Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan Salma yang hancur
30
Salma rupanya keluar dari rumah. Hari itu, selepas Rafa keluar dari rumah, Salma juga ikut keluar. Salma kembali hanya memakai kaket tipis ketika ia keluar.
Salma menaiki angkutan umum tanpa tahu arah dan tujuannya. Ia sendiri tidak tahu. Salma lalu sampai di sebuah taman dan di taman itulah ia duduk diam sendirian.
Salma sedih tapi sedih semacam apa yang bisa Salma katakan saat ini. Ia sendiri bingung jenis sedihnya dimana. Yang pasti Salma merasa kehilangan segala hal saat ini. kehilangan dirinya dan kehidupan miliknya.
Ponsel milik Salma telah mati sejak tadi jam enam. Perutnya juga sudah keroncongan tapi ia sendiri tidak tahu saat ini ada dimana. Jam sudah menunjukan pukul tujuh malam dan Salma sudah benar-benar kehilangan arah.
Ia bahkan tidak tahu arah rumahnya kemana. Salma tadi, naik angkutan umum dan turun di beberapa stop bus lalu sekarang ia berjalan tidak tentu arah. Salma kembali berjalan diantara dinginnya Canda.
“Sudah kehilangan kehidupan, sekarang kamu kehilangan arah juga. Hidup kamu mendadak sial gini, Salma.”
Saat sedang sendirian hilang arah, lapar, sedih dan ingin menangis itulah Salma bertemu dengan seorang polisi perempuan yang membawanya ke kantor polisi.
Sebenci apapun Salma tapi perempuan itu sempat menulis nomor telepon rafa menggunakan eyeliner yang sempat-sempatnya Salma bawa.
Dalam keadaan keterbatasan bahasa, intinya Salma di tolong. Diberikan teh hangat dan roti. Salma dipakaikan selimut. Dan polisi sudah berhasil menelepon Rafa. Sang polisi dengan menggunakan teknologi penerjemah mengatakan.
“Suami kamu akan menjemput kamu. Tapi itu akan membutuhkan waktu cukup lama karena perjalanan dari tempat tinggal kamu ke sini lumayan jauh.”
Salma hanya menganggukan kepalanya saja. Salma lalu diam-diam memangis. Menangis bukan karena lega akhirnya Rafa akan menjemput tapi lebih ke pada akhirnya ia kembali pada Rafa.
Sebenarnya agak malu dan gengsi tapi ucapan Rafa kembali terbukti ada benarnya lagi. Salma hanya memiliki Rafa di sini.
Dan Rafa shock saat mendapatkan telepon dari kantor polisi karena Salma ternyata telah pergi diam-diam. Dan tidak tanggung-tanggung. Jarak dari apartemen mereka ke tempat Salma saat ini cukup jauh.
Rafa kembali berkendara dan sampai di tempat pukul sembilan malam. Butuh waktu hampir satu jam lamanya saking jauhnya tempat Salma saat ini.
Rafa lalu masuk dan mendapati Salma yang tertidur di sebuah meja dengan memakai selimut yang dipinjamkan oleh kantor polisi.
Setelah mengurus beberapa hal, Rafa sekarang membangunkan Salma yang telah tertidur.
“Sal,” kata Rafa begitu pelan. “Salma, ayo bangun kita pulang.”
Salma yang tengah bermimpi berada di Jakarta langsung terbangun. Realita itu kembali Salma harus telan begitu berat. Mimpinya barusan begitu indah dan sekarang ia harus menerima kenyataan jika dirinya masih berada di Canada.
Dilihatnya Rafa sudah datang. Wajah Rafa saat itu sulit sekali Salma terjemahkan. Campuran antara lega, sedih, dan tidak percaya jika Salma sudah lari dari rumah sejauh ini hingga kehabisan baterai dan kelaparan.
“Ayo pulang,” kata Rafa sambil meyerahkan jaket lagi untuk Salma.
Salma tidak banyak bicara dan protes. Perempuan itu lalu pergi dan naik mobil tapi, tepat seperti dugaan Rafa. Jika Salma akan duduk dibelakang jadi, sebelumnya ia sudah siapkan bantal beserta selimut kecil dan tadi, Rafa sempat mampir ke restoran Asia yang menyediakan sushi.
“Aku sudah beli sushi sama makanan lain. Aku tahu kamu kelaparan. Tadi yang nelepon aku bilang kamu kelaparan.”
Jujur sebenarnya Salma malu pada titik ini tapi ia tidak peduli. Ia memang lapar dan roti yang diberikan tadi tidak cukup untuk mengganjal perutnya.
Tanpa basa basik, Salma langsung makan sushi tersebut sampai habis. Rafa juga rupanya telah membeli burger dan kentang. Dan semua makanan yang Rafa beli habis dilahap oleh Salma.
