NovelToon NovelToon
The War Duke'S Prison Flower

The War Duke'S Prison Flower

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Dark Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Luo Aige

Putri Rosella Lysandrel Aetherielle, anak bungsu Kerajaan Vermont, diserahkan sebagai tawanan perang demi menyelamatkan tahta dan harga diri keluarganya.

Namun yang ia terima bukan kehormatan, melainkan siksaan—baik dari musuh, maupun dari darah dagingnya sendiri.

Di bawah bayang-bayang sang Duke penakluk, Rosella hidup bukan sebagai tawanan… melainkan sebagai alat pelampiasan kemenangan.

Dan ketika pengkhianatan terakhir merenggut nyawanya, Rosella mengira segalanya telah usai.

Tapi takdir memberinya satu kesempatan lagi.

Ia terbangun di hari pertama penawanannya—dengan luka yang sama, ingatan penuh darah, dan tekad yang membara:

“Jika aku harus mati lagi,
maka kau lebih dulu, Tuan Duke.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Luo Aige, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejak Pengkhianat

Kabut masih bergelayut di atas menara-menara hitam Dreadholt ketika lonceng pagi berdentang tiga kali. Udara yang menggigit menusuk sampai ke tulang, bercampur bau minyak dari lampu-lampu gantung yang baru saja dipadamkan. Embun menetes dari pagar besi ke atas batu halaman yang basah. Deretan truk militer berderum rendah di sisi barak, kuda-kuda meringkik tak sabar, sementara prajurit berdiri tegak menanti perintah.

Di depan barisan, Duke Orion von Draevenhart telah duduk di atas kuda hitamnya. Mantel panjangnya berkibar tertiup angin, pistol berlapis baja hitam tergantung di pinggangnya. Tatapan birunya menembus kabut, wajahnya tak menampakkan keraguan sedikit pun. Kursi empuk kendaraan yang disiapkan untuknya dibiarkan kosong, ia menolak duduk di balik kaca. Orion memilih pelana dan dinginnya tanah pagi, sebab menurutnya, seorang pemimpin harus berjalan bersama pasukan, bukan bersembunyi dari mereka.

Varron maju, membungkuk dalam, lalu menyodorkan gulungan bersegel emas.

"Tuanku, perintah Kaisar telah resmi. Keluarga Valdrosh dituduh terlibat dalam penyelundupan garam. Kita diperintahkan bergerak sekarang."

Orion merobek segelnya. Matanya hanya menyapu sekilas sebelum gulungan itu diselipkan ke balik mantel. Wajahnya tetap setenang batu, suaranya berat dan menghantam telinga.

"Darah bangsawan tidak membuat seorang pengkhianat jadi suci. Hari ini nama Valdrosh diuji. Bila mereka bersih, mereka akan bertahan. Bila kotor, akan kuhapus sendiri dari sejarah."

Suara bisik-bisik menyelinap di antara barisan. Seorang perwira muda memberanikan diri melangkah maju, suaranya bergetar.

"Tuan Duke ... Valdrosh sudah mati. Menggerebek rumahnya hanya akan mempermalukan keluarga yang tersisa."

Orion menoleh perlahan. Tatapan birunya menajam, membuat darah di tubuh pemuda itu nyaris berhenti mengalir.

"Mayat tidak bisa bicara. Tapi rumahnya masih bisa menyimpan rahasia. Jalur penyelundupan itu tak mungkin berjalan tanpa perlindungan dari dalam. Aku tahu siapa yang pernah berjaga di sana, jika bukan Kaelric."

Hening mendadak menyelimuti halaman. Beberapa perwira saling pandang, tapi tak satu pun yang berani bersuara.

Orion menarik tali kendali kudanya hingga binatang itu meringkik keras. Suara hentakannya menggema tajam ke seluruh halaman.

"Jika Kaelric menjual sumpahnya, dia bukan lagi jenderalku. Dia hanya pengkhianat. Dan pengkhianat hanya punya satu tempat, di ujung pistol."

Tak ada yang membantah. Orion mengangkat tangannya.

"Berangkat. Keadilan Kaisar tidak menunggu."

Derap kuda menghantam batu halaman, diikuti raungan mesin kendaraan. Iring-iringan panjang meninggalkan gerbang Dreadholt. Kabut pagi pecah oleh derap langkah dan roda baja, menyusuri jalanan beku menuju kediaman keluarga Valdrosh.

Gerbang besi tinggi dengan lambang keluarga Valdrosh berguncang hebat saat didorong paksa. Dentumannya memecah kesunyian pagi. Para pelayan menjerit, beberapa kerabat berlarian ke aula utama. Lampu kristal di langit-langit memantulkan cahaya ke marmer putih yang kini ternoda lumpur dari jejak sepatu prajurit.

Seorang pria tua-paman Valdrosh-berdiri di depan tangga marmer, tongkatnya bergetar dalam genggaman. Suaranya parau, bergetar penuh amarah.

