Gairah Terlarang Cinta Pertamaku

Arzelo mengkhawatirkan adiknya karena sudah hampir jam 8 malam Arzela belum pulang juga. Di saat yang sama, orang kepercayaan Arzelo akhirnya berhasil mendapatkan bukti penyelidikannya selama beberapa hari ini tentang Sabrina.

"Ada satu hal yang harus Kamu tahu, Ar. Aku yakin Kamu pasti tidak akan menyangkanya," ucap Ken, orang kepercayaan Arzelo.

Pria itu memberikan sebuah bukti yang berhasil membuat mata Arzelo terbelalak nyaris keluar dari tempatnya.

"Astaga, ini bukan pelacur lagi namanya, tapi jalang highclass," ucap Arzelo sambil bergidik ngeri saat melihat bukti hasil penyelidikan orang kepercayaannya.

Arzelo tiba-tiba merasa kasihan dengan Nadeo. Sahabat sekaligus sepupu angkatnya itu harus mengorbankan perasaannya hanya demi menyelamatkan kehormatan keluarganya.

Ken hanya terkekeh melihat reaksi Arzelo yang sudah ia duga akan seperti itu.

"Aku juga sudah menemukan keberadaan Gentala," ucap Ken.

"Bagus! Aku akan menemuinya saat ini juga."

Arzelo bangkit dari duduknya, ia tidak sabar ingin memberi pelajaran pada sepupu pengecut nya itu.

"Tapi sebaiknya Kamu beritahu Nadeo dulu, Ar. Kamu tahu kan yang paling dirugikan di sini adalah Nadeo, biarkan dia lebih dulu bicara dengan Gentala."

Ken sebenarnya bukan sekedar memberi saran saja, ia hanya berjaga-jaga jika Arzelo melewati batas. Ken sangat tahu, sahabatnya itu akan sangat keterlaluan jika menyangkut keluarganya. Terutama adiknya, terlebih lagi Arzela sangat terluka di sini.

"Kamu benar. Kalau gitu aku akan menemui Nadeo dulu."

Arzelo menghubungi nomor ponsel Nadeo, namun setelah berulang kali menghubunginya, Nadeo tetap tidak mengangkat panggilannya.

"Ke mana dia? Kenapa tidak diangkat-angkat?" Kesal Arzelo. Ia mencoba kembali menghubunginya namun hasilnya tetap sama. Arzelo yang memiliki kesabaran setipis tisu, sangat kesal dan memilih untuk menyerah. "Nanti aku hubungi dia lagi, aku mau nyari Zela dulu."

Arzelo memutuskan untuk mencari Arzela ke kantor tempat adiknya itu bekerja.

Tidak membutuhkan waktu lama, Arzelo sampai di gedung kantor bernamakan Bramasta Kingdom. Arzelo sebelumnya sempat meminta ijin pada satpam untuk mencari adiknya di dalam kantor. Satpam pun mengijinkan setelah Arzelo mengatakan adiknya bernama Arzela.

Arzelo melihat sekitar kantor sudah sepi karena jam kantor memang sudah berakhir sejak 3 jam yang lalu. Hanya nampak beberapa karyawan saja yang mungkin sedang lembur.

Setelah bertanya pada salah satu karyawan di sana, Arzelo akhirnya sampai di depan meja kerja adiknya. Namun tidak ada Arzela di sana. Meja kerjanya pun tampak rapi.

Sekilas Arzelo melihat ruangan direktur utama lampunya masih menyala. Ia pikir mungkin adiknya itu ada di dalam sana. Walaupun sebenarnya ia tidak enak hati, mengingat dirinya tidak ada kepentingan dengan perusahaan itu. Namun demi mencari adiknya, Arzelo pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan itu.

Tok tok tok

Sementara itu, pria paruh baya yang berada di dalam ruangan itu sangat terkejut mendengar suara ketukan pintu dari luar.

"Siapa di jam begini mengetuk pintu?" Gumam pria paruh baya itu. Walaupun disertai rasa kesal dan khawatir, ia pun akhirnya membuka pintu.

Ceklek

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪? 𝘉𝘪𝘴𝘢 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭 𝘢𝘥𝘰𝘯𝘢𝘯 𝘤𝘶𝘤𝘶𝘬𝘶," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘱𝘢𝘳𝘶𝘩 𝘣𝘢𝘺𝘢 𝘪𝘵𝘶.

"Pak Dewa?"

Arzelo nampak terkejut saat melihat sosok Pak Dewa yang keluar dari ruangan itu. Arzelo sudah mengenal Dewa, mereka juga sempat beberapa kali bertemu dalam perebutan tender, namun keduanya belum pernah melakukan kerja sama. Dan lagi, setahunya nama perusahaan Dewa itu Dewangga Kingdom, bukan Bramasta Kingdom.

"Arzelo? Kenapa Kamu di sini?"

Tanya Dewa, tidak lupa dengan wajah pura-pura terkejutnya.

"Aku sedang mencari Arzela. Tapi mejanya sudah kosong," ucap Arzelo dengan nada khawatir.

