Takdir yang mempertemukan mereka berdua, takdir pula yang membawa mereka kedalam hubungan yang rumit.
Faiha Azkiya, seorang muslimah yang mempunyai mimpi menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Pundaknya saat ini dituntut menjadi kokoh, untuk menghidupi dirinya dan sang nenek. Ingin rasanya ia menyerah pada takdir, namun semuanya itu berbanding terbalik. Dimana, takdir itu malah merubah kehidupannya.
Azzam Arsalaan. Pemberontakkan, kejam dan ditakuti oleh hampir semua orang dalam dunia bisnis. Bahkan dunia hitam pun sangat tidak ingin terlibat sesuatu dengannya. Ia akan sangat murka jika kehidupannya terusik, tiada kata 'ampun dan maaf' darinya. Jika tidak, maka nyawa mereka akan lenyap saat itu juga.
Akankah takdir itu dapat menyatukan mereka dan bahagia? Atau sebalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Tiba-tiba dari arah belakang tubuhnya, terdengar suara yang sangat ia kenali, yang setiap waktu selalu mengabsen dirinya. Bersikap posesif bin protective kepadanya, dimana pun ia berada.
" Kiya tidak akan pernah menerima lamaranmu, karena sudah ada yang melamarnya dan mereka akan segera menikah. Jadi, anda tidak perlu repot-repot mengajaknya bertemu. Anda paham tuan Hanif Gibran!" Gabriel penuh dengan penekanan, berbicara kepadanya.
" Kak!." Kiya berharap, Gabriel tidak bersikap berlebihan saat itu.
" Kita pulang!" Tangan Kiya dengan mudahnya Gabriel tarik, perlahan namun tidak menyakitkan.
" Tunggu, Kiya. Siapa dia? Apa benar yang dia katakan?" Hanif beranjak dari tempat duduknya.
Saat itu, Kiya benar-benar merasa tidak enak hati pada Hanif. Apalagi dengan kehadiran Gabriel, tapi hal itu sangat membantunya untuk segera lari dari tempat tersebut.
" Dia adal..." Perkataan Kiya kembali mendapatkan pemberhentian.
" Saya kakaknya, memangnya ada apa, hah!!." Gabriel langsung membawa Kiya untuk keluar dari tempat itu dan segera masuk kedalam mobil miliknya.
Menjalankan mobil tersebut dengan kecepatan sedang, melewati suasanya yang sudah gelap. Kiya sedang berperang batin, dengan perasaan yang ia rasakan saat ini.
" Jangan terlalu mudah menerima ajakan dari pria yang tidak ada hubungan apa-apa denganmu Kiya, ingat! Kau masih belum memberikan jawaban kepada pria iblis itu, bukan!" Gabriel mengingatkan Kiya, jika ia memang belum memberikan kepastian akan lamaran yang Azzam berikan.
Diam, hanya diam yang bisa Kiya lakukan. Ingin rasanya ia menjawab semua yang Gabriel katakan, namun perasaannya saat ini sedang tidak bisa berfikir dengan jernih. Memandang dari balik jendela mobil, tak terasa sudut mata Kiya mengeluarkan air jernih yang sudah menetes. Secepatnya tangan Kiya menghapus tetasan air tersebut dengan jari tangannya.
Ya Rabb, kuatkan hatiku agar tidak terjerumus terlalu jauh dengan perasaan ini. Jawaban dari istikharahku yang Engkau berikan, hamba mohon kuatkanlah. Namun jika hal itu tidak pantas untukku, lepaskanlah ia dengan melapangkan hati ini. Aku tidak ingin menyakiti hati siapapun. Kiya.
Hanif masih terpaku dengan apa yang ia dapatkan, tidak menutup kemungkin Kiya sudah ada yang mengikatnya. Karena selama ini, ia hanya memendam perasaannya tersebut dan tidak pernah mengungkapkannya.
Jika memang benar, kamu sudah akan menikah. Kakak akan mengikhlaskan semuanya Ki, asalkan kau bisa bahagia dengan orang tersebut. Tapi, jangan salahkan kakak. Jika orang tersebut menyakitimu, dengan berbagai cara akan kakak lakukan untuk membawamu kembali. Hanif.
......................
Di negara D...
Daffa sedang menayangkan sebuah rekaman CCTV yang ia dapatkan, sebagai bukti terhadap kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tayang tersebut memperlihatkan tiga orang pria yang sudah diberikan kepercayaan untuk memimpin perusahaan cabang dinegara D, mereka saat itu sedang menjual beberapa aset kecil yang dimiliki oleh perusahaan kepada para investor gelap, akan tetapi belum ada kata sepakat diantara mereka. Dikerenakan, ada satu data yang belum lengkap. Semua yang hadir dalam rapat tersebut, dibuat tercegang dan sangat tidak percaya atas apa yang mereka lihat.
" Bagaimana, apa kalian masih ingin berbohong?" Azzam menatap tajam pada ketiga orang tersebut, hal ini membuatnya sangat marah atas apa yang telah mereka lakukan.
