nan megah dengan gaya modern. Di dalam sana, Kaizen mengembuskan napas panjang beberapa kali, sebelum pada akhirnya mematikan mesin dan mengalihkan pandangan ke arah Naresha.

Naresha pun melakukan hal yang sama, membuat mata mereka saling pandang untuk beberapa saat, sebelum dirinya memutuskan untuk mengalihkan pandangan ke arah depan—melihat banyak sekali mobil keluarga besarnya telah terparkir dengan sangat rapi.

“Mereka datang semua … nggak ada yang absen satu orang pun,” gumam Naresha, menyadari bahwa semua mobil milik keluarga besarnya ada di sana.

“Sepengin itu, kah, mereka ngelihat kita berdua?” tanya Kaizen, menyandarkan kepala di sandaran kursi mobil sambil menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi indera penglihatannya.

Naresha mengangkat kedua bahu pelan. “Mungkin.”

Kaizen kembali menatap wajah cantik Naresha. “Mau turun sekarang, Sayang?”

Naresha spontan mengerutkan kening saat mendengar panggilan yang baru saja diberikan oleh Kaizen. Ia refleks menoleh ke arah suaminya itu, ingin melontarkan protes, tetapi sesegera mungkin mengurungkan niat saat mengingat perjanjian yang telah mereka buat beberapa menit lalu.

“Merinding gue denger lu manggil ‘sayang’.” Naresha melepaskan seatbelt yang sedang melindungi tubuhnya, lalu mulai membuka pintu mobil. “Ayo, turun.”

Begitu turun dari mobil, Naresha dan Kaizen berdiri bersebelahan—menatap ke arah pintu masuk utama rumah, sebelum kembali saling pandang beberapa saat.

Tanpa mengatakan apa-apa, Naresha secara perlahan-lahan mulai memeluk lengan kanan Kaizen, kemudian memberikan kode kepada suaminya itu untuk mulai melangkahkan kaki.

Kaizen mengangguk paham, lantas mulai membawa Naresha menuju pintu masuk utama rumah kedua mertuanya dengan sangat pelan—seolah sedang memberikan waktu bagi Naresha yang masihlah sedikit enggan untuk berpura-pura pada malam hari ini.

“Semuanya akan baik-baik aja … cuma malam ini aja aku harus bersikap manis sama Kaizen … setelah itu, nggak ada lagi kontak tubuh seromantis ini … Ayo, Naresha … kamu pasti bisa … tunjukkin permainan cantikmu seperti biasanya.”

To be continued :)

1
Vlink Bataragunadi 👑
what the..., /Shame//Joyful//Joyful//Joyful/
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha puas bangett akuu/Joyful//Joyful//Joyful/
Musoka: waduh, puas kenapa tuh 🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
buahahaha Reshaaaa jangan remehkan intuisi kami para orang tua yaaaaa/Chuckle//Chuckle/
Musoka: Orang tua selalu tahu segalanya, ya, kak 🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
ada ya yg ky gini/Facepalm/
Musoka: ada, dan itu Resha 🤭🤭🤭
total 1 replies
Vlink Bataragunadi 👑
gelooooo/Facepalm/
Musoka: gelo kenapa tuh kak 🤭🤭🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!