Ketika harga diri seorang wanita tidak lebih dari selembar materai, mampukah ia bertahan di dalam lingkungan keluarga terpandang dan kaya raya.
Hidup dalam garis kemiskinan membuat Virgo harus digadaikan demi membayar hutang kedua orang tuanya. Bertemu dengan Dylan, seorang pemuda yang terkenal dingin dan ringan tangan membuatnya harus berjuang extra demi bisa bertahan hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haryani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. SALAH LAGI
"Dylan, sebaiknya kamu berpikir ulang tentang hal ini. Ingat sekali kamu menikah maka selamanya kamu akan terikat kepadanya."
Ucapan Tuan Chryst terngiang-ngiang di kepala Dylan. Pikirannya tidak bisa fokus kali ini, apalagi banyak sekali hal yang harus ia pikirkan matang-matang.
"Apakah keputusanku salah? Bukankah saling mencintai bisa dilakukan setelah menikah?"
Dylan tidak pernah seserius ini dalam urusan cinta. Sebelumnya ia hanya suka bermain-main, apalagi dengan permainan tersebut tanpa perlu bersusah payah sang wanita akan suka rela menjadi budaknya. Sama seperti Rose, dan beberapa barisan mantan pacarnya.
Dylan melempar satu persatu kerikil yang ia pegang sedari tadi. Ingin rasanya berteriak melepaskan semua gundah gulana yang dirasakan, tetapi ia tidak bisa melakukannya di sini.
Tatapan mata Dylan terlihat sangat kosong saat ini. Biasanya di dalam situasi seperti ini, ada Milley yang tiba-tiba datang menganggunya.
"Sebaiknya aku pulang saja! Mungkin dengan begitu aku bisa bertemu dengannya."
Dylan menghela nafas panjangnya lalu pergi meninggalkan taman kota favoritnya. Ia melajukan mobilnya menuju rumah.
Beberapa waktu kemudian ia telah sampai rumah. Perutnya yang keroncongan membuat langkah kakinya berbelok ke dapur. Diperhatikan daerah sekitarnya.
"Kemana gadis itu?"
Dylan masih belum menemukan Milley di sana, tetapi perutnya semakin keroncongan. Tiba-tiba Nanni turun dan menuju dapur.
"Milley kemana, Nanni?"
"Ada di kamar, Tuan."
"Tumben dia di kamar, nggak nyiapin aku makanan, 'kah?"
Nanni menggeleng, tetapi ia mengatakan sudah ada makanan untuknya di meja makan.
"Kalau Tuan Muda mau makan, biar saya hangatkan."
Dylan menghela nafasnya, "Baiklah, kalau bisa cepat, ya!"
"Baik, Tuan."
Nanni membungkuk hormat, lalu sesudahnya mulai memanaskan makanan untuk Tuan Mudanya tersebut.
🍂Apartemen Michael
Sudah sejak lama ia memandangi ponsel miliknya, ingin rasanya segera menghubungi Milley, tetapi harus dengan alasan apa?
Michael tampak mondar-mandir di dekat tempat tidurnya. Hingga tidak berapa lama kemudian, ponselnya berdering. Dengan sigap ia mulai mendekati ponsel, dan melihat siapa pengirimnya.
"Bukan Milley," gumamnya dengan lesu.
Ia segera melepas ponselnya dan lebih memilih untuk melihat televisi. Tangan Michael memegang remote televisi dan menyalakannya. Kebetulan sponsor yang terlihat di sana adalah iklan pembalut dan seketika ia baru mempunyai sebuah ide.
"Bukankah Milley sedang datang bulan? Kenapa tidak terpikirkan sampai kesana?"
Dengan hati berdebar, tangan sedikit gemetar, Michael mulai memainkan tangannya di atas benda berbentuk persegi panjang hitam tersebut. Selepas mengirim pesan pada Milley, dengan hati berharap-harap cemas ia menyelipkan doa, agar Milley membalas pesan darinya.
Milley yang kebetulan sudah bangun karena terganggu dengan suara Dylan segera meraih ponselnya. Dilihatnya layar hitam pipih itu dengan mata sedikit menyipit karena masih mengantuk.
"Michael message"
"Ha-ah, Pak Dosen WA gue?"
Milley mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, agar terbuka lebar dan tidak berhalusinasi. Namun, ternyata yang ia baca tadi beneran pesan dari Pak Dosen.
Meski penuh rasa takut dan bimbang, Milley memberanikan diri untuk membuka pesan tersebut.
"Hai, Milley, gimana kabar kamu? Sudah lebih enakan belum?"
"Huaaa, Pak Dosen perhatian banget, ya ampun nggak menyangka bisa ketemu dosen yang se-handsome dia."
"Sebentar, ambil nafas dalam-dalam, keluarkan dan ulangi sekali lagi."
Milley seolah baru pertama kali merasakan getar-getar cinta. Perhatian kecil seperti ini ternyata mampu membuatnya berdebar dan sesak nafas dan bahagia.
"Ya ampun, balas nggak, ya?"
"Kenapa Milley nggak balas pesanku, apa aku menganggu jam tidurnya?"