"𝘈𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢? 𝘒𝘢𝘴𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘢."

Dewa tentu saja sudah tahu apa yang terjadi di dalam ruangan pribadi putranya. Saat hendak pulang, Dewa tidak sengaja melihat putranya membawa Arzela masuk ke dalam ruangan pribadinya. Dewa juga tahu putranya dalam pengaruh obat perangsang.

Setelah mengetahui Nadeo adalah putranya, diam-diam Dewa menempatkan bodyguard bayangannya untuk menjaga Nadeo. Ia tidak mau orang-orang licik seperti Harleya dan Sabrina mengusik putranya itu.

Awalnya Dewa ingin menghentikan Nadeo, namun setelah dipikir-pikir, akan bagus jika Nadeo melakukannya dengan Arzela. Lagipula, Arzela adalah orang yang dicintainya, begitupun sebaliknya.

"𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘭𝘢𝘩, 𝘣𝘪𝘢𝘳 𝘢𝘬𝘶 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘤𝘶𝘤𝘶."

Pemikiran yang amat salah, apalagi Dewa jelas tahu keduanya bukanlah pasangan halal. Namun dalam hatinya dewa bergumam, "𝘣𝘪𝘢𝘳𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘰𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢,"

Dewa berpikir mungkin inilah cara Tuhan menyatukan putranya dengan cintanya. Walaupun dengan cara yang salah, tapi ia yakin niat Tuhan tidak pernah keliru.

"Arzelo, sebaiknya kita masuk dulu."

Tanpa banyak tanya pria tampan itu mengekor Dewa masuk ke dalam ruangan itu.

"Sebenarnya... Arzela ada di dalam ruangan pribadiku bersama putraku, dia---"

"Apa? Jadi maksud Anda---"

"Dengar dulu!"

Dewa mencekal tangan Arzelo yang hendak masuk ke dalam ruangan pribadi Nadeo. Pria itu meminta Arzelo kembali duduk selagi ia menjelaskannya.

"Sebenarnya Nadeo putraku. Dia---"

"Apa? Jadi Nadeo putra Anda, dan Arzela sedang bersama Nadeo, Mereka---"

"Aku bilang dengar dulu, jangan asal menyimpulkan!"

Dewa akhirnya menjelaskan apa yang terjadi dengan Nadeo dan Arzela adalah ulah Sabrina yang ingin menjebak Nadeo. Dewa juga menceritakan tentang Nadeo yang ternyata anak kandungnya.

"Tapi Nadeo sudah memiliki istri, dia---"

"Bukannya Kamu menyelidiki bagaimana istrinya Nadeo? Memangnya Kamu tega membiarkan dia terjebak dengan wanita seperti Sabrina?"

"Darimana Anda tahu aku menyelidiki Sabrina?" Tanya Arzelo penuh selidik.

"Pertanyaan macam apa itu? Kamu tentu tahu duniaku seperti apa, tidak berbeda dengan mu."

Deg

"𝘈𝘱𝘢 𝘗𝘢𝘬 𝘋𝘦𝘸𝘢 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘬𝘶---"

"Ya, aku tahu. Kamu Zeloze, kan?" Dewa tersenyum menyeringai, ia seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Arzelo.

Arzelo membeku di tempatnya. Selama ini tidak ada yang tahu Arzelo adalah Zeloze salah satu mafia yang terkenal dengan kejeniusan hacker-nya.

"Aku akan keluar sebentar. Tolong tahan mereka sebelum aku kembali."

Entah Arzelo ingin menghindar atau apa, namun pria itu buru-buru pergi dari ruangan itu.

"Mau ke mana dia? Apa dia takut?"

Dewa berpikir jika Arzelo pergi karena takut identitasnya sudah ketahuan. Padahal Dewa sendiri tidak pernah mempermasalahkannya.

Tidak membutuhkan waktu lama Arzelo kembali dengan napas terengah. Bersamaan dengan itu, Nadeo keluar dari ruangan pribadinya dengan Arzela di dalam gendongannya.

"Apa kalian sangat menikmatinya?"

Bugh

"Abang!"

Arzela yang berada di dalam gendongan Nadeo sangat terkejut karena tiba-tiba saja Arzelo menghajar Nadeo.

Nadeo nyaris limbung, namun untung saja pria itu memiliki ketahanan fisik yang luar biasa.

"Kak, turunkan aku!" Bisik Arzela pada Nadeo. Namun Nadeo tetap bergeming, ia tidak mau menurunkan Arzela. "Kak, aku mohon!"

Nadeo akhirnya menurunkan Arzela karena wanita itu terus memaksa.

"Adek, minum ini!" Arzelo memberikan satu botol kecil berwarna putih pada Arzela.

Rupanya Arzelo buru-buru pergi tadi karena membeli obat itu untuk Arzela.

"Obat apa ini, Bang?" Tanya Arzela sambil mengernyitkan keningnya. Di kemasan botol itu sama sekali tidak ada petunjuk apa pun.

"Obat penunda kehamilan."

Deg

"Kamu mau membunuh calon cucuku?"

"Kamu mau membunuh calon anakku?"

𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