Istri Culun Badboy Tengil

Di rumah sakit Indah Permata. Elang berjalan keluar dengan tertatih yang di bantu dipapah oleh temannya. Tubuhnya terdapat beberapa goresan, dan kaki kiri yang di balut dengan perban.

"Shtt, pelan-pelan! Sakit bodoh!" desisnya sambil menggeplak kepala Juan.

Sudah tahu kakinya sakit, dengan tidak sabaran pria itu berjalan cepat menariknya. Membuat Elang kesulitan mengimbangi langkahnya.

Juan hanya menyengir seperti kuda, "Lagian aja-aja ada, pake jatoh segala!"

"Ada-ada aja, ege!" sahut Nathan membenarkan ucapannya. Jika tidak sedang memapah Elang, sudah pasti ia akan menggeplak kepala Juan.

"Lo mikirin apaan sih, Lang?! Pake ngelamun segala sampe jatoh gitu!" tanya Aldo membuat Elang langsung mendongak.

"Mikirin kawin! Dia penasaran kemaren gue kasih tau, kawin itu enak!" sahut Juan dengan lantang.

Pletak!

Lagi-lagi kepalanya kena jitak, kali ini oleh Bima. Yang sedari tadi hanya diam menyimak.

"Kayak yang pernah nyoba aja lo! Cewe mana yang mau kawin sama cowo modelan lo!" cibir Bima sambil memutar bola matanya.

"Bim, kalau ada kambing tetangga yang hamil. Berarti Juan bapaknya!" sahut Nathan yang membuat Juan membulatkan matanya.

"Setan! Cewe masih banyak, ngapain kawin sama kambing!"

"Ya siapa tau karena gak laku, kambing pun lo embat!"

Mereka terus saja membully Juan. Bagi mereka, menistakannya memang menyenangkan. Juan juga orangnya humoris tidak pernah memasukkan ke dalam hati setiap perlakuan buruk dan kata-kata pedas mereka.

Sedangkan Raka seperti biasanya hanya diam menyimak. Pria itu sangat irit bicara, suaranya akan keluar jika hal penting saja. Raka menggeleng pelan sambil tersenyum tipis melihat kelakuan teman-temannya. Pandangannya kembali lurus ke depan. Tak sengaja melihat seseorang yang tak asing baginya.

"Lang, bokap lo?" sontak semuanya langsung menoleh pada Raka.

Elang dan yang lainnya mengikuti arah tatapan Raka. Terlihat di depan sana Leonel yang sedang berjalan tergesa-gesa sambil menggendong gadis kecil berusia sekitaran enam tahun.

Mereka berpapasan, Leonel memberikan tatapan tajam pada Elang. Melihatnya ada di sini dengan penampilan berandalnya membuat Leon sangat marah. Namun, hanya menatapnya tajam. Sama sekali pria tua itu tidak mempedulikannya yang terluka, dia masih fokus pada gadis yang ada di gendongannya.

"Itu bokap lo?"

"Sama siapa? Bukannya lo gak punya adek?"

Yang lainnnya langsung melontarkan beberapa pertanyaan. Karena Elang selama ini tidak pernah menceritakan tentang keluarganya, bahkan mereka tidak pernah bertemu. Hanya Raka yang tak sengaja bertemu saat mengantarkan Elang yang sedang mabuk.

"Gak tau, gak kenal! Ayo cabut!" ketusnya dengan wajah datar.

Teman-temannya hanya diam saling tatap. Melihat Elang yang sepertinya tidak suka dengan pertanyaannya. Mereka memilih mengalihkan pembicaraan.

...***...

Hari ini adalah hari paling di benci kalangan anak sekolah. Yang dimana hari ini pagi-pagi sekali harus berjemur di bawah sinar matahari. Anak-anak SMA Bintang Alam, mulai berhamburan menuju tengah lapang.

Berbeda dengan Elang dan teman-temannya yang malah berlawanan arah menuju rooftop. Mereka berjalan santai di lorong sekolah, dan tak sengaja berpapasan dengan Kia.

