🥈Runner Up [EVENT KONFLIK RUMAH TANGGA]
📍Beside Story Of [SELEPAS KATA TALAK]
"Kau rebut suamiku, kurebut suamimu, jadi
jangan salahkan aku merebut suamimu!"
"Haruskah kita berakhir begini? Saling membenci dan menyakiti? Untuk apa kita bertahan kalau hanya saling mencari pembuktian,"
Almaira Alshad, seorang wanita yatim piatu yang dinikahi oleh Arlan Megantara seorang pengusaha ritel harus menelan pil pahit saat suaminya menjual dirinya kepada seorang pria dewasa yang ternyata adalah sosok yang Alma anggap paman sendiri.
Dirga Afdarianto, seorang pria beristri yang pernikahannya juga buruk mengetahui bahwa istrinya berselingkuh dengan sosok Arlan sehingga ia menawarkan Arlan untuk membeli Alma sebagai bahan untuk Dirga melakukan lomba selingkuh dan balas dendam kepada istrinya selama ini sehingga membuat Alma harus menjadi istri kedua Dirga yang secara tidak langsung mendapat pandangan pelakor oleh banyak orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. Pembunuh Orang Tuamu
"Om, gapapa kan?" tanya Alma pada Dirga yang masih berdiri di hadapannya.
Badan tegap itu masih belum melepas Alma dari genggamannya, Alma hendak kembali ke pantry mengambil kopi milik Dirga, tapi Dirga segera menarik tangannya.
Alma yang ditahan otomatis jatuh kembali ke pelukan Dirga, dalam posisi seperti ini, Alma seperti tidak mempunyai keberanian untuk melepaskan diri.
"Jangan dekat-dekat dengan Daren itu," bisik Dirga sebelum melepas tangan Alma.
Alma hanya mengangguk pelan kemudian berjalan menuju pantry dimana masih ada Daren yang sedang membuat kopinya.
"Eh Al, maaf yah soal tadi," ujar Daren yang tampaknya sudah menyelesaikan membuat kopinya.
"Gapapa, kamu udah buat kopi kamu?" tanya Alma meraih gelas yang dia tinggalkan tadi.
"Udah, kalau gitu aku duluan yah," Daren berjalan meninggalkan Alma disana.
Menuju ruangannya Daren terus memikirkan bagaimana bisa Alma begitu cantik sekarang berbeda dengan sewaktu mereka SMA, andaikan waktu bisa diputar Daren tidak akan melepas Alma dari pelukannya waktu itu.
•
•
Kini sudah menunjukkan pukul lima sore, jam tutup kantor di lakukan sekarang, Alma baru saja membereskan beberapa berkas sebelum Dirga datang dan meraih berkas yang Alma pegang.
"Pak, itu belum selesai."
Dirga membaca isi kertas tersebut, dimana ia hanya mengangguk kemudian memberikan kertas tersebut kepada Deno yang ada di sampingnya.
"Den, tolong kami rewatch lagi bagian ini, dan laporkan ke Bu Alma besok pagi," ujar Dirga yang membuat Deno mengangguk.
Deno melangkah pergi meninggalkan Dirga dan Alma disana, ditinggal Deno membuat Alma mendelik ke arah Dirga.
"Kok dikasih Deno, itu kan kerjaan aku," protes Alma.
"Yang boss disini siapa?" tanya Dirga yang membuat Alma menyerah.
Dirga kemudian berjalan keluar dari ruangan Alma. "Bereskan barangmu, saya akan mengantarkan kamu ke apartemen."
Alma hanya menurut kemudian memasukkan beberapa kertas kedalam tas, hari yang berat bagi Alma setidaknya hari ini, Alma menyusul Dirga yang lebih dulu.
Sepanjang berjalan bersama, tidak ada percakapan di antara mereka, sesampainya di dalam lift, Dirga segera menekan tombol dengan tangan kokohnya yang membuat lift tersebut tertutup.
"Kamu mau makan dulu?"
"Hm."
Alma hanya berdeham karena memang masih kesal dengan sikap Dirga yang sangat kapitalis terhadap berbagai hal.
Mendengar itu, membuat Dirga segera menarik tangan Alma sehingga kini wajah mereka berdua saling bersinggungan. "Kalau saya ngomong tuh dijawab."
"Gak Om, aku mau langsung pulang aja, puas?" jawab Alma yang sudah kepalang kesal.
"Oh, oke."
Betapa hemat katanya Dirga pada Alma, hal inilah yang membuat Alma sebenarnya kesal, Dirga itu tampan tapi dia tidak pernah tersenyum bahkan hanya berbicara seadanya sehingga wajah tampan itu tertutup oleh sikap yang dingin.
Ting!
Pintu lift terbuka, Dirga berjalan lebih dulu disusul Alma, mereka berdua berjalan menuju mobil Dirga, Dirga menekan tombol kunci otomatis pada kunci mobilnya kemudian masuk ke dalam mobil disusul Alma.
