Kehidupan seorang gadis cantik bernama Calista Angela berubah setelah kepergian Ibunya dia tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan.
Ayahnya menikah dengan Ibu dari sahabatnya, dan semenjak itu, Calista selalu hidup menderita dan sang Ayah tidak lagi menyayanginya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Little Girls
Setelah apa yang sudah mereka lalui satu hari ini, Calista yang tiba-tiba jatuh pingsan, bertemu dengan Leon hingga akhirnya Leon membawanya ke Mension miliknya, memperkenalkan kepada seluruh penghuni Mension kalau gadis kecil ini, dia merupakan Nyonya dalam Mension.
Hari yang sudah sangat lama ditunggu oleh Leon, dimana dia bisa bertemu dan memilikinya, seutuhnya. Tapi Leon tidak mau serakah, walaupun saat ini dia sudah bersama gadis kecilnya tapi, Leon tidak akan memaksa untuk perasaannya. Dia akan sabar dan akan terus membuat Calista nyaman berada disisinya.
Leon menatap wajah gadisnya, saat ini mereka sudah berada di Mension. Setelah sebelumnya Leon membopong Calista yang terlelap di mobil saat perjalan pulang.
"Maaf Tuan, Anda memanggil saya?" Ucap salah seorang pelayan yang usianya tidak jauh dari Calista.
"Gantikan pakaiannya."
"Baik Tuan."
Leon berjalan keluar, dia akan memberikan satu pelayan khusus untuk melayani semua keperluan gadisnya.
"Tuan" Sapa Zidan menunduk.
"Di ruangan."
Zidan mengangguk dan berjalan mengikuti Leon menuju salah satu ruangan tempat dimana Leon bisa bekerja.
"Katakan."
Zidan mengangguk dan berjalan mendekat. Dia menyerahkan sesuatu diatas meja.
"Jadi dia orangnya."
"Betul Tuan, Namanya Abian Hermawan. Dia putra kedua dari keluarga Hermawan salah satu Perusahaan yang sedang bekerjasama dengan Anda."
Leon terdiam. Dia hanya menatap sebuah foto dimana Abian datang bersama Bela ke rumah Calista.
"Dan perempuan ini."
"Bela Natasya, dia sahabat Nona Calista."
"Terus awasi laki-laki ini, jangan sampai dia mendekati Calista."
"Baik Tuan, Maaf Tuan. Hari ini 10% saham yang Anda perintah untuk kita tanam ke Perusahaan Bagas semua sudah berjalan lancar."
"Tetap awasi, berikan lagi mereka hadiah jika masih berani mengganggu gadisku."
"Baik Tuan."
"Kamu bisa keluar."
Zidan menunduk dan berjalan keluar. Leon yang masih berada di sana memejamkan matanya. Dia beranjak bangun dan akan kembali melihat gadisnya.
Ceklek,,
Pintu kamar terbuka dan terlihat gadisnya sudah berganti dengan piyama tidur.
"Tuan"
"Kamu bisa keluar."
Leon berjalan mendekat, menatap wajah gadisnya yang begitu tenang dalam tidurnya. Tidak terlihat kelelahan, kesedihan dalam wajahnya. Leon berjanji mulai saat ini, dia akan menjaga dan membahagiakan Calista. Dia akan mengganti hari-hari kesedihan Calista dengan kebahagiaan, senyuman.
"Good Night Little girls" Bisik Leon mengecup dalam kening Calista.
Leon membiarkan Calista tidur, dia menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Calista.
*********
Keesokan Harinya,,
Calista membuka matanya, dia menatap sekeliling dan terdiam. Dia menghela napasnya saat teringat jika dia tinggal di Mension Leon untuk sementara waktu. Calista beranjak bangun.
"Selamat pagi Nona."
Calista menoleh dan terlihat seorang pelayan berdiri tidak jauh dari tempat tidurnya.
"Saya Lila, Saya yang akan membantu semua keperluan Nona"
"Ta- tapi aku
"Kamu sudah bangun.."
Calista menoleh, Leon berjalan masuk dan menghampirinya. Tersenyum. Hanya dengan gadisnya lah senyuman itu terlihat.
"Leon,,"
"Dia yang akan membantu semua keperluan kamu selama di mension, dia juga akan menemani kamu."
"Tapi itu gak perlu Leon, aku bisa kerjain semua sendiri."
Leon terdiam menatap wajah gadisnya. Tidak, dia tidak akan mungkin membiarkan gadisnya melakukan apapun sendiri. Dia berjuang hingga sampai seperti ini, Leon lakukan semua itu untuk gadisnya, untuk memanjakan gadisnya.