Ketiga orang tersebut adalah Satya (Direktur Keuangan), Putra (Direktur Personalia), dan Rayyan (Divisi Administrasi). Mereka bertiga saling berpandangan satu sama lainnya, namun tak ada yang berani berbicara.
Bbraakk!!!
" Jika kalian masih ingin hidup, jelaskan semua!!" Nada bicara Azzam sudah sangat tegas dan penuh penekanan, ingin sekali ia menghabisi nyawa ketiga orang tersebut saat itu juga.
Mereka masih menunduk dan tidak berani memandang wajah sang pemilik perusahaan, yang terkenal kejam dan tidak menerima alasan apapun dibalik kecurangan maupun pengkhianatan yang ada.
" Mohon maaf semua, segera tinggalkan ruangan ini. Terkecuali ketiga orang tersebut. Hasil rapat ini akan diberitahukan pada waktu berikutnya, silahkan!" Daffa mempertegas perkataannya.
Perlahan, satu persatu orang-orang meninggalkan ruangan dimana rapat terlaksanakan. Suasana yang sungguh sangat menakutkan dan menyeremkan. Kini, hanya ada ketiga pria tersebut beserta Azzam dan Daffa.
" Tidak ada yang mau menjelaskan padaku tentang hal ini!!!" Seringai Azzam dengan sangat menyeramkan, ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekati ketiga orang tersebut.
" Ma ma aafkan kami tuan. Kami benar-benar bersalah atas semua kekacauan yang ada, maafkan kami tuan." Satya berbicara dengan tubuh yang bergetar ketakutan.
" Tuan, saya mohon. Maafkan saya, saya hanya di ancam oleh pak Satya dan pak Putra. Tolong, maafkan saya tuan." Rayyan bersujud dibawah kaki Azzam, yang saat itu sudah berada dihadapan mereka dengan sangat dekat.
" Bangunlah! Harga sepatu tidak sebanding dengan nyawamu, jelaskan yang kau tau!" Azzam menggerakkan kakinya yang terlihat seperti menendang.
Perlahan Rayyan berdiri dengan tubuh yang bergetar hebat, menatap wajah Putra dan Satya dengan tatapan sayu.
" Saya di ancam oleh mereka, untuk memberikan data-data dan juga berkas-berkas penting perusahaan tuan, jika saya tidak menurutinya. Keluarga saya dalam bahaya, ibu dan adik saya menjadi taruhannya tuan. Saya tidak mau terjadi apa-apa pada mereka, dan ini tuan. Saya belum memberikan data penting ini kepada mereka." Azzam menyeringai menerima flashdisck itu dari tangan Rayyan, dan kedua pria itu semakin ketakutan.
" Daf!!" Azzam melemparkan benda kecil itu kepada Daffa untuk diperiksa, dan benar saja. Data terpenting untuk aset perusahaan telah Rayyan selamatkan, Daffa memperlihatkan hal tersebut kepada Azzam.
Azzam menjentikkan jarinya, pintu terbuka. Masuklah beberapa orang dengan pakaian serba hitam, mereka segera meringkus Putra dan Satya.
" Terserah kalian ingin melenyapkannya dengan cara apa, aku hanya tau jika nyawa mereka telah lenyap." Azzam mengibaskan telapak tangannya, sebagai tanda kepada mereka untuk segera pergi dari hadapannya.
Kedua tersangka itu memberontak untuk dilepaskan, memohon dengan sangat untuk memaafkan mereka. Bukan Azzam namanya, jika tidak melenyapkan nyawa orang-orang yang berkhianat kepadanya.
" Dan kau! Bukan berarti aku tidak akan menghukummu, dan sebagai gantinya. Kau yang memimpin perusahaan ini dengan kejujuranmu itu, jika terjadi hal seperti ini lagi. Aku tidak bisa menjamin nyawamu dan juga keluargamu akan aman, paham!!"
" A a pa tuan! Terima kasih tuan, terima kasih. Saya berjanji, hal seperti ini tidak akan terulang kembali. Jika hal itu terjadi, makan nyawa saya yanh menjadi taruhannya tuan." Rayyan sangat merasa terkejut dan bahagia, atas apa yang diberikan oleh bosnya itu.
Daffa dan Azzam keluar dari perusahaan dan pergi menuju penginapan yang mereka gunakan selama di negera D untuk segera beristirahat.
" Maaf tuan, ada berita tentang..." Daffa bermaksud untuk memberitahukan kejadian yang terjadi pada Kiya, dan juga perusahaan. Namun perkataan itu terpatahkan.
" Sssstthh, nanti saja kau bicara. Mataku sudah tidak tertahankan, ini! Isikan dayanya, aku sudah sangat mengantuk." Azzam melemparkan ponselnya kepada Daffa, ternyata ponsel itu kehabisan daya semenjak Azzam berangkat dari negaranya sampai saat ini, sudah empat hari lamanya baru ia sadari.
" Baik tuan!" Daffa pun undur diri dari hadapan tuannya, memang sudah beberapa hari tuannya tidak tidur akibat dari kekacauan ini.
Tuan, tuan. Jangan salahkan saya, jika nantinya kau akan sangat marah jika mengetahui calon istrimu itu dilamar oleh rivalmu sendiri. Daffa.