Jessica Collins sangat bahagia ketika di nikahi oleh seorang duda tampan dan kaya raya, namun kebahagiaannya sirna saat mengetahui tujuan pria itu menikahinya hanya karena ia mirip dengan istri pertamanya dan rupanya pria itu tak benar-benar menyukainya.
"Apa di saat menyentuhku, kau sedang membayangkan istrimu yang lain ?"
Sungguh Jessica sangat sakit hati haruskah ia bertahan atau justru pergi menjauh di saat mengetahui dirinya sedang mengandung janin pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jessica tak mau menyerah
Jason nampak mendorong miliknya masuk ke dalam inti pusat istrinya itu hingga membuat wanita itu langsung mengerjapkan matanya dan terbangun.
Jessica baru menyadari kini sudah berpindah tidur di atas ranjang dengan gaun tidur yang sebelumnya menjadi favoritnya namun kini sangat ia benci.
Entah sejak kapan suaminya itu mengganti gaun tidurnya, namun yang ia tahu kini pria itu menidurinya seakan ia adalah mantan istrinya.
Tak sedikitpun Jessica merasakan kenikmatan meskipun pria itu bermain dengan sangat lembut, mempermainkan titik-titik sensitifnya yang biasanya selalu membuatnya tak berdaya.
Wajah pria itu yang biasanya sangat mempesona saat berada di atasnya kini nampak memuakkan di mata Jessica, sungguh hatinya sudah terlanjur sakit dan apapun yang pria itu lakukan akan semakin membuat hatinya terluka.
"Sebutlah nama mantan istrimu dengan nyaring dan jelas bukankah itu yang biasanya kamu lakukan ?" ejek Jessica saat suaminya menghujamnya semakin cepat seiring pelepasannya yang sudah berada di ujung hingga membuat pria itu langsung menghentikan gerakannya dan menggeram kesal.
Rahangnya langsung mengeras dan pandangannya menajam menatap wanita di bawahnya itu yang sedang memasang wajah memperoloknya.
Kemudian Jason segera mencabut miliknya yang gagal melakukan pelepasan lantas kembali memakai kimono tidurnya.
Jessica yang di tinggal begitu saja nampak tersenyum miris, namun ia merasa senang karena telah berhasil membuat pria itu tak menyebut nama mantan istrinya lagi.
Keesokan harinya.....
Jessica yang lebih memilih tidur di atas sofa langsung terbangun saat mendengar pintu di buka, kemudian wanita itu segera beranjak.
"Selamat pagi nyonya, saya membawakan sarapan untuk anda." ucap nyonya Dakota seraya meletakkan nampan berisi makanan di atas meja dan di sana juga nampak makanan sisa semalam yang masih utuh.
Sejak kemarin siang Jessica memang sengaja mogok makan sebagai protes karena ia di kurung.
"Bawalah pergi dari sini karena aku tidak akan memakannya !!" teriak Jessica kemudian.
"Makan atau selamanya kamu akan terkurung di sini !!" perintah Jason saat pria itu tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.
Pria itu terlihat rapi dengan kemeja yang membalut tubuh atletisnya, sebelumnya Jessica sangat memujanya namun kini ia merasa muak bahkan ia pun enggan meski hanya sekedar untuk menatapnya.
"Aku tidak mau, lebih baik aku mati dari pada seumur hidup menjadi tawananmu." sungut Jessica.
"Makanlah, jika itu tak mau terjadi." Tegas Jason dan sontak membuat Jessica menatapnya.
"Apa maksudmu ?" tanyanya kemudian, apa pria itu akan membebaskannya?
"Makan !!" perintah Jason tak ingin di bantah.
Karena sedikit mendapatkan harapan, Jessica mengambil makanan tersebut dan segera melahapnya dengan tak sabar lagipula ia juga sangat lapar dan langsung tandas setelah beberapa menit kemudian.
"Sekarang keluarkan aku dari sini !!" ucapnya kemudian.
"Semudah itu ?" Jason langsung menatap sinis wanita di hadapannya tersebut.
"Katakan apa maumu, Jason Alvares !!" Jessica nampak tak sabar menghadapi pria itu.
"Tanda tangani surat perjanjian ini jika kamu mau hidup bebas." Jason memberikan sebuah map pada istrinya itu dan tentu saja Jessica segera mengambil lalu membukanya.
"Apa kamu sudah gila, hah ?" Jessica nampak tak percaya setelah membaca map tersebut.
"Kamu menyuruhku untuk melupakan semuanya dan kembali hidup normal bersamamu ?" imbuhnya lagi.
"Tentu saja, bukankah sebelumnya kamu baik-baik saja hidup bersamaku ?" tukas Jason membenarkan.
"Itu sebelum aku tahu semuanya, lalu sekarang kamu menyuruhku untuk merasa baik-baik saja ketika tahu suamiku menganggapku hanya seperti boneka? Aku tidak akan melakukannya Jason, tidak akan pernah." Jessica langsung merobek kertas di tangannya tersebut lantas melemparnya ke arah pria itu.
"Lebih baik aku mati daripada melanjutkan hubungan denganmu." imbuh Jessica penuh penekanan dan itu membuat Jason langsung mengeraskan rahangnya.
"Baiklah jika itu yang kamu mau." ujar pria itu lalu segera keluar dari kamar tersebut dan membanting pintunya dari luar dengan sedikit keras.
"Dasar laki-laki tak berperasaan." umpat Jessica yang kini kembali duduk di atas sofa.
Kemudian wanita itu mengedarkan pandangannya dan rasanya muak sekali melihat pemandangan di dalam kamar tersebut.
Semuanya berwarna merah muda, warna yang mungkin dulu ia sukai namun sekarang ia sangat membencinya, kemudian Jessica segera menarik sprei yang semalam ia gunakan bergumul dengan suaminya itu.
Membiarkan ranjang tersebut tanpa alas apapun dan rasanya terlihat lebih baik seperti itu, lalu pandangannya beralih ke arah dinding di mana beberapa foto pernikahan suaminya itu dan mantan istrinya terpatri di sana.
Kemudian Jessica mendorong meja, segera menaikinya lalu menurunkan semua foto-foto tersebut. Wanita itu juga tak lupa melepaskan horden dan membuang semua alat make up maupun barang-barang yang ada di sana sampai tak bersisa.
Hingga kini kamar tersebut terlihat kosong tanpa ornamen apapun. "Begini lebih baik." gumamnya seraya menyeka keringatnya.
Karena kelelahan wanita itu akhirnya tertidur di atas sofa dengan sisa-sisa air mata yang nampak membasahi pipinya.
"Nyonya, apa yang anda lakukan dengan barang-barang nyonya Jenifer ?" nyonya Dakota nampak terkejut saat baru masuk ke dalam kamar tersebut hingga membuat Jessica langsung terbangun.
Rupanya hari telah sore, entah sudah berapa jam wanita itu tidur karena akhir-akhir ini ia memang selalu mudah lelah dan mengantuk.
"Jangan panggil nama wanita itu di depanku, aku sangat membencinya." tukas Jessica dengan sinis.
"Tuan pasti akan sangat marah, nyonya." Dakota nampak miris menatap kamar yang tadinya sangat rapi kini sudah seperti kapal pecah.
"Aku tidak peduli dia mau mati sekalipun." Jessica sepertinya benar-benar telah membenci suaminya tersebut.
"Jadi lebih baik bibi bawa semua barang-barang itu keluar dari sini sebelum aku menghancurkannya sampai tak bersisa !!" perintah Jessica kemudian.
"Aku takkan membiarkan mu menghancurkannya." Hardik Jason tiba-tiba yang membuat nyonya Dakota maupun Jessica langsung menoleh ke arahnya.
Pria yang masih mengenakan pakaian kerja yang terlihat sedikit berantakan itu nampak menatap tajam ke arah sang istri.
Dahulu tatapan itu begitu memuja dan penuh cinta namun kini nampak kosong dan dingin dan itu membuat Jessica nampak kecewa karena pria itu tak benar-benar mencintainya.
"Kalau begitu segera bebaskan aku dari sini." tantang Jessica menatap berani ke arah pria itu.
"Itu juga tidak akan terjadi." Tegas Jason.
"Dasar psikopat, aku Jessica bukan Jennifer dan selamanya aku adalah Jessica." Jessica nampak memukuli dada bidang suaminya itu.
"Aku membencimu, benar-benar sangat membencimu." imbuhnya lagi dan Jason langsung mendorong wanita itu hingga jatuh ke atas ranjangnya.
Pria itu nampak mengangkat sebelah tangannya memberikan kode pada sang pelayan agar segera pergi dari sana dan Jessica yang melihat senyum menakutkan pria itu langsung bergerak mundur namun pria itu langsung menarik kakinya.
"Jason ku mohon lepaskan aku."
keren karya tulis mu k🤗🤗🤗