Bekerja dengan bos yang mengeluarkan peraturan 'Kamu jangan pernah jatuh cinta dengan atasanmu'. Wah gimana ya perasaan Yasmin diworo-woro oleh bos tampan pemilik perusahaan tempat dia bekerja?
Ketika tidak sanggup lagi menghindari perasaan cinta yang tumbuh perlahan terhadap bosnya Yasmin memutuskan untuk resign sebelum bosnya memecat dia terlebih dahulu. Yasmin pergi ke kota lain untuk melupakan cintanya.
Bayu, bos Yasmin baru menyadari bahwa dia telah menaruh hati dengan gadis berjilbab syar'i itu yang telah mengubah hidupnya menjadi lebih religius setelah Yasmin resign tanpa persetujuan darinya.
Akankah Bayu bertemu kembali dan mengungkapkan cintanya kepada Yasmin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rabiha Adzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30: Flashback (Tumbang)
Bayu tahu seperti apa karakter Yasmin, dia sangat memegang prinsip. Kalau tidak ada hal yang penting sekali, gadis itu tidak bakalan menelpon Bayu. Makanya Bayu dan Yasmin jarang sekali berkomunikasi lewat telpon. Mana gengsinya tinggi pula.
Pulang dari kantor, Bayu langsung meluncur ke rumah Yasmin. Rumah Yasmin kelihatan sepi. Bayu turun dari mobil kemudian membuka pintu pagar halaman rumah.
"Cari siapa, Mas?," tegur seorang bapak-bapak sedang lewat di depan rumah Umi Lusi melihat ingin masuk ke halaman rumah.
"Yasmin, Pak," jawab Bayu.
"Nggak ada orangnya, Mas. Mba Yasmin tadi pagi pingsan dan dibawa ke rumah sakit," ujar Bapak itu memberitahu Bayu.
'Pingsan? Pagi tadi? Itu artinya setelah dia pulang dari kantor,' ucap Bayu dalam hatinya.
"Makasih infonya, Pak," ucap Bayu. Bapak itu hanya tersenyum mengangguk lalu melanjutkan lagi jalannya.
Bayu bergegas pergi ke rumah sakit yang sudah diberitahu oleh bapak tadi. Bapak itu adalah tetangga calon mertuanya.
Selama perjalanan, hati Bayu sangat cemas memikirkan keadaan Yasmin.
Tiba di rumah sakit, dia pun bergegas menuju kamar, tempat di mana Yasmin dirawat inap.
Tok.Tok.Tok
"Assalamualaikum," ucap Bayu sambil mengetuk pintu. Tak lama pintu kamar terbuka.
"Waalaikumsalam. Nak Bayu!!," Umi Lusi membukakan pintu, beliau tampak kaget melihat kehadiran Bayu.
"Yasmin sakit apa, Umi?," tanya Bayu langsung.
"Masuklah," ajak Umi Lusi lalu berjalan mendekati ranjang pasien. Bayu mengiringi langkah Umi Lusi.
"Yasmin baru minum obat dan baru saja dia tertidur," toleh Umi Lusi melihat Bayu.
Bayu diam sambil melihat Yasmin yang terbaring di ranjang dengan selang infus di tangannya. Meskipun sedang sakit, Yasmin tetap menjaga auratnya. Dia masih mengenakan jilbab. Laki-laki itu tersenyum menatapnya.
"Apa kata dokter, Mi?," tanya Bayu.
"Dokter hanya bilang kalau Yasmin kurang tidur dan tidak sarapan pagi. Yasmin juga banyak pikiran, akibatnya setres. Dua hari kemarin memang anak ini tidurnya malam terus. Umi juga bingung sebenarnya apa yang dia pikirkan sampai tidur larut malam terus dan tidak memperhatikan makannya," jawab Umi Lusi merasa heran sambil melihat Bayu.
"Kalau dokter sudah mengizinkan pulang, sebaiknya Yasmin istirahat lagi di rumah," ucap Bayu.
'Sebaiknya dia tidak usah ke kantor dulu untuk beberapa hari. Kalau kondisi badannya benar-benar sudah pulih baru masuk kerja lagi,' batin Bayu melihat Yasmin yang terbaring.
"Bay, Yasmin sudah bilang kan kalau Umi setuju dengan rencana Mami kamu," ujar Umi Lusi.
'Rasanya Yasmin belum bilang apa-apa tentang hal itu,' pikir Bayu. "Oh, itu," Bayu hanya tersenyum, bingung harus menjawab apa. Jadi dia menjawab seolah-olah Yasmin sudah memberitahunya.
"Syukurlah kalau Yasmin sudah memberitahu kamu. Umi bisa memaklumi karena kamu anak satu-satunya," timpal Umi Lusi tersenyum.
Bayu pun hanya tersenyum tidak enak. Karena mereka sedang ribut kecil, akibatnya tidak ada informasi yang dia dapatkan dari Yasmin.
"Rencananya aku mau meminta Yasmin untuk memilih kartu undangan pernikahan, Mi. Tapi karena kondisinya seperti ini jadi lain kali saja," ucap Bayu sambil melihat Yasmin yang tertidur pulas.
