Perjalanan Xiao Chen dan Ling Ye, dua pendekar naga yang akan menjelajahi dunia untuk menumpaskan semua Iblis dan membela kemanusiaan.
inilah kisah suka dan duka 2 pendekar naga yang akan menjadi Legenda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29: Pelarian tengah malam
Keputusan Xiao Chen untuk berangkat malam itu juga didasarkan pada rasa urgensi yang dingin. Mereka telah menghabiskan waktu berharga untuk beristirahat, dan sekarang jaringan intelijen dari Pembunuh Kepala Burung Hantu atau Faksi Pedang Bayangan sudah sangat dekat.
Xiao Chen naik ke kamar mereka di lantai atas. Ia membuka jendela kecil yang menghadap ke kebun di belakang penginapan, merasakan angin malam yang dingin berhembus. Ia mengaktifkan Qi Dominasinya untuk memindai sekeliling desa. Meskipun tidak ada Qi musuh yang terdeteksi, rasa diawasi masih menusuk benaknya.
Ling Ye mengikutinya ke atas dengan wajah panik. Ia memungut bakpao bersejarahnya yang jatuh ke meja, membersihkannya dengan hati-hati, dan menyimpannya lagi di saku terdalam.
"Lima hari perjalanan, Xiao Chen! Itu berarti mereka sudah menargetkan kita selama berhari-hari! Kita tidak bisa berjalan kaki lagi!" seru Ling Ye, tangannya gemetar saat mengikat kembali jubah barunya.
"Kita tidak akan berjalan kali ini Ling Ye." balas Xiao Chen. Ia menarik peta yang dibawa Pak Tuo. "Kota Bayangan Sunyi adalah pusat penyaringan. Kita harus menghindari jalur utama dan menyusup."
"Jubah ini terlalu mencolok dan baru," kata Xiao Chen, menarik keluar jarum perak dari lipatan jubah lamanya. "Kita butuh identitas baru."
Xiao Chen mengambil jubah cokelat Ling Ye dan menyayat beberapa bagian pinggirnya dengan ujung jarum perak, membuatnya terlihat usang dan penuh tambalan.
"Tampan juga diriku hahaha!" kata Ling Ye, memeriksa jubahnya yang kini terlihat seperti garmen petani tua. "Tapi bagaimana denganmu? Kau memancarkan Qi Dominasi bahkan saat kau tidur, Xiao Chen!"
Xiao Chen menyeringai tipis, senyum langka yang terlihat lebih berbahaya daripada wajah datarnya. "Kita akan menggunakan teknik penyamaran yang diajarkan Master Bos qi untuk menyusup ke perkumpulan kultivator tingkat tinggi."
Xiao Chen memfokuskan Qi Dominasinya, tetapi bukannya dilepaskan, ia menekannya ke dalam Dantian-nya hingga nyaris tak terdeteksi. