Anne Ciara atau Anci, harus merelakan semua kebahagiaannya karena harus bertunangan dengan cowok yang menjadi sumber luka dalam hidupnya. Tak ada pilihan selain menerima.
Namun suatu hari, seseorang mengulurkan tangannya untuk membantu Anci lepas dari Jerrel Sentosa, tunangannya.
Apakah Anci akan menyambut uluran tangan itu, atau Anci memilih tetep bersama tunangannya?
" Jadi cewek gue.. Lo bakalan terbebas dari Jerrel. " Sankara Pradipta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSFA 20
Anci lihat jam digital di atas nakas, waktu sudah menunjukkan pukul 12. Anci ingat dia ada janji, jadi meskipun badannya masih lemas karena kembali dihajar San. Anci paksakan untuk turun menuju ke kamar mandi.
San perhatikan pergerakan Anci dari mulai menyibak selimut sampai masuk ke kamar mandi. Cara jalan anci yang sedikit aneh, mirip bebek dan menurut San itu lucu. Senyum tipis San terbit, merasa bangga karena berhasil memiliki seorang Anne Ciara, wanita tercantik, yang pernah San temui.
Lima belas menit membersihkan diri, Anci keluar kamar mandi dengan sudah berpakaian. Anci tidak ingin menanggung resiko kembali diterkam oleh San jika dia keluar hanya dengan bathrobe. Anci duduk di kursi meja rias, membubuhkan skin care yang sudah asisten San siapkan sejak San membawa Anci ke apartemen pribadinya ini.
Melihat Anci nampak bersiap-siap, membuat San turun dari ranjang mendekati Anci. San, terlihat sudah mengenakan celana treningnya meski bagian atasnya masihlah toples.
" Mau kemana? " San peluk Anci dari belakang.
Terlihat pantulan keduanya di cermin rias. San kecup ceruk leher Anci yang jenjang, yang selalu membuat jakunnya naik turun.
" Jemput Terry.. Hari ada jadwal dia ke dokter sepulang sekolah. Jadi habis ini aku mau jemput dia terus bawa dia ke rumah sakit. Sama mama juga sih, tapi nanti mama nyusul. " Anci tersenyum sembari menjawab.
Pantulan keduanya di cermin yang ada didepannya, entah kenapa membuat hati anci berbunga-bunga. Anci menyukai momen dimana San memeluknya seperti ini. Dalam hatinya, Anci mulai merasa serakah, karena ingin semua ini terus terulang sampai selamanya.
" Telepon mama, bilang jadwal Terry check up ditunda. " ujar San, melepaskan pelukannya San berjalan menuju masuk ke walk in closet.
Anci tentu saja kaget San tiba-tiba bicara seperti itu. Ada sedikit marah di hatinya, merasa jika San keterlaluan karena seenak jidatnya membatalkan jadwal check up Terry.
Anci langsung berdiri dan menyusul San masuk walk in closet. Bodohnya Anci main ikut masuk saja, jadilah sekarang dia melihat San membuka celana treningnya bersiap masuk ke kamar mandi.
Pipi Anci merona, melihat sesuatu yang dalam kondisi tidur saja sudah sebesar itu. Apalagi kalau dalam kondisi bangun, Anci pasti kelonjotan karenanya.
Anci gelengkan kepalanya, bukan saatnya dia membayangkan kejadian-kejadian nikmat di atas ranjang. Anci membutuhkan penjelasan sekarang.
" Kenapa dibatalin kak? Terry nanti... " belum Anci selesai bicara, San langsung memotongnya.
" Antar check upnya sama gue.. Nanti kita ke dokter yang udah gue lobby buat jadi dokter pribadi Terry. Nggak usah pergi ke dokter lama Terry. " ujar San tegas tak ingin dibantah.
Anci menunduk, dia sudah salah paham. Ternyata San menepati semua janji yang diucapkannya saat mengawali hubungan terlarang mereka ini. Dimulai dari pengobatan Terry. Bodohnya Anci tadi sempat merasa terganggu karena San ikut campur.
*****
Mobil range rover warna putih milik San sudah terparkir rapi di depan sekolah Terry. Anci sudah turun untuk menyambut Terry di depan gerbang, sedangkan San menunggu di dalam mobil sambil mengawasi Anci.
Terry pun langsung menghampiri Anci dan memeluk mbaknya yang sangat dia sayangi itu. Keduanya pun langsung mendekati mobil San.
" Terry yang di depan boleh? " pinta Terry dengan mata memelas menatap Anci.
" Tapi.. "
" Terry di depan, biar mbak di belakang!! " San buka kaca jendela langsung memotong pembicaraan kakak beradik itu.
" Yeaay.. Abang yang terbaik. " Terry bersorak senang dan langsung naik begitu aja, meninggalkan Anci yang cemberut karena tersaingi adiknya sendiri.
" Bakalan jadi saingan gue ini bocah.. Eh, kok Terry panggil abang? Kapan mereka akrabnya? " Anci bertanya-tanya.
" Mbak, cepet naik!! Tinggal nih. " Terry berteriak dari kursi penumpang depan.
" Ck.. "
Anci sejak tadi perhatikan interaksi Terry dan San. Keduanya benar-benar sangat akrab, seperti sudah lama sekali mereka kenal. padahal bertemu juga baru kali kedua ini.
Terry terlihat antusias sekali berceloteh menceritakan kegiatan sekolahnya pada San, yang ditanggapi cowok itu tidak kalah antusiasnya. Terry selama ini menarik diri dari pergaulan karena sakit bawaan yang dia derita. Tapi melihat bagaimana keakraban di depannya, Anci merasa Terry begitu terbuka pada San.
Hal yang tidak pernah Anci dapati saat Terry bersama dengan Jerrel. Padahal mereka sudah kenal bertahun-tahun. Terry selalu diam, tidak banyak bicara jika tidak ditanya Jerrel. Tapi lihat sekarang, Terry seperti hidup saat bicara dengan San.
" Ter.. Kamu kok udah akrab aja sama kak San. Dari kapan coba? " Anci tidak bisa untuk tidak bertanya. Sumpah dia penasaran.
" Trus.. Kamu tahu soal mbak sama kak San? Sejak kapan? " lagi tanyanya. Padahal pertanyaan tadi belum Terry jawab.
Terry manggut-manggut kemudian menjawab, " Tahu kok kalau abang sama mbak ada something kan. Terus kapan akrabnya, pas makan malam di mansion abang. Waktu mbak sama kak Jerrel, nah pas itu abang ajak aku ke kamarnya. "
" Kamar abang gede banget mbak.. Mana bagus lagi. " tambahnya terdengar sangat antusias.
Mengalunlah cerita bagaimana San dan Terry bisa seakrab ini. anci sendiri tak percaya, jika Terry menceritakan semuanya pada San termasuk tentang papa mereka yang masuk penjara sampai ke hal dimana Jerrel selalu berlaku kasar ke Anci.
Sesuatu yang Anci tutup-tutupi dari mamanya, tapi Terry tak sengaja melihat semua itu saat Jerrel berlaku kasar ke Anci. Terry marah, tapi Terry tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya menangis diam di pojokan saja.
" Abang janji sama Terry, kalau abang bakal balas Kak Jerrel karena udah sakitin mbak. Iya kan, bang? " San mengangguk. San usap kepala Terry penuh sayang.
" Pasti.. Abang bakal balas Jerrel. Sepuluh bahkan seratus kali lipat. " janji San.
" Yeaaay.. Terry sayang abang. "
anci tidak bisa tidak terharu sekarang. Sesayang itu San pada adiknya. San perlakuan Terry dengan sangat baik, sama baiknya seperti perlakuan San padanya.
" Besok kita jenguk papa kalian ya.. Lo nggak ada acara kan besok? " celetuk San.
" Setuju!! " Terry bersorak senang.
" Aku sih oke-oke aja.. Cuman ya itu kak, apa nggak apa papa tahu soal kita? Aku takut nanti keluarga kak Jerrel.. " Anci nampak ragu.
" Gue ada perlu ngobrol sama papa dulu. Lagian papa juga nggak akan menolak apa yang gue rencanain soal ini. Yang penting untuk mama... Jangan kasih tahu dulu. " Anci mengangguk paham, meski dia masih tetap ragu.
San tatap mata Anci lewat spion tengah. San coba yakinkan Anci lewat tatapan matanya kalau semuanya akan baik-baik saja. San yakin karena dia sudah susun rencana ini dari sejak dia jatuh hati pada Anci.
Semuanya tersusun rapi, termasuk menjadikan Anci wanitanya. Itu sudah masuk dalam rencananya. San tidak bisa main-main sekarang. Ini bukan cuma masalah tentang cinta saja, tapi lebih rumit dari itu. Bukan cuma balas dendam saja, karena jika San salah langkah, seseorang yang dia sayangi akan menanggung semua akibatnya.