"Bagus itu, semua hal harus didiskusikan bersama. Karena ini acara kalian berdua, jangan sampai tidak saling berkomunikasi," ujar Umi Lusi setuju.
Tak lama berbincang-bincang dengan Umi Lusi, Bayu pun pamit pulang. Dia hanya berdoa di dalam hati. Semoga calon istrinya itu cepat sembuh.
***
'Enak sekali rasanya bisa tidur nyenyak,' ucap Yasmin dalam hatinya. Sebelum adzan Maghrib, Umi Lusi sudah membangunkan Yasmin meskipun dia sedang tidak sholat.
"Yas, tadi Bayu ke sini membesuk kamu," ujar Umi Lusi tersenyum memberitahu Yasmin.
"Ngapain dia ke sini?," tanya Yasmin heran.
"Eh, ini anak," Umi Lusi lalu menempelkan telapak tangannya ke kening Yasmin. "Tidak panas," gumam Umi Lusi.
"Umi!! Apaan sih," ujar Yasmin protes dengan sikap beliau barusan. "Aku kan tidak demam,"
"Bayu itu calon suami kamu. Wajar kan kalau dia datang membesuk calon istrinya," sambung Umi Lusi heran dengan sikap putrinya itu.
'Dia bicara apa saja ya dengan Umi? Ah, perasaanku waktu itu sedang campur aduk. Aku jadi marah dan bicara yang nggak jelas dengannya. Bisa-bisanya aku meminta dia untuk berpikir ulang tentang pernikahan kami. Kalau dia membatalkan pernikahan kami, bagaimana? Aaaa!!! Yasmin, bodoh sekali sih kamu,' dialog hati Yasmin.
"Hei, kok melamun," tegur Umi Lusi.
Yasmin tersenyum kecil melihat Uminya. "Umi ngobrolin apa saja dengan Pak Bayu?," tanya Yasmin kepo juga.
"Yas, kata Bayu dia mau mengajak kamu untuk memilih kartu undangan pernikahan kalian. Oya, Bayu juga bilang kalau kamu sudah keluar dari rumah sakit sebaiknya kamu istirahat dulu di rumah untuk beberapa hari," jawab Umi Lusi.
'Kalau aku sudah keluar dari rumah sakit, artinya aku kan sudah sembuh. Kenapa disuruh istirahat di rumah. Apa ini pemecatan secara halus? Yasmin, kamu benar-benar tidak dibutuhkan lagi olehnya,' Yasmin menatap sendu ke arah pintu, tidak menanggapi ucapan Uminya.
'Sudahlah aku tidak mau membahas apapun lagi,' batin gadis itu.
***
Setelah dua hari di rumah sakit, Yasmin sudah diizinkan dokter pulang. Fisiknya juga sudah pulih kembali. Seperti yang Bayu minta, Yasmin juga tidak datang ke kantor lagi.
"Yas, kamu sudah sembuh. Kenapa nggak kerja lagi?," tanya Ririn main ke rumah setelah pulang dari kerja.
"Dia meminta ku untuk istirahat di rumah. Itu artinya aku diberhentikan, Rin," jawab Yasmin tidak bersemangat.
"Masa sih, Yas," ucap Ririn tidak percaya. "Mungkin karena tidak lama lagi kalian mau nikah, Pak Bayu tidak mau kamu kecapekan" sambung Ririn.
"Eh, gimana kamu dengan Ibnu? Udah tukeran nomor kontak, apa ada kelanjutannya?," tanya Yasmin mengalihkan pembicaraan. Dia sedang malas membicarakan urusan kantor apalagi atasannya itu.
"Iya, Yas. Besok Ibnu mau ngajak ketemuan di tempat kemarin. Kamu temani aku, ya," pinta Ririn.
"Tapi aku nggak ke kantor, Rin," elak Yasmin.
"Ya, kamu langsung ke sana aja," ujar Ririn. "Kita ketemuan di sana"
"Nggak, ah. Nanti dikira orang, aku lagi yang janjian dengan Ibnu," tolak Yasmin.
"Ya udah, kamu tunggu aku di mana gitu. Baru kita pergi bareng ke sana. Pokoknya temani aku," ucap Ririn agak memaksa.
Ririn benar-benar memaksa Yasmin untuk ikut. 'Ya sudahlah daripada aku bosan di rumah. Ada baiknya aku menemani Ririn bertemu Ibnu,' pikir Yasmin.
"Baiklah. Aku akan menemani kamu," ujar Yasmin menyerah.
"Makasih Yasmin cantik," ujar Ririn bahagia.
"Kalau ada maunya baru kamu mau memujiku," Yasmin hanya tersenyum geli melihat Ririn.
Yasmin pun teringat dengan kebaikan Ririn. Karena gadis itulah dia bisa bekerja di tempat yang sama dengannya.
karya yg sangat bagus n ispiratif
biasanya sy baca ga pernah smpe habis, ini ko malah pengen lagi ❤️