"Duke Draevenhart! Apa artinya semua ini?! Valdrosh sudah tiada! Tidak ada kepala keluarga lagi! Apakah Kekaisaran berniat menginjak nama kami yang tersisa?"

Kerabat lain bersahutan dengan suara gemetar bercampur keberanian.

"Ini tidak adil!"

"Kami tidak bersalah! Kalian hanya menyeret nama yang sudah mati!"

"Kau datang membawa pasukan seakan menghadapi musuh, padahal yang tersisa hanya keluarga yang berkabung!"

Orion turun dari kudanya. Sepatu botnya menghantam marmer, suaranya berat dan bergema. Setiap langkahnya membuat mereka di tangga mundur setapak. Tatapannya dingin dan tak goyah, bahkan ketika hujan protes mengarah padanya.

"Valdrosh mati bukan berarti dosanya ikut terkubur," ucapnya datar, setiap kata bagai bilah baja. "Kematian hanyalah cara pengkhianat melarikan diri dari pengadilan. Tapi rumah ini masih berdiri. Selama rumah ini berdiri, jejaknya bisa kutemukan."

Paman itu menghentakkan tongkat, suaranya meninggi.

"Kalau yang kau cari adalah keadilan, tunjukkan bukti! Jangan menodai kami dengan tuduhan kosong!"

Seorang wanita paruh baya menangis terisak, suaranya pecah.

"Kami hanya hidup dari sisa nama yang sudah tercoreng! Apalagi yang hendak kau ambil dari kami, Duke?!"

Seorang pemuda yaitu sepupu Valdrosh mendobrak keberaniannya, melangkah maju meski wajahnya pucat.

"Kau bukan hakim, bukan Kaisar! Kau hanya prajurit yang berlindung di balik titah! Apa hakmu menyeret kami dengan nama seseorang yang sudah mati?!"

Orion berhenti tepat di hadapan mereka. Jarak hanya sejengkal. Tatapannya menusuk, rahangnya mengeras. Ia menunduk sedikit, lalu bersuara ... dingin dan perlahan, tapi tajam.

"Bukti akan kutemukan. Di balik dinding, di laci meja, di catatan yang kalian sembunyikan. Dan bila satu nama tertulis di sana ... Kaelric, maka pengadilan tidak perlu lagi. Aku sendiri yang akan menebasnya."

Kerabat-kerabat itu membeku. Suara protes terhenti seketika. Hanya tersisa isak tertahan dan helaan napas berat.

Orion berbalik. Suaranya menggelegar.

"Periksa setiap ruangan. Jangan biarkan satu pintupun terkunci. Hari ini kita tidak mencari alasan. Hari ini kita mencari kebenaran."

Prajurit segera menyebar. Pintu-pintu dibanting terbuka, lemari digedor, papan lantai dicongkel. Suara langkah sepatu berat bergema di seluruh rumah, mengguncang lampu kristal di langit-langit. Para kerabat Valdrosh berdiri kaku di aula, wajah mereka pucat, ketakutan bercampur kebencian. Mereka tahu, sang War Duke tidak pernah datang membawa belas kasihan, hanya peluru dingin dan kebenaran yang tak bisa mereka tolak.

Prajurit kembali satu per satu dengan wajah tegang, tangan mereka kosong. Semua sudah dibongkar, bahkan ruang bawah tanah telah disisir, tetap tidak ada apa pun. Hanya debu, perabotan tua, dan kamar pengap yang tertinggal.

Seorang kapten maju ke depan, menunduk dalam.

“Tuan Duke … seluruh ruangan sudah diperiksa. Tidak ada temuan.”

Kerabat Valdrosh langsung bersorak. Ada yang menangis lega, ada yang menjerit marah.

“Apa kubilang?! Tidak ada bukti!”

“Kalian hanya mempermalukan rumah ini!”

“Bangsawan matipun masih kalian injak-injak!”

Paman Valdrosh menghentakkan tongkatnya, suaranya pecah menahan gemetar.

“Kau datang dengan pasukan bersenjata, Draevenhart! Kau masuk dengan moncong pistol mengarah pada keluarga yang tak berdaya, tapi keluar tanpa apa pun. Ini pelecehan terhadap nama kami!”

Orion berdiri tegak di tengah aula. Wajahnya dingin, seolah semua teriakan itu hanyalah angin lalu. Tangannya perlahan meraih pistol di pinggang, bukan untuk ditembakkan, melainkan hanya menunjukkan kilau logam hitam yang dingin di bawah cahaya lampu kristal.

Suaranya berat, menusuk.

“Hari ini kalian boleh bersorak. Rumah ini tidak menunjukkan gigi, tapi jangan anggap rumah ini tidak pernah menggigit. Valdrosh mati bukan sebagai orang suci. Dan ketiadaan bukti hanyalah penundaan, bukan pengampunan.”

Ia menoleh cepat pada kerabat yang paling vokal.

“Ingat kata-kataku! Jika sekali lagi jalur penyelundupan garam tercium, aku akan kembali. Dan waktu itu bukan lagi dengan prajurit yang mencari kertas di laci, tetapi aku akan datang dengan peluru yang mencari daging.”

