NovelToon NovelToon
Lingkaran Cinta Kita

Lingkaran Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Murid Genius / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / LOL / Bad Boy
Popularitas:17.5k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.

Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.

Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.

Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?

Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗

subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu akan tahu

“Sepertinya memang tak ada celah bagiku untuk mendekati Zara,” ucap Haru. Suaranya mengendap di ruang makan yang sudah kehilangan hangatnya.

Ray membenarkan. “Pergilah ke Swiss, dan lupakan Zara. Itu jauh lebih baik,” putusnya. Meski tanpa emosi, ketegasannya terasa membekukan.

Haru menutup mata sejenak. Duduk tenang, tapi dadanya bergemuruh. Di balik tenangnya, ada luka yang diam-diam mencari tempat untuk sembuh. Lama ia diam, seolah menunggu semua yang hadir menghilang satu per satu.

Harga dirinya terasa runtuh. Tapi wibawanya tak akan dia biarkan luntur begitu saja hanya karena penolakan dari seorang Kakak.

“Ma, Rayn akan kembali ke kamar.”

“Rayn?” Mama menoleh, nadanya tak sepenuhnya setuju. Belum puas dengan semua keputusan ini.

Lalu, langkah sepatu terdengar menuruni tangga. Bunda Nuuha kembali. Suara high heels tahu open toe memotong diam di ruangan itu. Pelan dan lembut. Mama segera menghampiri, menaruh seluruh harapannya di sana.

“Bagaimana? Bagaimana keadaan Zara?”

“Dia bilang... dia ingin tidur.”

“Oh... begitu ya.” Mama semakin gelisah, tapi ia tak tahu harus mulai dari mana. Semua terasa menggantung.

“Naru, kita pulang sekarang ya?” pinta Bunda pada suaminya, tanpa ingin memperpanjang momen yang membuatnya tak nyaman.

“Baiklah, kita pulang.”

“Maafkan kami atas suasana yang kurang menyenangkan, Profesor,” kata Papa Zara dengan nada tulus.

“Tak masalah, Pak Zayn. Saya percaya, mereka bertiga hanya butuh waktu untuk saling memahami. Dan kita, sebagai orang tua sebaiknya tetap menjaga hubungan baik. Bukan begitu?”

“Tentu. Hubungan baik. Iya, itu yang utama.”

Haru pun bangkit. Ia berjalan perlahan. Langkahnya tegas membawa sisa karismanya. Diam lebih menyakitkan dari pada amarah. Tapi, dia memilih itu.

Tepat di ambang pintu, suara itu menahannya.

“Haru...” Mama menarik napas. Matanya berkaca-kaca, “Itu... emm...” ia tampak ragu.

“Ada apa, Bibi?”

“Mama... Mama menghargai niat baikmu, Haru.” Ia menatap suaminya sesaat, lalu melanjutkan. “Tapi Mama juga ingin kamu tahu, bahwa Mama bukan berarti menolak. Mama hanya tidak setuju jika kalian menjalin hubungan terlalu cepat. Tidak untuk sekarang. Tidak sebelum Zara benar-benar mengerti tentang cinta dan pilihan hidupnya.”

Zayn menambahkan lembut, “Zara masih butuh waktu. Dan kamu, Haru, juga punya jalanmu sendiri yang belum selesai. Tapi kami tidak menutup pintu untukmu.”

“Maka tetaplah datang dengan cara yang baik. Dan bersabarlah. Ya, Haru." lanjut Mama.

Haru hanya bisa menunduk dalam-dalam, lalu tersenyum kecil. Pahit namun penuh hormat. “Terima kasih, Bibi. Paman. Itu lebih dari cukup.”

"Kami pamit, Pak Zayn, Ibu Aira." Pungkas Ayah.

"Hati-hati di jalan, profesor." Balas Papa.

Haru mulai masuk ke dalam mobil. Asistennya siap menyetir pergi dengan mobil kedua orang tuanya melaju lebih dulu.

Haru duduk di sisi sopir, membiarkan tubuhnya terayun lembut seiring mobil melaju pelan di jalanan malam yang lengang. Bersandar. Tangannya menyentuh syal di lehernya. Lembut, hangat... dan menyakitkan. Sebab kehangatan itu tidak bisa ia genggam lebih lama.

