SISTEM TRILIUNER SUKSES

Keesokan paginya, Ethan terbangun dari tidurnya, bukan karena sinar matahari yang masuk melalui jendelanya melainkan karena notifikasi dari teleponnya.

Dengan lesu, ia meraih ponsel itu, menyipitkan mata ke layarnya. Sambil berpikir, ia melihat pesan teks dari David.

David: [Selamat pagi, Ethan. Ini wawancara hari ini.]

Ethan menatap pesan itu, pikirannya masih kabur karena tidur.

"Sudah hari itu? Waktu berlalu begitu cepat sekarang, ya?"

Sebelum dia sempat mengumpulkan tenaga untuk menanggapi, pesan lain datang.

David: [Apakah kamu akan datang membantu hari ini?]

Ethan tersenyum, bersandar di bantalnya. Antusiasme David memang mengagumkan, meskipun mungkin agak kurang tepat di saat yang tidak tepat ini.

Dia mengetik balasan, berhenti sejenak, lalu meletakkan teleponnya, membiarkan pikirannya melayang.

Kabar terbaru Clara kemarin terlintas di benaknya. Sebagian besar lantai kantor telah direnovasi dan didekorasi sepenuhnya, dan ditata sedemikian rupa sehingga Ethan tak bisa tidak terkesan.

Sesuai dengan perkataannya, Clara dan timnya berhasil menyelesaikannya dalam waktu tiga hari, sedangkan bagi orang lain mungkin memakan waktu berminggu-minggu.

Namun, lantai atas dan atap masih dalam tahap pengerjaan. Clara telah mengusulkan desain yang diperbarui, yang lebih sesuai dengan preferensi Ethan.

Dia setuju tanpa ragu; dia memercayai naluri dan seleranya.

Lagipula, jadwalnya masih sesuai dengan rencananya, dan dia menghargai ketelitian yang dia berikan pada pekerjaannya.

Ada juga soal hadiah dari Luca Moretti. Ethan belum melihatnya, tapi rasa penasarannya terusik. Reputasi Moretti sebagai arsitek ternama dunia menunjukkan bahwa hadiah itu akan menjadi sesuatu yang luar biasa.

"Mungkin terlalu luar biasa untuk aku pahami," pikir Ethan sambil tersenyum kecut.

Pria itu memiliki bakat membuat ruangan biasa terasa seperti instalasi seni.

Membayangkan kantor membuat Ethan merasa bangga. Kantor itu bukan sekadar ruang kerja—melainkan kanvas untuk aspirasinya. Apa yang awalnya merupakan misi sistem telah berkembang menjadi sesuatu yang jauh lebih bermakna.

Tentu saja, kebanyakan orang akan menganggapnya bodoh karena mencurahkan upaya untuk hal ini padahal ia bisa membeli selusin perusahaan mapan sekaligus. Namun, Ethan justru merasa proses membangun dari nol itu anehnya memuaskan.

Dia bergulat dengan logikanya selama berhari-hari.

Mengapa tidak mencairkannya saja?

Mengapa tidak mengambil jalan mudah dan membiarkan kekayaan sistem yang tak terbatas melakukan semua pekerjaan?

Namun, ia tahu jawabannya bahkan saat ia mempertanyakannya. Ada sukacita dalam penciptaan, dalam proses yang lambat namun memuaskan untuk mengubah ide menjadi kenyataan.

Tentu, jika ia bosan, ia bisa menjual perusahaan atau mendelegasikan pengelolaan sehari-hari kepada orang lain. Namun untuk saat ini, usaha ini bukan hanya tentang keuntungan—melainkan tentang tujuan.

Proyek pertama yang direncanakan Nova Tech, aplikasi pengiriman makanan, Quick, bukan sekadar peluang bisnis; tetapi kesempatan untuk membuat perbedaan nyata.

Ini dapat mendukung restoran kecil, menyediakan pekerjaan bagi pengantar barang, dan, dalam arti yang lebih luas, mengangkat kehidupan yang tak terhitung jumlahnya.

'Itulah dia,' Ethan bergumam dalam hatinya, 'hanya ada begitu banyak filsafat yang dapat dicerna seseorang sebelum sarapan.'

Sambil terkekeh, dia mengangkat teleponnya dan mengetik balasannya.

Ethan: [Aku akan datang nanti. Mungkin sore nanti. Ada beberapa hal yang harus kulakukan.]

David dan dia sudah membahas rencana hari itu. Mereka akan merekrut dua puluh pengembang untuk aplikasi tersebut dan menugaskan agensi Sumber Daya Manusia untuk mengelola proses onboarding.

Charles telah merekomendasikan sebuah firma akuntansi terkemuka untuk menangani keuangan Nova Tech. Kedua firma tersebut telah sepakat untuk membantu wawancara, yang berarti David tidak akan menangani semuanya sendirian.

Jordan sedang pergi, menghadiri kursus. Lagipula, tidak ada yang bisa ia lakukan selama proses wawancara ini. Lagipula, ia memang tidak ditakdirkan untuk peran itu.