Di sepanjang perjalanan lagi-lagi tidak ada percakapan apapun diantara mereka berdua yang membuat suasana renggang diantara mereka berdua.
"Maaf," ujar Dirga tiba-tiba.
Entah apa maksud Dirga, Alma hanya menatapnya dengan tatapan melongo bingung, maaf untuk apa itu sendiri Alma tidak tahu.
"Untuk apa?" tanya Alma yang membuat Dirga menghela napas panjang.
"Kamu tidak akan paham."
Bayangkan saja, bagaimana bisa Alma bisa paham kalau Dirga sendiri tidak mau menjelaskan apa maksud dibalik kata maaf itu sendiri.
Ingin rasanya Alma memaki pria di sampingnya itu, tapi untungnya Alma cukup sabar untuk sekedar diam.
"Menurut kamu, saya itu seperti apa?"
"Cuek, dingin, kaku, gak karuan, kulkas berjalan," jawab Alma tanpa memberi jeda sedikitpun.
"Saya suka dengan pujian itu," Dirga menaikkan lengkung bibirnya menuju senyum tapi sungguh berat memang bagi Dirga hanya untuk sekedar memberi senyum.
"Alma, definisi jodoh apa yang kamu cari?"
"Yang bisa di ajak kerjasama," jawab Alma yang membuat Dirga mendelik.
Dirga tidak mengerti dengan maksudya tapi Dirga sangat menyukai nada bicara Alma.
"Maksudnya gini Om, aku tuh gak cari jodoh yang harus pinter, asal dia bisa diajak kerjasama ke surga bareng-bareng aja, udah cukup."
"Saya gak masuk klafikasi kamu, saya ga paham agama, bagaimana bisa saya membawamu ke surga dan jalan kebenaran?"
"Om, tahu gak, mengajarkan sesuatu yang benar tidak perlu paham agama, sembari belajar bersama pun bisa, aku gak cari yang paham agama tapi yang bisa bawa aku ke surga, kalau dia bisa bawa aku ke surga berarti dia bisa mengerti agama."
Penjelasan Alma sangat gamblang yang membuat Dirga mengangguk perlahan, tak lama setelah percakapan itu ditutup, kini Dirga dan Alma sudah sampai di apartemen Alma.
"Om, aku turun yah, Om gausah ikut masuk, mending Om langsung pulang, udah maghrib ga enak sama tetangga," Alma meraih handel pintu mobil kemudian keluar.
Dirga hanya mengangguk sembari menatap Alma yang perlahan berjalan menjauh masuk ke area apartemen.
Dirga awalnya ingin pergi namun matanya menangkap sesuatu yang tak asing, yah disana ada Arlan dan Ishaya yang membuat Dirga memilih menunggu terlebih dahulu.
Sementara itu Alma yang sedang berjalan di lorong menuju unit apartemennya akhirnya tiba di depan pintu unit miliknya.
Alma mencari kartu untuk smart door pintu apartemen tersebut, setelah menemukannya Alma segera masuk kedalam unitnya namun disaat dia ingin menutupnya sebuah dorongan membuat Alma terjungkal kebelakang.
"Arlan? Ishaya?" Alma menatap Arlan yang membuat Arlan masuk ke dalam ruangan tersebut sementara Ishaya beralih mengikat Alma.
"Kalian mau apa?
"Diam! Kau terlalu banyak mengacau bagaimana kalau aku bawa saja kau bertemu dengan orang tuamu," Arlan menatap Alma tajam.
"Maksudmu?"
"Seperti yang aku lakukan kepada orang tuamu, aku akan membuatmu bertemu dengan orang tuamu," jawab Arlan. "Jangan mengira bahwa kematian kedua orang tuamu adalah pure kecelakaan Alma."
"Jadi?"
Gelap, fakta apa ini, Alma berasa dipukul Fakta yang barusan dia dengar. "Kau membunuh orang tuaku."
"Gadis pintar! Dan kau akan bertemu dengannya," Arlan tersenyum jahat. "Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini tapi kau memaksa."
Arlan meraih balok kayu kemudian mengangkatnya dengan tinggi bersiap menghantam Alma sebelum sebuah tarikan pada kemejanya membuat Arlan terjungkal.
"Jangan sentuh kesayangan Dirga!"
BUGH
Dirga memberikan sebuah bogeman mentah kepada Arlan yang membuat Arlan terjungkal ke belakang karena hal tersebut.
Ishaya yang melihat itu merasa panik, sedangkan Dirga kini mulai meraih tubuh Arlan dan memaksanya berdiri. "Kau yang membunuh kedua orang tua Alma?
"Sialan!"
BUGH!
Kini Dirga meninju perut Arlan berulang kali yang membuat mengeluarkan darah dari mulutnya.
•
•
•
TBC
Assalamualaikum
Jangan Lupa Like