Ia tersenyum tipis. Bukan karena bahagia, tapi karena pasrah. Seperti seseorang yang baru saja menyadari bahwa dunia tak pernah menjanjikan akhir yang ia impikan. “Zara... apakah aku hanya mimpi singkat dalam kisahmu?” batinnya lirih.

Mobil terus melaju. Dan malam semakin larut.

Namun pikirannya tak kunjung tenang.

Ia merasa seperti sedang pulang…

…tapi entah ke mana.

Merasa hawa aneh menyelusup ke udara, sang asisten melirik kaca spion tengah. Alisnya langsung bertaut. “Tuan, sepertinya… ada sosok aneh di kursi belakang.”

Haru menoleh malas. “Sosok aneh? Jangan bercanda. Aku sedang tidak dalam mood ditakut-takuti.”

“Saya serius. Tadi ada yang bergerak… kecil… kayak hantu atau boneka hidup. Apa ada sosok menyeramkan? Apa ini malam Jumat? Rasanya punggungku merinding.”

Haru memicingkan mata, lalu menoleh ke belakang menyusuri celah antara kursi.

Dan memang ada sesuatu.

“Astaga…” bisiknya. “Ini bukan sosok menyeramkan. Ini entitas mungil… dengan nafas terlalu familiar. Haruskah aku memukul bo-kong-nya?” Bibirnya menyeringai jahil.

Tiba-tiba—

“AIIIIK! JANGAAANN!!”

Sesuatu itu muncul, menjedulkan kepalanya dari balik sana. Rambut acak-acakan, mata berbinar, dan wajah polos yang membuat Haru ingin memukul dirinya sendiri.

“Zara?! KAMU Kenapa bisa ada di sini?!”

Tanpa aba-aba, Zara langsung membenturkan keningnya ke kening Haru.

Duak!

“Aw! Kepalamu itu emang sekeras batu nisan!”

“Hehe, aku pikir mimpi. Tapi kamu nggak pingsan kan? Berarti belum keras-keras amat~”

Haru memegangi kepalanya. “Oke, lupakan. Yang lebih penting sekarang, KAMU NGAPAIN BISA ADA DI MOBIL AKU? Orang tuamu pasti panik kalo lihat kamu nggak ada di rumah."

Namun Zara malah membuka kaca jendela. Angin malam menyelinap, dan ia menengadah. “Haru… langitnya cerah banget malam ini.”

“Zara... Ini udah jam berapa?"

“Lihat deh,” katanya sambil menunjuk langit. “Itu Orion, itu nebula… itu Scorpio, Pisces… dan itu-- itu bintang Hippo! Dan sebelahnya itu si Keropi.”

“…Keropi itu katak, bukan bintang.”

Zara nyengir. “Tapi malam ini semuanya bisa jadi bintang. Karena aku bersama kamu.”

Haru mendongak. Langit memang jernih. Tapi pikirannya masih keruh. Lelah, tak bergairah.

"Haru, aku ingin lihat bintang. Ayo temenin aku lihat bintang."

“Kamu tadi udah lihat bintang dari jendela.”

“Tapi aku pengen lebih banyak,” ucap Zara, matanya membulat penuh harap. “Ke Monas, mungkin? Atau… ke konservatorium?” Ia menempelkan telunjuk ke bibir, berpura-pura berpikir dengan gaya serius ala ilmuwan hebat.

Haru membenarkan, "Observatorium.”

“Oh! Iya ya!” Zara menjentikkan jari. “Planetarium! Apa aquarium ya? Laboratorium, mungkin."

Haru menutup wajahnya. “Aduh, aduh… iya iya. Planetarium. Kita ke mana aja deh, asal kamu berhenti ngacak-ngacak nama tempat.”

“Yay! Kamu emang good boy, Haru!”

Haru menghela napas dalam.

Masalah lamaran yang gagal. Debat panas dengan Ray. Kata-kata menyakitkan soal masa depan. Semuanya lenyap sejenak… karena satu makhluk kecil yang seperti peri ini, memaksanya untuk percaya bahwa malam, dan cinta, masih bisa terasa ringan.