Saat ia mengetik di ponselnya, sebuah pikiran lain muncul di benaknya. Jessica.

Dia telah membuktikan dirinya lebih dari mampu dalam beberapa minggu terakhir, dan keterlibatannya dapat mengurangi sebagian tekanan pada David.

Tanpa berpikir terlalu banyak, dia mengirim pesan lainnya.

Ethan: [Apakah akan jadi masalah jika Jessica membantumu dalam wawancara?]

Respons David hampir seketika.

David: [Jessica? Ide bagus. Aku akan menghubunginya. Ide bagus.]

Ethan tersenyum, lalu meletakkan teleponnya.

"Pemikiran yang bagus," gumamnya pada dirinya sendiri.

Dia yakin hari ini akan menjadi hari yang sangat baik. Mungkin bahkan lebih baik daripada hari-hari lainnya.

Ethan mendesah lega sambil meletakkan ponselnya di atas meja. Dengan David dan Jessica yang mengurus rekrutmen, ia bisa fokus pada hal lain.

Belum lama ini, beban tugas ini pasti membuat Ethan kewalahan. Dulu ia hanyalah pemuda biasa dengan mimpi-mimpi biasa. Hari-harinya dihabiskan untuk berjuang bertahan hidup.

Bertahan hidup adalah fokus utama hidupnya, bukan hidup yang sesungguhnya. Mimpinya terasa jauh, samar, dan lemah. Tujuannya sederhana: menghasilkan cukup uang untuk bertahan hidup dan memberikan rasa aman bagi keluarganya.

Namun kemudian, segalanya berubah.

Hari ketika Sistem Tak Terbatas hadir dalam hidup Ethan awalnya terasa seperti lelucon yang buruk. Kekuatannya membingungkannya, dan tujuannya pun tak jelas. Namun, seiring ia menyelesaikan lebih banyak misi, ia mulai melihat segala sesuatunya secara berbeda.

Tugas-tugas ini bukan sekadar pekerjaan; tugas-tugas ini adalah tanda-tanda yang menunjuk ke suatu jalan yang belum pernah ia perhatikan sebelumnya.

Setiap misi membawanya semakin jauh dari kehidupan sehari-harinya. Misi-misi itu menuntut lebih dari sekadar usaha; misi-misi itu menuntutnya untuk berkembang.

Saat menyelesaikan misi-misi ini, Ethan menemukan sesuatu yang tak terduga: rasa kejelasan. Untuk pertama kalinya, ia merasa hidupnya bukan sekadar hari-hari yang berlalu begitu saja.

Ada rasa keteraturan di tengah kekacauan itu dan arah yang tidak berani ia bayangkan.

Kini, Ethan berada di titik balik hidupnya. Ia merasakan beratnya pilihan-pilihannya. Menyelesaikan sebuah misi memberinya kepuasan, bukan hanya karena imbalannya—meskipun berharga—tetapi karena misi itu menunjukkan kemajuan menuju masa depan yang hanya miliknya.

Ia tidak hanya membangun perusahaan; ia sedang membangun hidupnya. Setiap keputusan dan rencana merupakan langkah dalam menciptakan sesuatu yang dapat bertahan lama.

Pikiran Ethan melayang ke misi yang telah menggerakkan semuanya.

\=\=\=\=\=

[Misi Selesai: Memberikan Kesuksesan]

Tujuan: Berhasil mengembangkan Aplikasi Pengiriman Makanan Kota Novan.

Hadiah:

5.000 EXP

20 Titik Kenaikan

\=\=\=\=\=

Ethan menatap panel misi lagi dan tidak bisa menahan senyum kecil.

Aplikasi dan proyek ini adalah awal dari kisah Nova Tech. Seperti awal yang baik, ia perlu memberikan nuansa yang tepat untuk langkah selanjutnya.

Misinya bukan hanya tentang membuat aplikasi; melainkan tentang membangun fondasi. Ethan percaya bahwa sistem tersebut memberikan misi-misi yang saling terkait, seperti bab-bab dalam sebuah buku, yang masing-masing membangun bab berikutnya.

Aplikasi ini adalah bab pertama, dan harus tepat, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk apa yang diwakilinya: landasan peluncuran untuk misi masa depan.

Ethan berpikir, "Saya akan membiarkan tim menangani detailnya dan menyempurnakannya."

Ethan sudah bisa melihatnya—sistem yang menunjukkan tantangan masa depan yang terkait dengan kesuksesan aplikasi. Ini bisa mengarah pada platform yang lebih besar, kemitraan, atau bahkan industri baru.

Apa pun yang terjadi selanjutnya, langkah pertama ini harus sempurna, fondasi yang kokoh untuk misi-misi berikutnya.

Ethan bersandar, berpikir dengan hati-hati. "Jika di sinilah semuanya dimulai," katanya, "maka semuanya harus dimulai dengan benar."