Kia menatap tangan kekar Elang yang terdapat beberapa luka kering. Lalu pandangannya beralih menatap mata pria itu yang juga sedang menatapnya. Tatapan mereka bertemu, saling menatap beberapa saat.

"Woi manuk Elang, natapnya gitu amat! Demen lo sama dia?" ujar Juan yang tak sengaja melihat Elang yang sedang fokus menatapnya.

"Mana ada seorang Elang yang tampan paripurna gini suka sama gadis culun kek dia! Ngaco lo!" sahut Elang tak terima.

"Ya abisnya natapnya dalem banget, kek yang ngajak nikah!"

Sial, perkataan Juan membuatnya tersindir. Elang hanya diam dengan perasaan kesal mengingat sebentar lagi dirinya akan menikah dengan gadis culun itu. Memikirkan hidup tiap hari dengannya pasti membuat matanya sakit.

Waktu berlalu begitu cepat. Upacara telah selesai sedari tadi. Saat ini jam pelajaran kedua hampir usai. Hari ini tak biasanya Elang mengikuti kelas dari pagi hingga mau istirahat. Mungkin ia sedang malas bolos, jadi memilih tidur di kelas.

Tring-tringgg!!

Bel berbunyi menandakan waktunya istirahat. Semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas menuju kantin.

"Lang, ayo kantin!"

"Duluan aja, nanti gue nyusul!"

Temannya hanya mengangguk dan berlalu pergi meninggalkannya. Kelas sudah sepi, tinggalah Elang dan Kia yang sedang memakan bekelnya. Gadis itu memilih membawa makanan dari rumah daripada membeli di kantin yang selalu ramai.

Brak!

"Uhukk ...."

Kia tersedak karena kaget, dengan cepat meneguk minumnya. Lalu mendongak melihat siapa yang tiba-tiba menggebrak mejanya. Keningnya berkerut saat menatap Elang yang sedang berdiri di sampingnya.

"Pulang sekolah ketemu di rooftop!" ucapnya sambil mencomot nugget ayam miliknya, lalu berlalu pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan terimakasih.

"Ck, suka banget comot-comot makanan orang!" decak Kia kesal setelah pria itu benar-benar pergi.

Sesuai permintaan Elang tadi. Pulang sekolah dirinya tidak langsung pergi. Terdiam di kelas beberapa saat, setelah di rasa sepi mulai melangkahkan kakinya menuju rooftop. Atap sekolah yang sebagian orang di larang menginjakkan kaki di sana. Namun, mengapa tiba-tiba pria itu menyuruhnya bertemu di sana?

Kia membuka pelan pintu rooftop yang tidak di kunci. Namun, tiba-tiba sebuah tangan langsung menariknya dan memojokkannya ke pintu.

"Ahk!"

Siapa lagi yang melakukannya kalau bukan Elang. Pria itu sangat suka sekali memojokkannya ke tembok begini. Andai jika tidak sedang merencanakan sesuatu, Kia sudah memukulinya habis-habisan.

"Gue nyuruh lo ke sini, cuman mau ngingetin. Lo jangan cepu! Gak usah laporin ke bokap gue, apa yang gue lakuin di sekolah!" peringatnya berjaga-jaga takut sewaktu-waktu gadis itu akan melaporkan semuanya.

"Dan ya, si tua itu mempercepat pernikahannya jadi besok! Mulai sekarang lo siapin mental lo!"

"Gue tau lo sebenernya suka sama gue, makanya mau nikah sama gue. Tapi inget ya, gue terima pernikahan ini karena terpaksa! Jangan harap gue bakal suka sama lo!"

"Ngerti?!" bentaknya sambil menatap tajam dengan posisi sangat dekat.

Kia hanya mengangguk patuh sambil menunduk.

"Gadis penurut," Elang menepuk-nepuk pelan kepalanya sambil menyunggingkan senyuman yang sulit di artikan.

Hanya nikah siri kan? Sangat mudah untuk cerai, pikirnya. Ia mau menerimanya agar bisa bebas dari papanya untuk sementara. Berbeda dengan Kia yang sudah memiliki rencana yang lain. Apa itu? Author pun tidak tahu, kita lihat saja nanti dengan seiring berjalannya waktu.