Haru membawa Zara ke kampus. Tepatnya ke menara perpustakaan lawas yang sudah tak terpakai. Bangunan tua berdebu dengan jendela besar yang menghadap langsung ke langit malam.

"Ih, wow! Serem."

Entah itu ekspresi kagum atau takut, tak ada yang bisa memastikan. Zara memang absurd dan tak bisa ditebak.

"Zara... gimana bisa kamu tiba-tiba nongol di mobilku tadi? Hah? Kamu kabur dari rumah? Menyelinap dari mana? Astaga, kamu bikin aku setengah gila!"

Tatapannya tertumbuk pada Zara yang mengenakan dress tidur lengkap dengan hoodie bertelinga kelinci. Entah kenapa, tanduk iblisnya seolah mencuat dari kepalanya sendiri. "Tuhan... ujianku malam ini, luar biasa."

"Aku tadi bilang mau tidur. Tapi cuma pura-pura. Aku mau bikin duniaku sendiri. Jadi, aku... lompat dari balkon kamar."

"Lompat?!"

"Iya! Terus ikut kamu. Berhasil, kan?"

"Ya Tuhan... ini adik Ray beneran harus diruqyah tiap hari kayaknya." Haru mengacak-acak rambutnya sendiri.

Zara melipat tangannya, lalu menunjuk Haru. "No! Kamu bukan Ray. Kamu Haru! Haru yang lembut dan baik hati. Jangan sok galak okei." Gayanya seperti guru TK menegur anak nakal.

Haru menghela napas keras. "Ugh!" Langkahnya mondar-mandir, bibirnya bergumam tak jelas. Tangannya terkepal seolah ingin menggenggam semua rasa frustrasi yang bercampur gemas.

"Terus, kita lihat bintangnya di mana, Haru?" Zara menempelkan kedua telapak tangan ke dahinya, seolah sedang mencari dengan radar langit. "Mana? Mana bintang Orion? Mana keropi?"

"Keropi itu katak..."

"Ah, sama aja! Dia kan suka lompat ke langit."

Haru mendesah. "Astaga, kamu ini... kamu nggak takut malam-malam gini, cuma berdua sama aku?"

1
Elisabeth Ratna Susanti
seru banget part ini 👍🥰
Nailott
oo ternyata dia laki2 yg ditabrak aku pikir bandhi ygm nabrrak.bukan bhandhi
Nailott
emanf zara bandel bin bodoh nantangin bahaya
Nailott
novel apa pulak ini
Miu Nih.: ke karya baru aku aja kak 🙏 ,, judulnya 'Mommy, kami butuh Papa' terima kasih 🙇‍♀️🙇‍♀️
total 1 replies
Lady Ev
apkah ini namanya semkin ku kejar semkin kau jauh? oh tidak!!🤦
Zuri
aku dah puyeng duluan sebelum memahami sesuatu🤧
Zuri
separuh dari jiwa Haru melayang
../Facepalm/
Aksara_Dee
terpengaruh dgn omongan bunda ya
Aksara_Dee
adududuhh... Zara jadi artis
Aksara_Dee
owh begitu
Afi Afifah
Sekali nanya, langsung ke ulu hati. 🔥
Afi Afifah
Satu pertanyaan, semua luka kebuka. 🙃
Afi Afifah
Zaraaa 😫😭🤧
Afi Afifah
Respect buat Zara yang masih bisa berdiri meski hatinya udah 99% dead battery. 🔋❌🤧🤧
Afi Afifah
hatinya lagi kayak kaca retak 🤧🤧
Afi Afifah
Zara paket lengkap: cantik, chaos, jenius, tapi hatinya hancur. Capek-capek jadi gemoy, ternyata dalemnya meleyot. 😭
Afi Afifah
GIRL. Please. Jangan self harm. 😭😭🤧🤧
Afi Afifah
fix ini adik butuh peluk + es krim rasa red velvet! hiks 🤧🤧
Afi Afifah
Plis... ini narasinya bikin dada sesak 🤧🤧
Afi Afifah
😭😭 Haru-nya bangun pas Zara pergi 😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!