Dalam usaha menghidupkan kembali kota Happiness yang porak-poranda akibat badai dahsyat, David Booker mengusulkan agar mereka mengundang para wanita. Akhirnya dipasangkan iklan di surat kabar. Tak disangka, responsnya luar biasa. Deretan mobil yang melaju menuju kota Happiness membuat David benar-benar kaget, hingga ia terjatuh dari menara. Untung saja salah seorang pendatang itu dokter, Dokter Kendall Jenner yang manis dan menawan...
Namun, David gagal memberikan kesan pertama yang baik kepada Kendall, satu-satunya dokter yang kini mereka miliki di kota itu.
Mampukah David meluluhkan hati dan meyakinkan Kendall agar tetap tinggal di Happiness...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Devoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
"Mungkin kita harus mematahkan tulangmu yang lain agar dokter itu tetap sibuk." usul Harry. "Kembali ke masalah tadi. Kau seharusnya mengutus seseorang untuk mengawasi pengeluaran kelompok yang pergi ke Altlanta." Ia mengambil setumpuk nota dan mengguncang-guncangnya. "Apa yang terjadi? Apakah kau membiarkan kaum hawa itu menghabiskan banyak uang?"
"Karena kurasa wanita-wanita itu membuat pilihan tepat dalam teknologi dan peralatan yang akan memajukan kota ini dengan pesat."
Harry tampak berfikir mendengar penuturan David.
"Ayolah, Harry. Kalau menurut mereka mengeluarkan uang untuk semua benda itu akan bermanfaat, kita harus mempercayainya."
Ponsel Harry berdering. Ia melirik layar. "Mom."
David mengernyit. "Jangan bilang-bilang soal kakiku..."
Harry mengerutkan kening. "Ada lagi yang kita rahasiakan darinya?"
"Mom tidak tahu bahwa aku yang memecahkan vas birunya saat umurku empat belas dan merekatkannya kembali."
Harry menekan tombol dan meletakkan ponsel di meja tulis. "Hai, Mom. Di sini juga ada David."
"Wah, bagus." Suara merdu Luisa Booker memenuhi ruangan. "Halo, David."
"Hai, Mom."
"Bagaimana kabar kalian, Anak-anak?"
"Lumayan," sahut Harry
"Sehat dan bahagia," timpal David
"Bagaimana kabarmu?" ucap Harry
"Kangen anak-anakku. Apa yang harus seorang ibu lakukan supaya dikunjungi oleh salah satu anak laki-lakinya?"
"Pasti kami akan berkunjung," janji Harry.
"Kau selalu bilang seperti itu. David, aku memimpikanmu tadi malam... dalam mimpiku, kau terluka... atau tulangmu ada yang patah."
David menggeleng-geleng. Insting wanita itu memang akurat.
"Ia baik-baik saja, Mom," jawab Harry. "Ia hanya ingin mengaku sudah memecahkan vas birumu saat berumur empat belas dan melekatkannya kembali dengan lem."
"Terima kasih banyak," David berkomat-kamit.
"Ah, aku sudah tahu," kicau ibu mereka. "Bagaimana perkembangan Happiness? Katanya, ada rombongan wanita yang datang dari Virginia."
"Yeah," timpal Harry, tak dapat menyingkirkan nada sarkasme dari suaranya. "Karena itulah kami sibuk sekali."
"Ada pasangan yang cocok untuk anak-anakku?"
"Tidak," sahut Harry dan David serempak.
Jawaban yang terlalu cepat? David bertanya-tanya lagi. "Tapi sekarang kami punya dokter," tambahnya. "Dan kami sedang membangun klinik."
"Senang rasanya mengetahui bahwa aku tidak perlu cemas soal dokter saat kembali ke Happiness," katanya. "Aku tak sabar menunggu hari itu datang."
David menunggu Harry mengatakan sesuatu, tetapi ketika hening membentang, ia membuka mulut, "Kami juga tak sabar menunggu hari itu, Mom."
"Kembalilah bekerja, Anak-anak. Aku sayang kalian."
"Kami juga sayang padamu," kata mereka serempak, lalu Harry memutuskan sambungan telepon.
David meraih kruk dan berdiri. "Aku harus pergi. Aku masih harus membereskan masalah pemanas air dan aku juga akan mengawasi pemasangan tiang pembatas kebun raksasa yang tak sabar ingin segera ditanami oleh wanita-wanita itu."
"David?"
David menoleh.
Harry menyugar rambutnya dengan jemari, lalu duduk di pinggir meja tulis. "Aku mulai bertanya-tanya apakah kita masih bisa mewujudkan semua ini."
David tertegun. Harry meminta dukungannya? Ia berjuang mencari kata-kata. "Tentu saja kita bisa. Kita akan membangun kembali kota ini dan membawa Mom pulang, seperti yang sudah kita janjikan."
"Hari itu sepertinya masih sangat jauh."
David mencari persamaan situasi yang bisa mereka berdua pahami. "Keadaannya sama seperti saat kita bertugas dulu. Kau tidak boleh berkecil hati memikirkan perang. Kau hanya harus menghadapi pertempuran satu per satu."
David menunggu Harry mengatainya penuh omong kosong atau berkomentar menghina khas seorang kakak.
Namun...
"Kau benar," Harry mengakui. "Keluarga Booker tidak pernah mundur saat menghadapi tantangan. Kita akan bisa mengatasinya." Lalu ia menegakkan tubuh dan mengangguk ke arah gips David. "Bagaimana kakimu?"
"Tidak menghambat gerakanku... tidak terlalu."
"Ku perhatikan si pirang Hailey tertarik padamu. Apakah terjadi sesuatu?"
David merasa wajib mempertahankan reputasi sebagai penakluk wanita dan tidak mau mengakui bahwa ia lebih tertarik mendapat ciuman sungguhan dari Bu Dokter Kecil. "Mungkin. Pilihan ku masih tetap terbuka. Bagaimana denganmu?"
Harry mendengus. "Aku tidak mencari wanita."
"Kau selalu bilang seperti itu," ucap David sambil tersenyum lebar, lalu ia meninggalkan kantor. Tapi setelah sampai di luar. Ia meringis.
Meresahkan rasanya melihat Harry tidak percaya diri, meskipun hanya sesaat. Baru sekarang David menyadari betapa ia sangat mengandalkan sang kakak sebagai kompas hidup, terutama sejak ayah mereka meninggal. Harry memikul setumpuk tanggung jawab di bahu. Mereka berurusan dengan pembangunan infrastruktur dan ekonomi yang bisa membangun atau justru meruntuhkan generasi.
David menelan ludah dengan susah payah. Selama berbulan-bulan, pembangunan itu sudah menyita waktunya, tetapi pekerjaan harian sudah mengalihkan perhatiannya dari gambaran besar tentang apa yang berusaha mereka raih. Bila dipikirkan secara keseluruhan, misi membangun kembali seluruh kota itu ternyata...
Menakutkan.
Ia bahkan tak akan berani bermimpi mencobanya jika tanpa kakaknya. Karena tahu bahwa Harry merasakan hal yang sama, kepercayaan dirinya meningkat tapi ia juga merasa cemas. Tiba-tiba ia merasa ada kewajiban yang terpikul di bahu. Mungkin perasaan tertekan ini di alami semua orang di sini.
David mengendarai salah satu ATV ke asrama untuk berkonsultasi dengan tukang pipa yang memeriksa sistem air panas. Sayangnya, tak ada solusi jangka pendek. Air panas akan tetap langka dan ia tahu itu tak akan menolong dalam meyakinkan Kendall agar tetap tinggal. Ia berjalan ke ruangan yang sudah di ubah menjadi tempat praktik sementara Kendall dan melihat dengan perasaan terkejut, bahwa empat dari pekerjanya sedang duduk di bangku yang berjejer di koridor.
"Kenapa kalian ada di sini?" tanyanya.
"Luka terkena pisau cukur."
"Jariku kena palu."
"Sakit punggung."
"Kebotakan."
David mendesah, mengeluarkan dompetnya dan mulai mengambil beberapa helai uang kertas. "Ini dua puluh dolar. Kembalilah bekerja. Dan kabarkan pada semua bahwa tawaranku membayar jam istirahat untuk berobat ke dokter sudah berakhir. Jangan datang kecuali kalian berdarah atau ada yang mengelupas, paham?"
...****************...
kendall udah balik ga usah buru2 juga 😅
Beneran End ya K Devoy🥺Semoga sukses dgn karirnya d Real,sehat sllu dan jgn lupa tengok2 rumah halu kita ya kk,love youuu k dev😘😘😘
hayuu David bilang I lope yu atuuuh meuni susyaaah...
eta baju d kamanakeun atuuh,pasti d alungkeun kamana karep🤦♀️🤣🤣🤣
kuy semangat nyatakan cinta David,hanya itu yg bisa membuat Kendall menetap d happinese....
Cara kayanya orang yg sama,dy mantan Harry yaa??
knpa Cara sampe pergi dan meninggalkan Harry?
kabooooor🚴♀️🚴♀️🚴♀️🚴♀️🚴♀️
Terima kasih banyak untuk karyanya, semoga akan hadir karya² yang baru. Semangat berkarya dan semoga sukses selalu ❤❤