Berbagai pemikiran buruk menghantui Michael.
"Harusnya aku tidak mungkin mengganggunya."
Karena lelah menunggu, Michael lebih memilih untuk pergi ke kamar mandi. Sementara itu Milley baru saja mengirimkan balasan pesan untuknya.
Selepas mengirim pesan itu, Milley menghamburkan dirinya ke arah ranjang dan menutupi wajahnya dengan bantal berbentuk love.
Sementara itu, Dylan merasa tidak berselera makan karena cita rasanya berbeda dengan masakan Milley.
"Nanni, ini bukan masakan Milley, ya?"
"Iya, Non Milley tidak enak badan. Jadi ia hanya tiduran sepulang dari kampus."
Dylan meletakkan garpu dan sendoknya, lalu memilih mencari keberadaan Milley di kamarnya. Namun, tidak seperti yang ia bayangkan. Kamar tidurnya kosong dan rapi. Hanya ada dua bantal dan satu guling di sana.
"Lalu, kemana perginya Milley? Bukankah kata Nanni dia sakit? Atau dia hanya pura-pura sakit?"
Dylan mulai dilanda amarah. Lalu seketika ia berteriak, "Nanni ....!"
Dengan langkah tergopoh-gopoh, Nanni berlari ke lantai dua. Tempat di mana Dylan berada.
"Saya, Tuan."
"Di mana, Milley?"
"Di kamarnya, Tuan."
"Kamar sebelah mana? Bukankah kamar kita selalu bersama."
Terlihat sekali jika Dylan marah saat ini, tetapi Nanni sudah berjanji pada Milley agar tidak memberitahukan keberadaannya.
"Kenapa diam?"
"Dibayar berapa sampai kamu menuruti semua ucapannya, hah!"
Nanni menunduk, ia terlihat ketakutan kali ini. Demi keselamatan dirinya, akhirnya ia memberitahukan kamar yang dihuni Milley. Dengan langkah pongah, Dylan berjalan menuju kamar Milley. Tanpa permisi ia membuka pintu kamar Milley dengan kasar.
Milley yang sedang bocor dalam keadaan sampai di depan pintu kamar mandi, terpaksa menoleh ke arah Dylan. Malu dong, karena darahnya menetes di lantai.
Saat hendak berlari Dylan meraih tangan Milley.
"Kamu sakit apa? kenapa banyak keluar darah?" tanya Dylan cemas.
"Panggilin Nanni dong, please," ucap Milley dengan memohon.
Milley memegang wajah Dylan, "Aku nggak kenapa-napa, cuma ini masalah sesama perempuan."
Ternyata keras kepala Dylan tidak tertolong. Tanpa rasa jijik, Dylan menggendong tubuh Milley dan membawanya ke bathub. Ia menyalakan air hangat di sana.
"Coba kamu berendam air hangat, biar nggak terlalu sakit perutnya."
"Woi, gue nggak habis begituan, kenapa pake di suruh berendam. Dylan aku lagi datang bulan, please panggilin Nanni sebentar."
Tidak tega dengan wajah mengiba Milley, akhirnya ia memanggil Nanni.
"Apa yang gue lakukan salah ya, perasaan di novel-novel yang gue baca kayak gitu deh."
Niat Dylan yang pengen perhatian harus dipatahkan dengan sikap sok taunya.
.
.
...🌹Bersambung🌹...
"Wkwkwk, makanya tanya othor dulu kalau mau romantis."
keegoisan novel ini
1, pemeran utama pria yang selalu salah dan terus salah dan akan dibuat menderita dan berjuang
2, karakter pemeran utama pri dibuat bodoh yang hanya mencintai pemeran utama wanita kayak tidak ada perempuan lain saja
3 pemeran utama tidak pernah salah tapi kenyataan nya dia banyak melakukan kesalahan, selingkuh, kontak fisik dengan pria lain, meninggalkan suami dan tidak dia tidak lebih baik dari wanita lain alias tidak ada spesialjya sama sekali, tidak pernah berjuang sama sekali
4, pria lain yang suka dengan pemeran utama wanita akan dipuja1 dan akhirnya dibuat bahagia
5 sedangkan wanita lain yang suka pada pemeran utama pria akan dicap pelakor dan akan dilaknat dan dibinasakan
6 kalau berpisah pemeran utama pria akan menderita, menyesal, dan sangat rindu, sedangakan pemeran utama wanita biasa saja dan malah hidup tenang dan bahagia dengan pria lain
7 kelakuan pebinor selalu dibenarkan
8 kelakuan pelakor dilaknat san tidak ada baik2 sama sekali
terus bapak si bayi tau gak kl rose kawin?
tp tuan chris gak bodoh 😏🙄🙄
apa yg terjadi dengan nurani kalian? 😢😢
masih muda tp kelakuan seperti mak pro🙄🙄🤬
tetaplah selalu baik yaaa
masih banyak laki-laki lain d luar sana rose🙄🙄
atw kau mau dylan krn hartanya?
palingan cara ampuh ya mencium dylan.. pasti luluh tuh 😁😁