Diceraikan di malam pertamanya sebagai pengantin, membuat Embun terdiam dengan seribu bahasa.
Perceraian itu membuat ibunya kembali menjodohkan Embun dengan seorang tuan muda kaya raya. Mengetahui gadis itu pernah menikah dan bercerai, "Apa yang akan kau tawarkan agar aku mau menikahi mu?" seru tuan muda dingin itu padanya.
Waktu pun berlalu, tiga tahun kemudian setelah perceraian dengan Agra, mereka bertemu untuk pertama kalinya, "Milka, lihatlah betapa menyedihkannya dia. Selama tiga tahun ini apakah dia tidak bisa hidup dengan benar?" ejek Agra pada Embun, mantan istrinya.
Dia baru saja melempar bara api kehadapan istri seorang tuan muda Rendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La_Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Muka
Setelah menenangkan Thalia, kini Leony beranjak kearah Rendra. Seolah benar-benar merasakan apa yang dirasakan pria itu membuat Leony berwajah sedih seperti menangis lalu menyeka sudut matanya.
"Aku turut berduka cita, Rendra," ucapnya dengan nada pelan sembari mengusap pundak pria itu.
"Lepaskan tanganmu dari ku."
Jawaban penolakan atas tindakan Leony padanya, jadilah wanita yang tahu diri meskipun dimasa lalu kalian punya hubungan yang tak diketahui oleh Embun.
Dibalik senyuman manis Leony tersimpan rasa tak puas atas apa yang baru saja dilakukan Rendra padanya.
Cih! Sialan, bisa-bisanya dia memperlakukan ku seperti ini! Leony benar-benar geram dibuatnya, bahkan tangannya saja sudah terkepal dengan sangat erat. Akh!
Dia pria yang sulit di sentuh, namun argumen itu patah dan tak berlaku saat dirinya sedang bersama dengan Pookie. Entah mengapa namun itu semua masih menjadi misteri untuknya. Hanya dengan bersentuhan dengannya saja tubuhnya tak menimbulkan reaksi.
Lubang sedalam dua setengah meter itu pun tertutup rapat, membuat gundukan tanah yang kemudian ditebarkan bunga-bunga.
Sedih menyelimuti hati keduanya, masih dalam duka yang menemani mendadak gawai Alister bergetar, bukan pesan masuk melainkan sebuah telefon.
Dia sedikit menjauh dari kerumunan orang-orang untuk menjawab telefon tersebut, "Hallo?"
"Selamat pagi sekretaris Al, saya pengacara Edward... siang ini saya akan datang kerumah utama keluarga Wilson untuk menyampaikan surat wasiat tuan besar."
"Baiklah, akan saya beritahu kepada tuan muda," tanpa menunggu jawaban dia langsung mematikan telefonnya. Kemudian melangkah mendekati Rendra.
Alister berdiri tepat di samping tuan mudanya, menepuk pundak membuat Rendra menoleh dan membiarkannya berbisik sesuatu. Sepertinya Rendra setuju karena dia baru saja menganggukkan kepala.
Acara pemakaman pun sudah selesai, Rendra meminta kunci mobil kepada Alister lalu menyuruhnya untuk langsung pulang saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setibanya di rumah ada sebuah mobil merah yang terparkir di garasi, mungkin saja itu dokter Edward.
Dari dalam rumah pak Li datang menyambut kedatangan Rendra dan yang lainnya, kepala pelayan itu memberikan bow. "Tuan muda..."
Rendra mengangguk lalu memberikan kunci mobil padanya, "Apakah pengacara Edward sudah tiba?"
"Sudah tuan, beliau sudah menunggu di ruang tamu."
"Hm... pak Li, antarkan nona muda ke kamarnya."
"Baik tuan," pak Li mengangguk saat Rendra beranjak dari tempatnya, kemduian tersenyum kepada Embun.
Lalu, dimana Thalia? Gadis itu sedang bersama Leony saat ini untuk menghilangkan kesedihan.
"Mari nona, saya akan mengantarkan nona ke kamar anda."
"Terimakasih pak, tidak apa-apa saya bisa sendirian."
"Maaf nona, tetapi perintah tuan muda tidak dapat di bantah atau saya yang akan terkena imbasnya."
Apa? Imbas? Yang benar saja... tadi dia menyuruhnya apa? Antarkan nona kedalam kamar. Haha... tumben sekali dia menyebutku nona, kenapa tidak Pookie, Pookie, ... Pookie begitu?! Dasar aneh.
"Nona?" seru pak Li yang mencoba menyadarkan nona muda Embun dari lamunannya.
"Ah iya pak Li, baiklah..."
Mereka berdua pun melangkah menuju rumah kamar di lantai dua, di dalam ruang tamu gadis itu mengedarkan pandangannya mencari dua sosok pria tapi tidak ada, Apakah mereka sedang berada di dalam ruangan kerja?
Di dalam ruangan kerja itu Edward baru saja meletakkan sebuah map cokelat di atas meja, tepat di hadapan Rendra.
"Tuan, ini surat wasiat yang sudah dibuat oleh tuan besar."
Rendra menghela napas sembari melonggarkan dasi yang serasa mencekiknya itu, lalu diraihnya amplop tersebut.
Dia membaca semua surat wasiat papa yang menyerahkan semua aset dan harta kekayaan kepada anak tertuanya, Alvarendra Raymond Wilson.
wlpn sultan klu aku mah ogah punya suami spt Rendra nih.percuma aja baik" lembut" tapi kepala batu selip dikit salah pasti kena hukuman