Bayu. Seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang berkuliah di Universitas ternama yang ada di Indonesia meninggal setelah kejatuhan pohon besar yang tersambar petir saat dia pulang dari kerja paruh waktunya.
Dia kira dirinya sudah benar-benar mati. namun alangkah terkejutnya dirinya saat menyadari jika dia belum mati dan kembali terlahir di tubuh seorang bocah berusia 10 tahun yang namanya sama dengan dirinya yaitu Bayu. parahnya lagi dia terlempar sangat jauh di tahun 198. Anehnya Dia memiliki ingatannya di kehidupan sebelumnya di tahun 2025. berdasarkan ingatan Itu Bayu mulai menjalani kehidupan barunya dengan penuh semangat. jika di kehidupan sebelumnya dirinya sangat kesulitan mencari uang di kehidupan ini dia bersumpah akan berusaha menjadi orang kaya dan berdiri di puncak.
Hanya dengan menjadi kaya baru bisa berkecukupan!
Hanya dengan menjadi kaya batu bisa membeli apapun yang diinginkan!
Hanya dengan menjadi kaya aku bisa membahagiakan orang-orang yang aku sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Kehidupan Keras Di Jalanan.
Bab 23. Kehidupan Keras Di Jalanan.
Bayu melesat dengan cepat mengikuti ke mana larinya remaja tersebut. Mungkin orang-orang tidak akan bisa mengejarnya, akan tetapi berbeda dengan dirinya. Meskipun dia masih berusia 13 tahun, akan tetapi kekuatan fisiknya sangat luar biasa.
Terus berlari, menyusuri gang-gang kecil, Bayu terus bergerak dengan lincah mengejarnya. Jarak keduanya pun semakin menyempit. Hingga tiba-tiba, Bayu menghentikan langkahnya karena mendengar keributan yang ada di depannya.
Ingin mendengarkan lebih dekat, Bayu pun menajamkan pendengarannya sambil tetap menjaga jarak aman.
Akhirnya secara samar ia pun mendengar.
"Bang! Jangan diambil semua, Bang. Sisakan sedikit untukku. Adikku belum makan selama dua hari. Dia sedang sakit," kata remaja itu.
"Sialan... Diam kau. Itu salahmu sendiri karena setorannya kurang. Persetan dengan adikmu! Mau dia mati kek, mau lapar kek, itu bukan urusanku."
Mendengar itu, remaja tersebut sangat marah namun dia hanya bisa mengepalkan tangan sambil menggertakkan gigi. Ingin melawan, namun apa daya, orang-orang yang ada di depannya adalah dua preman yang sangat kejam.
Lagi-lagi, hasil kerja kerasnya dirampas tanpa ia mendapatkan sepeser pun. Jika dia yang kelaparan tidak apa-apa, tapi ini menyangkut tentang adiknya. Adiknya sudah kelaparan sejak dua hari dan badannya juga demam tinggi. Jika tidak diobati, dia takut penyakit adiknya akan semakin parah.
Adiknya adalah satu-satunya keluarganya yang tersisa. Setelah kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan beberapa tahun yang lalu, hanya tersisa dia dan adiknya saja.
Mencuri bukanlah tanpa risiko. Jika diketahui, dia akan dipukuli massa. Syukur-syukur jika hanya dibawa ke kantor polisi. Jika dia dipukuli sampai mati, lalu adiknya mau makan apa? Kepada siapa adiknya akan bergantung? Sementara yang adiknya miliki hanyalah dirinya saja.
Sementara itu, di tempat lain, Bayu mendengar dengan jelas percakapan mereka semua. Dan dari sinilah dia mulai melihat sisi lain kerasnya dunia jalanan yang sesungguhnya.
Ternyata remaja itu mencuri untuk membelikan makanan dan obat untuk adiknya yang sedang sakit. Namun, dia dicegat oleh dua preman, dirampas uangnya sebagai jatah setoran.
Ya, dunia ini memang seperti itu, di mana yang kuat akan lebih berkuasa pada mereka yang lebih lemah. Ini sama seperti hukum rimba.
Melihat itu, wajah Bayu berubah menjadi sangat dingin dan mengerikan. Entah itu dalam hal kekuatan ataupun kekuasaan, semuanya sama saja. Ketidakadilan dan penindasan akan selalu ada dalam lingkaran kehidupan.
Ini mirip seperti kasus kakaknya, hanya saja berbeda versi dan cerita. Intinya, penindasan dan ketidakadilan itu nyata.
Ya, walaupun pada dasarnya mencuri itu tidak baik dan alasan apa pun tidak bisa dibenarkan atas tindakan tersebut, namun Bayu berusaha berpikir dari sudut pandang lain.
Dari sudut pandang betapa besar pengorbanan sang kakak untuk melindungi adiknya agar bisa bertahan hidup. Dia yakin segala sesuatu yang dilakukan bukan tanpa pemikiran yang panjang. Sebenarnya, jika ada pekerjaan yang lebih layak, Bayu sendiri yakin remaja itu tidak akan mungkin mencuri karena dia tahu bagaimana risikonya jika ia ketahuan.
Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya Bayu pun keluar dari tempat persembunyiannya.
Entah kenapa, semenjak kakaknya mendapat penganiayaan dan ketidakadilan, ia sekarang menjadi sangat sensitif dengan segala bentuk ketidakadilan.
Sekarang, segala hal tentang keburukan dan juga kebaikan menjadi tumpang tindih. Melihat perilaku remaja itu yang mencuri hanya untuk mengobati adiknya, Bayu berpikir, jika remaja itu diarahkan pada jalan yang benar, ya pasti bisa berubah.
Sementara, untuk kedua preman itu, mereka tidak akan pernah berubah, kecuali ada seseorang yang kekuatannya lebih besar yang menundukkan mereka. Dan Bayu berencana untuk menundukkan kedua preman itu.
Meskipun dia masih berusia 13 tahun, namun fisiknya sudah seperti remaja yang hasil kerja kerasnya dirampas oleh para preman itu. Bahkan bisa dikatakan fisik Bayu jauh lebih baik.
"Wah, wah, wah, kenapa di sini ramai sekali ya?"
Suara Bayu memecah kesunyian. Sontak saja hal itu menyebabkan keterkejutan dari kedua preman dan remaja tersebut.
Namun, saat tatapan mata kedua preman itu melihat jika yang datang hanyalah seorang bocah, mereka pun menarik napas lega.
"Hai, bocah, siapa kau? Apa kau mau mati?" tanya salah satu preman dengan tatapan yang sangat tajam.
Mendengar itu, bukannya takut, Bayu hanya terkekeh. Kemudian saat tatapan matanya melihat ke arah atas yang dipegang oleh preman tersebut, dia pun berpura-pura terkejut. Aktingnya begitu alami dan meyakinkan.
"Ya ampun, bukannya itu adalah tas ibu-ibu tadi? Jadi, kalian berdua malingnya!" ucap Bayu dengan suara yang sengaja ditinggikan.
Mendengar teriakan Bayu, kedua preman itu sangat marah.
"Bocah sialan ini," umpat salah satu preman.
Dengan gerakan cepat, ia segera menghampiri Bayu dengan tujuan untuk menghajarnya.
Tangannya terlalu ke depan dengan penuh kekuatan yang bermaksud untuk menempeleng kepala Bayu.
"Wush!"
Melihat gerakan sang preman yang sangat berantakan dan penuh dengan celah, Bayu hanya mendengus.
Saat pukulan sang preman mengayun ke kepalanya, dengan mudah ia menarik kepalanya ke belakang sehingga pukulan sang preman itu meleset.
Melihat celah yang terbuka lebar, tanpa ragu Bayu segera menundukkan kepalanya. Itu pun sedikit maju ke depan, tangannya terkepal erat, dan dengan gerakannya yang sangat cepat ia melancarkan pukulan uppercut tepat di dagu sang preman.
"WUSH! BRUAK! KRAK!"
Terdengar suara patah tulang yang sangat keras. Ini menandakan jika tulang rahang preman tersebut sepertinya retak parah.
Tidak cukup sampai di situ, Bayu juga melakukan tendangan yang sangat cepat tepat di selangkangan sang preman.
Semuanya dilakukan dengan sangat cepat dalam hitungan beberapa detik saja.
Sontak saja, preman tersebut langsung terjatuh dan meringkuk seperti udang. Matanya terbelalak dengan ekspresi kesakitan yang luar biasa. Dia mulai merintih seperti sapi yang sudah disembelih karena tak kuasa menahan rasa sakit yang teramat sangat.
Mata Bayu menyipit menatap tajam ke arah preman yang masih berdiri terpaku dengan ekspresi terkejut.
Tak banyak menunda waktu, Bayu segera berlari dengan kencang. Menginjak tempurung lutut kanan preman tersebut dengan kaki kirinya, ia segera melompat dan kemudian dengan penuh kekuatan ia memukul kepala sang preman dengan sikunya.
"WUSH! DUAG!"
Serangan itu sangat cepat sehingga pandangan mata sang preman menjadi berkunang-kunang. Lalu, Bayu mengepalkan tangannya, dan dengan gerakan yang sangat cepat, ia meninju tepat di ulu hati preman tersebut dengan sekuat tenaga.
"WUSH! BUG!"
Rasa sakit yang begitu tajam langsung menghujam, menimbulkan rasa sakit yang tak terelakkan. Detik berikutnya, preman tersebut jatuh dengan bunyi gedebuk yang sangat keras. Dia pun pingsan karena rasa sakit yang luar biasa disebabkan oleh tinju Bayu yang begitu cepat dan mengejutkannya.
Sementara tidak jauh dari tempat tersebut remaja yang sebelumnya hanya melongo mulutnya terbuka lebar dengan ekspresi keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"