Perselingkuhan adalah sebuah dosa terbesar di dalam pernikahan. Namun, apakah semua perselingkuhan selalu dilandasi nafsu belaka? Atau, adakah drama perselingkuhan yang didasari oleh rasa cinta yang tulus? Bila ada, apakah perselingkuhan kemudian dapat diterima dan diwajarkan?
Sang Rakyan, memiliki sebuah keluarga sempurna. Istri yang cantik dan setia; tiga orang anak yang manis-manis, cerdas dan sehat; serta pekerjaan mapan yang membuat taraf hidupnya semakin membaik, tidak pernah menyangka bahwa ia akan kembali jatuh cinta pada seorang gadis. Awalnya ia berpikir bahwa ini semua hanyalah nafsu belaka serta puber kedua. Mana tahu ia ternyata bahwa perasaannya semakin dalam, tidak peduli sudah bertahun-tahun ia melawannya dengan gigih. Seberapa jauh Sang Rakyan harus bergulat dalam rasa ini yang perlahan-lahan mengikatnya erat dan tak mampu ia lepaskan lagi.
Kisah ini akan memeras emosi secara berlebihan, memberikan pandangan yang berbeda tentang cinta dan kehidupan pernikahan. Cerita p
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikodemus Yudho Sulistyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gendhis dan Surat-Surat Sang
Gendhis yang telah genap berusia 60 tahun itu telah menghabiskan lebih dari separuh surat yang ditulis oleh mendiang ayahnya untuk seorang perempuan yang disebut dengan ‘Flo Sayang’. Tidak ada orang lain selain ibunya, Florentina, yang pasti dimaksud di dalam surat-surat tersebut.
Yang memang mengejutkan Gendhis adalah bahwasanya ia tak menyangka sang mendiang ayahnya itu memiliki sifat romantis di sisi lain. Gendhis, Damar dan Jati sama-sama tidak menolak kenyataan tentang perhatian dan rasa cinta ayahnya itu terhadap ibu mereka. Namun, masalah surat, satu-satunya hal yang bisa dijadikan penjelasan adalah bahwa Sang, sang mendiang ayah mereka tersebut, menggunakan surat untuk berkomunikasi dengan lebih dalam dengan sang mendiang ibu mereka.
Florentina, si introver akut itu memang sepanjang sejarah keluarga mereka bukanlah sosok yang suka berbicara. Banyak kesempatan yang harus menggunakan cara lain untuk berkomunikasi, menyatakan keinginan dan memberikan makna pada suatu hal tertentu melalui jalan non verbal. Romantisisme Sang nyatanya dihadirkan melalui surat.
Ini masuk akal, pikir Gendhis. Saking masuk akalnya, keterkejutan akan adanya surat-surat tersebut malah membuat arti kehidupan kedua orang tuanya semakin membekas di hati Gendhis yang juga sudah setua ini.
“Flo Sayang. Tak mudah memang menembus selaput pikiranmu yang berada di balik batok kepala yang oval sempurna itu, tapi, yakinlah, aku selalu ada untuk terus mencoba. Barangkali ketika mendadak pintu batinmu itu terbuka, kau tak perlu menunggu lama, aku dengan gampang akan segera menderu masuk dan mendapatkanmu. Jangan khawatir, aku selalu ada.”
Ah sialan! Air mata tua ini kembali tertumpah, batin Gendhis.
Bagaimana bisa ada laki-laki yang memberikan standar selangit tingginya untuk anak-anaknya.
Bukan berarti suami Gendhis bukan orang baik, bukan suami dan ayah yang baik, malah sebaliknya. Gara-gara dibesarkan oleh seorang Sang Rakyan, ia bisa mendapatkan jodoh yang sesuai dengan standar tak sadar yang ditetapkan keluarganya tersebut. Yang membuat Gendhis geleng-geleng kepala adalah bahwa mendiang ayahnya, tidak pernah berhenti memberikan kejutan, kebaikan, dan contoh-contoh baik bahkan sampai wafatnya.