Rafa yang menyetir di depan itu sampai tersenyum karena Salma sekelaparan itu ternyata. Dilihatnya sekarang Salma tengah menyelimuti dirinya dan menatap kearah luar.
“Kamu kenapa kok bisa sampai sini?” tanya Rafa.
Namun nampaknya Salma tidak berniat membalas pertanyaan Rafa. Jelas saja Salma pasti tidak akan mau berbicara dengan Rafa untuk beberapa saat.
“Aku tahu kamu marah sama aku. Aku juga minta maaf atas kejadian kemarin. Tapi,” Rafa sedikit menjeda.
Dan sungguh Salma sekarang tengah ngedumel sendiri “Kalo sampe elo bahas lagi masalah itu lagi awas aja,” kata Salma dalam hatinya.
“Setidaknya kamu bilang ke aku dulu biar aku gak khawatir. Biar aku juga gak mikir kalau kamu ada di rumah. Kamu tahu, tadi aku hampir mati pas tau kamu ada di daerah sana. Aku gak ngerti berapa kali kamu naik bus hingga sampe sana. Tapi tolong lain kali kalau mau keluar setidaknya bilang dulu.”
Rafa sebenarnya ingin mengomel tapi omelan itu tidak keluar. Yang keluar hanya kata-kata barusan. Rafa juga tidak mengerti mengapa ia sulit sekali untuk marah pada Salma.
Mereka berdua baru sampai rumah sekitar pukul setengah dua belas malam. Dan keduanya langsung tertidur karena kelelahan.
Namun, tidak bagi Salma. Salma tidak langsung tidur meksipun sekarang ia berada di kamarnya. Salma malah berdiam diri semakin terperuk sendirian.
Rafa memang baik tapi kesalahannya malam itu hampir sulit Salma maafkan. Rafa juga perhatian tapi ia tidak bisa membuka hatinya untuk Rafa meskipun telah terjadi banyak hal diantara mereka berdua.
Salma menatap ponselnya. Sampai detik ini Rendra masih terus berusaha menghubunginya. Rendra juga masih terus mengirimkan pesan bernada perhatian pada Salma meskipun Salma sampai detik ini belum pernah membalas pesan dari Rendra.
“Ren, jemput gue,” kata Salma menatap foto dirinya dengan Rendra yang terlihat begitu bahagia. “Gue gak betah, Ren. Gue gak mau disini. Tolong gue bantu cerai dari Rafa,” katanya lagi lirih penuh dengan kesedihan.
Salma memeluk ponsel miliknya hingga ia akhirnya tertidur karena kelelehan. Seharian tadi perempuan itu berjalan tidak tentu arah.
Bangun-bangun ternyata sudah pagi. Dilihatnya jam menunjukan pukul delapan pagi. Dan seperti biasa Salma langsung ke kamar mandi melihat dirinya dengan noda biru keunguan yang diberikan oleh Rafa.
Salma benci melihat dirinya sendiri dan entah mengapa jejak-jejak ia dan Rafa ditubuhnya belum juga hilang. Salma lalu keluar dari kamar mandi, dan mendapati Rafa tengah berdiri di area dapur.
Lelaki itu tidak memakai baju dan kembali nampaknya Rafa baru pulang gym dari bawah. Rafa tidak pernah berhenti berolahraga bahkan di tengah cuaca dingin sekalipun.
Dulu, Salma pernah bertanya mengapa Rafa selalu berolahraga. Dan jawaban Rafa simple, karena dia memang butuh olahraga agar tubuhnya tetap fit.
“Aku pengen pulang ke Jakarta!” Salma memulai pembicaraan meskipun saat itu kesal dan tidak mau mengobrol dengan Rafa.
Rafa yang tengah minum air itu lalu berbalik dan menatap Salma. “Pulang, sendirian?” tanya Rafa.
“Lalu, harus sama kamu? Apa sepenting itu aku pulang harus sama kamu?”
“Kamu harus ingat dengan kedok kita, Salma.”
“Aku gak peduli. Lagian, kita ini gak pernah bener-bener bikin perjanjiankan. Aku bebas melakukan apapun semau aku karena kita-“
Rafa lalu tiba-tiba saja mengambil sebuah berkas dari dalam tas gym nya. “Itu aku sudah buat,” katanya. “Aku tidak tahu apakah isinya bakalan kamu setujui atau tidak. Aku buat sendiri dan tolong jangan samakan dengan perjanjian yang dibuat oleh pengacara.”
Meskipun tidak ingin, tapi Salma sekarang berjalan mendekati Rafa untuk mengambil suarat perjanjian itu. Tidak banyak yang Rafa tulis namun inti dari suarat perjanjian diantara mereka itu adalah..... Bersambung
Sampai ketemu besok
Jangan lupa tap love dan subscribe