Keributan masih bergemuruh ketika pintu besar berderit keras. Seorang prajurit berlari masuk, seragamnya berdebu, napasnya terengah. Di tangannya tergenggam map kulit cokelat dengan segel yang setengah robek. Ia berlutut di hadapan Orion, suaranya lantang memotong riuh rendah teriakan kerabat.

“Tuan Duke! Bukti baru ditemukan dari kediaman Kaelric.”

Sorak protes mendadak terhenti. Aula yang tadi penuh teriakan kini membeku. Semua mata tertuju pada map yang diangkat prajurit itu, seakan di dalamnya terkunci jawaban dari segala tuduhan.

Di sisi pilar, Veyrund tampak mengintip dengan gelisah. Matanya berkilat resah, tangan kirinya meremas sarung kulit. Wajahnya kaku, seolah ada sesuatu dalam map itu yang ia takutkan akan terbuka ke seluruh dunia.

Orion menerima map itu tanpa sepatah kata. Sorot matanya menajam sejak melihat segel yang tercabik seolah firasatnya terbukti. Ia membuka map perlahan, membalik halaman demi halaman dengan gerakan tegas. Semakin ia membaca, semakin mengeras rahangnya.

Veyrund mematung sesaat. Tatapannya terpaku pada map itu, lalu pada wajah Orion yang mulai membeku. Tanpa menunggu lebih lama, ia melangkah mundur pelan memilih untuk menjauh dari cahaya, pergi menghilang ke lorong samping sebelum isi map itu sempat terbaca oleh siapa pun.

Beberapa lembar berisi catatan pengiriman rahasia. Denah gudang tersembunyi. Surat bersandi kekaisaran. Semuanya mengarah jelas pada keterlibatan Kaelric. Dan lebih dari itu, mencantumkan nama Valdrosh dalam daftar pembayaran dan distribusi garam ilegal.

Darah menghentak ke pelipis Orion. Ia menahan napas sesaat … lalu dengan gerakan mendadak, melemparkan map itu ke lantai tepat di hadapan keluarga Valdrosh.

Lemparan itu sangat keras. Penuh amarah yang selama ini ditekan. Lembar-lembar dokumen berhamburan, terlempar dari map, melayang dan jatuh menampar lantai marmer. Suaranya cukup untuk menghentikan segala gerutu dan tangis di aula. Semua menjadi diam. Tegang.

Orion menatap mereka tanpa belas kasihan.

“Satu pengkhianat telah mati,” ucapnya datar, tapi tegang seperti pisau. “Dan satu lagi telah meninggalkan jejak yang lebih busuk dari bangkainya sendiri.”

Kerabat Valdrosh membatu. Paman Valdrosh menatap lembaran-lembaran yang berserakan, matanya melebar, wajahnya pucat.

“Itu … tidak mungkin ...!"

Orion melangkah maju, sepatu botnya menghantam lantai dengan dentuman berat.

“Jangan pura-pura kaget,” desisnya dingin. “Beberapa dari kalian mungkin sudah membaca surat itu sebelum aku membacanya hari ini. Dan kalian tetap diam.”

Pandangan birunya menyapu setiap wajah yang menunduk, setiap tangan yang mulai gemetar.

“Diam adalah bentuk pengkhianatan yang lebih menjijikkan daripada pembelotan. Dan pengkhianatan … ada harganya.”

~oo0oo~

Setelah keluar dari kediaman Valdrosh, Veyrund tidak kembali ke barisan. Ia membelok cepat ke lorong samping, melewati taman kecil yang lengang, lalu menyusuri jalur bebatuan menuju paviliun belakang. Tempat itu sunyi, jauh dari mata prajurit maupun pengawal.

Di sana, Putra Mahkota sudah berdiri di bawah lengkung pilar. Tangan bersedekap, tatapannya mengarah pada danau kecil yang tenang di kejauhan.

Veyrund segera berlutut, tanpa sepatah kata. Napasnya masih terengah, dada naik-turun bukan hanya karena lelah, melainkan oleh rasa gentar yang menghantam.

“Saya mohon … Yang Mulia,” ucapnya parau, suara nyaris pecah. “Duke Draevenhart akan menaruh mata padaku selanjutnya. Setelah Kaelric … setelah Valdrosh … dia tidak akan berhenti. Dan saya tidak ingin menjadi korban berikutnya.”

.

.

.

Bersambung ....

1
ronarona rahma
/Good/
yumin kwan
jgn digantung ya Kak.... pliz.... sampai selesai di sini.
Xuě Lì: Do'akan agar saya tidak malas wkwkw:v
total 1 replies
Tsuyuri
Nggak sabar nih, author update cepat yaa!
Xuě Lì: Otw🥰
udah selesai nulis hehe🤭
total 1 replies
Marii Buratei
Gila, endingnya bikin terharu.
Xuě Lì: Aaa! makasih🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!