Ayahnya adalah seorang jurnalis unggul, pemimpin, dan content writer berkualitas yang pernah dimiliki DisPLAY Media selama ini. Terbukti dari berapa banyak rekan-rekannya semasa hidup – yang masih tersisa – repot-repot datang, bahkan dari jauh, dan telah sepuh pula, ke pemakamannya.
Tidak heran, surat-surat pendek Sang ditulis dengan baik, indah, dan romantis. Ayahnya kan memang penulis, jurnalis.
Gendhis tak salah. Ayahnya memang romantis. Bagi Florentina, Sang memang selalu ada. Mulutnya yang kerap terkunci itu tidak harus dibuka paksa oleh Sang. Entah bagaimana Sang seperti selalu mendapatkan cara untuk memahami mau dan perasaan istrinya tersebut. Romatisme Sang berada di titik berbeda dari kebanyakan laki-laki yang sesuai dengan definisi romantisme itu sendiri. Sang memberikan romantisismenya dengan cara yang tentu saja berbeda untuk seorang Florentina yang juga berbeda, bukan perempuan cantik biasa. Sampai saat wafatnya pun, Florentina tidak pernah merasa kekuarangan cinta dan kasih sayang suaminya. Romantisisisme sang suami telah terdefinisikan sendiri oleh Florentina.
Namun, surat-surat itu, sayangnya, sejatinya bukan ditujukan untuk Florentina.
Setelah insiden foto lukisan dan tangisan Florencia di ruangannya berpuluh-puluh tahun yang lalu itu, ada buncah aneh yang bergelung di rongga dada Sang. Ia sudah gagal untuk mencegah bunga-bunga itu bersemi di hatinya. Semua gara-gara Florencia yang memang ketahuan ternyata memiliki perhatian, atau mungkin rasa yang sama dengannya. Mungkin sekali selama ini rasanya berbalas.
Kacau, acak adul, tetapi juga menenangkan, membuatnya bahagia.
Ia baru hidup sekali – seperti semua manusia lainnya. Itu sebabnya pula, ia tak bisa merefleksikan kehidupanya berdasarkan pada pengalaman hidupnya. Seumur-umur, ia belum pernah merasakan dan mengalami keanehan semacam ini. Anehnya lagi, ketika sampai di rumah, buncah itu tetap ada, tetapi sama sekali tidak mengganggu rasa sayangnya pada Florentina.
Ia sendiri bingung bukan kepalang. Sang istri, yang telah memberikannya tiga orang anak itu, tampil sebagai sosok istri yang sempurna, yang memenuhi satu ruang penuh di hatinya. Bukan setengah. Tapi satu ruang penuh.
Lalu, dimana letak Florencia di hati Sang?
Nah, itu yang membuat Sang semakin bingung. Sampai saat ini, Florencia juga perlahan mengisi penuh satu ruang di hatinya. Apakah ruang yang lain? Bangunan berbeda yang tidak berbagi dengan Florentina? Apakah itu mungkin?
Gendhis dan Jati mengerumuni ayahnya ketika Sang sampai di rumah. Sudah kebiasaan mereka untuk bermain dengan Sang, tidak peduli bahwa ayah mereka itu baru saja pulang kerja. Sang pun sesungguhnya tak keberatan. Ia menikmati setiap momen kebersamaan dengan keluarganya. Florentina biasanya sedikit melarang anak-anaknya untuk bergelayutan di tubuh suaminya itu, paling tidak memberikan kesempatan sebentar bagi Sang untuk berehat.
Damar, si sulung, biasanya juga sudah menunggu ayahnya, hanya saja mencari waktu yang tepat untuk bercerita, berbagi kisah sehari ini dengan sosok orang yang ia kagumi tersebut.
