Setelah mengalami kecelakaan, Carla di nyatakan koma.
Namun gelang pemberian seorang nenek misterius membawa jiwanya berkelana dan masuk ke dalam tubuh seorang istri dari seorang pangeran yang mati di bunuh.
Dengan gelang itu juga, Carla mendapatkan bantuan untuk menolong orang-orang yang dalam kesulitan di masa itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? Bisakah Carla kembali ke tubuh aslinya? Penasaran? Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
Kaisar menunjukkan secarik kertas kepada pangeran pertama dan juga jendral. Mereka semua mengangguk mengerti.
"Bagaimana jika kita kita yang menyerang duluan?" tanya jendral Wang buka suara.
"Jangan! Sebaiknya jangan!" tegas Carla.
Mereka semua menoleh ke Carla. Karena hanya Carla sendiri yang perempuan di sini, jadi Carla tidak di anggap ada.
Bagi mereka, terutama ketiga jendral. Apa yang bisa dilakukan seorang perempuan selain melayani suaminya di tempat tidur.
"Apa kamu punya solusi?" tanya Kaisar.
"Memangnya dia siapa? Dia hanya seorang perempuan, apa yang bisa dia lakukan?" ejek jendral Wang.
Carla hanya tersenyum tipis saja menanggapinya. Dia tidak akan terpancing emosi dengan perkataan itu.
"Dia putri Hui Ying, kalian tidak akan tahu jika belum melihat nya sendiri," bela pangeran Jian Chen.
"Pangeran, ini perang bukan tempat tidur," ujar jendral Zhang. Kita datang atas perintah kaisar, tapi dia hanya seorang perempuan. Apa yang bisa dia lakukan?" tambah nya.
Pangeran sudah mulai terpancing emosi karena istrinya di rendahkan. Namun Carla segera memegang tangan pangeran lalu menggeleng.
"Baiklah, sebelum kita mulai diskusinya, aku tantang kalian bertiga," ucap Carla.
Ketiganya saling pandang. "Aku saja, aku jadi tertantang dengan kesombongan mu," ucap jendral Wang.
"Aku masih di sini, tapi kalian sepertinya tidak menghormati ku," ucap kaisar meleraikan.
"Mohon maaf Yang Mulia," ucap mereka serentak.
Akhirnya kaisar memutuskan untuk Carla memimpin rapat ini. Walau pun ketiga jendral merasa dongkol, namun mereka tetap menurut.
"Pertama-tama, penjagaan di perbatasan kita kendor kan dari biasanya," kata Carla.
"Tidak bisa, jika penjagaan di perbatasan di kendor kan, otomatis musuh dengan mudah masuk," bantah jendral Zhang.
Pangeran mengangkat tangannya agar jendral Zhang tenang. Karena Carla belum selesai berbicara.
"Kenapa? Kita biarkan musuh masuk dengan mudah. Jendral Wang, Anda dan pasukan berada di bagian barat. Jendral Zhang di bagian selatan dan jendral Heng di bagian utara," ucap Carla.
Carla menjeda ucapannya terlebih dahulu melihat reaksi mereka semua. Namun kali ini tidak ada yang membantah.
"Aku, pangeran pertama dan pangeran kedua berjaga di istana. Saat musuh menyerang, kita kepung musuh dari tiga arah tadi. Paham semuanya?" tanya Carla.
Tanpa sadar mereka semua mengangguk. Bahkan kaisar pun ikut mengangguk. Sedangkan pangeran kedua menatap Carla penuh kagum.
"Putri, siapa kamu sebenarnya? Kenapa bisa memiliki kecerdasan dalam strategi perang?" tanya jendral Heng.
Yang lain juga penasaran, mereka sudah tidak sabar mendengar jawaban Carla. Namun mereka kecewa karena tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
"Aku putri Hui Ying, kalian juga tahu itu, kan?" jawab Carla.
Mereka tidak menjawab. Akhirnya kaisar pun menyudahi pertemuan mereka. Kaisar memerintahkan untuk bersiap-siap dengan tugas masing-masing.
Di luar istana, Carla dan Jian Chen berjalan beriringan. Namun mereka di hampiri oleh ketiga jendral perang.
Mereka masih belum puas, karena tadi Carla menantang mereka bertiga.
"Putri, bukankah tadi kamu menantang kami?" tanya jendral Wang.
"Jendral, kita tidak perlu bermusuhan. Musuh kita adalah pangeran ketiga dan raja Jiang Zhi," jawab Jian Chen.
"Pangeran, putri Hui Ying terlalu sombong, jadi kami penasaran sekuat apa dirinya sehingga berani menantang kami," ujar jendral Zhang menimpali.