"Sekarang bersiap dan sarapan, aku tunggu di bawah." Leon mengusap lembut rambut Calista dan berjalan keluar.
"Silahkan Nona, air sudah saya siapkan."
Calista mengangguk dan masuk kamar mandi. Dia berdiri menatap wajahnya didepan cermin dalam kamar mandi. Apa dia sedang bermimpi? Kenapa bisa Leon bersikap begitu baik dengannya. mereka bahkan baru saling mengenal.
Calista menggeleng, dia menatap bathtub yang telah terisi air. Dia lantas membuka pakaian. Dan dia membulat. sejak kapan dia berganti piyama. Bukannya semalam dia masih pakai- Calista menutup mulutnya dan menggeleng.
Engga mungkin Leon yang gantiin baju gue. Terus siapa?
Di meja makan, Leon sudah menunggu Calista. Dia membaca Tablet yang sebelumnya Zidan berikan.
"Beberapa janji Anda hari ini, mungkin Anda akan pulang larut." Tutur Zidan berdiri disampingnya.
Tak,,
Tak,,
Leon menoleh, Calista berjalan turun bersama Lila dan cukup lama Leon menatapnya kagum. Hari ini, pagi ini gadisnya terlihat begitu cantik.
"Pagi,," Ucap Calista tersenyum.
"Ehem,, Ayo sarapan."Ajak Leon dan Calista duduk setelah Lila menarik kursinya.
"Saya akan menunggu di luar Tuan." Ucap Zidan menunduk.
"Tunggu-
Zidan terdiam, bahkan Leon menatap Calista bingung.
"Kenapa tidak sarapan bersama?"
Zidan terdiam, dia sempat melirik Leon yang mengangguk.
"Baik Nona."
Calista tersenyum "Lebih enak kalau ramai-ramai seperti ini."
"Kamu sarapan terus minum obatnya." Ucap Leon lembut dan Calista mengangguk.
Zidan bisa melihat ketulusan itu, Leon tidak pernah bersikap seperti ini kepada siapapun. Dia bahkan menutup dirinya sejak 5 tahun itu. Zidan sangat tau bagaimana perasaan Leon.
"Aku bisa sendiri Lila,"
"Maaf Nona, silahkan."
Calista mengambil sarapannya dan mulai menikmati. Begitu pun dengan Leon juga Zidan.
"Leon,,"
"Ya"
"Kamu lihat ponsel aku dimana?"
"Zidan akan membelikannya yang baru."
"Bu-bukan, maksud aku setelah kejadian kemarin aku tidak melihat ponsel aku. Apa hilang pas di taman ya."
"Ponsel kamu rusak."
"Rusak, tapi bisa dibenerin kan?"
"Nanti ganti yang baru."
"Tapi-
"Makan Calista."
Calista mengangguk dan kembali makan tanpa bicara.
"Aku pergi dulu, Telp aku kalau ada sesuatu."
"Iya."
Zidan menunduk dan mengikuti Leon keluar. Calista menghela napasnya. Dia bakal tinggal sendiri di mension sebesar ini.
"Lila.."
"Ya Nona."
"Apa di sini ada taman? Aku bosan kalau cuma di kamar."
"Ada Nona, saya antar nona ke taman."
Calista mengangguk dan berjalan menuju sebuah taman yang cukup luas.
"Kamu sudah lama bekerja di sini?" Ucap Calista saat sudah duduk di kursi.
"Sudah 4 tahun Nona."
"Lama juga."
"Iya Nona."
Calista terdiam, melihat taman yang begitu indah dan terawat dia jadi ingat dengan Mamanya. Dulu dia sering berkebun dengan Mama, menyirami berbagai bunga. Tapi, semua berhenti saat Mamanya pergi bahkan taman yang dulu begitu cantik dan terawat kini sudah tidak lagi.
"Oya Lila, apa kamu mau menjadi teman aku?"
Lila terdiam dan menatap wajah cantik Calista, dia tersenyum dan mengangguk.
"Baik Nona."
"Jadi mulai sekarang panggil saja Calista atau Caca Oke."
"Tapi Nona."
"Kamu bilang kita sekarang teman."
"Baik Nona."
Lila tersenyum dan dia tidak menyangka jika Calista gadis yang baik dan juga tidak sombong. Berbeda dengan banyaknya gadis di luar sana. Apalagi melihat bagaimana Tuan Leon memperlakukannya. Seharusnya Calista bisa bersikap sombong tapi tidak, dia bahkan mau berteman dengan seorang pelayan.
karya ka encha emang best bgd