Malamnya, saatnya bagi Sang untuk menghabiskan waktu dengan Florentina. Seperti biasa, Sang akan bercerita tentang apa-apa yang terjadi di kantornya. Tidak terkecuali mengenai Florencia. Bedanya, kali ini, terlalu banyak hal yang ia sensor. Sang hanya menceritakan secara umum betapa seorang Florencia adalah sosok yang sama seperti sewaktu awal ia kenal. Intorver yang cerewet tetapi kompleks.
Khusus mengenai Florencia, Florentina seperti sedang bercemin, hanya saja kacanya buram. Ada refleksi dirinya disana, tetapi tidak benar-benar serupa. Maka, tidak dapat dipungkiri Florentina terlihat prihatin, kasihan, dan juga paham dengan gambaran Sang.
Florentina jarang merespon berlebihan dengan beragam cerita Sang. Kalau sudah sampai puncaknya, entah cerita mengenai beratnya tugasnya, banyaknya hal yang harus diurus di kantor, dan sebagainya, Florentina akan menghentikan cerita Sang, memeluknya, membuat suaminya itu aman dan nyaman.
Sungguh, memang itu yang terjadi. Segala lelahnya, keluh kesahnya, luntur laju, mengalir turun dari benak dan bahkan tubuhnya.
Pikiran tentang Florencia tetap bercokol di dalam kepala Sang.
Sang tidak ingin membuat pembenaran, tapi begitulah yang ia rasakan. Seakan keberadaan kedua orang perempuan di dalam hatinya itu tidak saling ganggu, pun tak saling melengkapi. Ia lengkap di dunia masing-masing.
Ah, rumit sekali. Kini Sang merasa sama gilanya dengan Florencia. Mengapa rasa ini tidak bisa sesederhana dahulu ketika ia tergila-gila pada Florentina? Mengapa kini ia kesulitan mendefinisikan semunya? Apa diam-diam kegilaannya inilah yang membuat pikirannya dan pikiran Florencia saling bertaut? Atau, semuanya karena ia memang jahat saja, laki-laki brengsek yang mencari alasan dan celah moral untuk dapat berselingkuh?
Jadi kek biarlah rahasia dia pernah mencintai perempuan lain selain ibu mereka dibawa sampe kubur.
penasaran sama perasaan Florentina, sbnrnya Florentina ada kepekaan nggak sama Sang Rakyan?
kelainan kek Flo ini, misal nggak minum obat atw apa ya... ke psikiater mungkin, bisa "terganggu" nggak?
kasian sbnrnya kek ribet kna pemikirannya sendiri
Awalnya sekedar nyaman, sering ketemu, sering pke istilah saling mengganggu akhirnya?
tapi semoga hanya sebatas dan sekedar itu aja yak mereka. maksudnya jngn sampe kek di sinetron ikan terbang itu😂
biarkan mereka menderita dan tersiksa sendiri wkwkwkwk.
Setdahhh aduhhh ternyata Florencia???
Jangan dong Flooo, jangan jadi musuh dari perempuan lain.
Itu bkn cinta, kamu ke Sang cuma nyaman. Florentina selain cantik baik kok, anaknya tiga loh... klopun ada rasa cinta yaudah simpan aja. cinta itu fitrah manusia, nggak salah. tapi klo sampe kamu ngrebut dari istri Sang. Jangan deh yaa Flo. wkwkwkwk
Keknya Florentina biarpun sama introvert kek Flo, tipe yg kaku ya... berbeda sama Flo. intinya Sang menemukan sesuatu yg lain dari Flo, sesuatu yg baru... ditambah dia lagi masa puber kedua. yang tak dia temukan sama istrinya. Apalagi setelah punya tiga anak. mungkin yaaa
Flo dengan segala kerumitannya mungkin hanya ngrasa nyaman, karena nggak semua orang dikantor bisa memahami spt Sang memahami Flo. sekedar nyaman bkn ❤️😂
Flo berpendidikan kan? perempuan terhormat. masa iya mau jadi pelakorr sihh? ini yg bermasalah Sang nya. udah titik. wkwkwkwk