"Baiklah, mau satu-satu atau tiga sekaligus?" tanya Carla.
Pangeran memegang tangan Carla lalu menggeleng pertanda bahwa Carla jangan meladeni mereka.
"Mereka terlalu kuat," bisik pangeran.
"Tidak apa-apa, anggap saja latihan," ujar Carla. Mereka malah tertawa mengejek.
"Biar aku saja yang bertarung dengan mereka," kata pangeran.
"Pengawal, siapkan senjata untukku," pinta Carla.
Pengawal pun menyiapkan beberapa senjata. Namun kali ini Carla lebih memilih pedang. Karena lawannya juga menggunakan pedang.
Pangeran juga memilih pedang untuk senjata, ia juga akan ikut sekiranya Carla dalam bahaya.
Jendral Wang dan jendral Zhang maju. Jendral Heng hanya menonton, karena ia tidak ingin ikut campur.
Jendral Heng berpikir, jika putri Hui Ying berani menantang mereka, berarti putri Hui Ying bukan perempuan sembarangan.
Jendral Wang dan jendral Zhang maju secara bersamaan. Keduanya mengepung Carla dari sisi kiri dan kanan.
Saat pedang di ayunkan, Carla dengan cepat menghindar. Kemudian menangkis saat pedang kembali di ayunkan oleh jendral Zhang.
Carla mundur beberapa langkah untuk mencari posisi yang nyaman. Kemudian Carla mengayunkan pedangnya memutar.
Jendral Wang dan jendral Zhang hanya mampu menangkis pedang milik Carla. Saat mereka lengah, Carla menendang jendral Zhang.
Jendral Zhang mundur beberapa langkah, namun tidak sampai jatuh. Ia sempat meringis menahan sakit akibat tendangan dari Carla.
"Cukup!" Terdengar suara lantang dari arah istana. Mereka pun berhenti bertarung. Kaisar berjalan mendekati mereka.
"Apa-apaan kalian? Kita hendak menghadapi musuh, bukan malah bermusuhan!"
"Mohon ampun Yang Mulia," ucap mereka secara bersamaan.
"Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran kalian?" Kaisar marah besar saat melihat mereka bertarung.
"Ampun Yang Mulia, kami hanya latihan," ucap Carla.
Kaisar menghela nafas, mau latihan atau bukan, yang pasti ia tidak ingin mereka saling serang.
Kaisar pun meminta mereka untuk membubarkan diri. Dan jika waktu nya tiba, mereka akan siap untuk berperang.
"Maafkan saya jendral," ucap Carla.
"Kami juga minta maaf karena sudah meragukan putri," ucap jendral Zhang.
Mereka pun berpisah setelah kembali berbaikan. Kini mereka tidak lagi meragukan kekuatan putri Hui Ying.
"Kenapa?" tanya jendral Heng saat melihat jendral Zhang memegangi perutnya.
"Tendangan nya kuat sekali, sepertinya aku luka dalam," jawab jendral Zhang.
"Ya sudah, nanti di obati dulu," kata jendral Heng.
Sementara Carla dan Jian Chen sudah berada di dalam kereta kuda. Mereka akan kembali ke paviliun.
"Pangeran, aku akan menyiapkan senjata canggih untuk kalian," kata Carla.
"Seperti apa itu?" tanya pangeran.
"Nanti pangeran akan mengetahui nya sendiri," jawab Carla.
Mereka sudah tiba di paviliun milik Carla. Carla meminta pangeran untuk mampir terlebih dahulu.
Tentu saja pangeran kesenangan. Tanpa di tawarkan pun ia akan mampir, apalagi ini sudah di tawarin.
Carla memperlihatkan senjata api mesin yang banyak menampung peluru. Carla juga mengajarkan cara-cara menggunakan nya. Pangeran tersenyum lalu mengangguk.
"Simpan dulu di sini, nanti saat akan di perlukan baru di ambil," kata Carla.
"Terima kasih," ucap pangeran lalu memegang kedua tangan Carla.
Carla diam saja tanpa penolakan sedikitpun. Lagi pula hanya pegang tangan tidak akan masalah.
Xio Li yang melihat mereka pun senyum-senyum. Kemudian Xio Li memilih pergi dan tidak jadi masuk.
"Berikan aku makanan yang seperti kemarin, aku ingin makan di paviliun ku," kata pangeran.
Carla pun mengangguk dan tidak butuh waktu lama keluar lah makanan yang di maksud oleh pangeran. Pangeran kembali mengucapkan terima kasih.
ngeklik iklan sllu pembernya blng...
"iklan tidak tersedia,coba lagi nanti"
padahal sdh 4 hari begini🤔🤔
apa dia hui lin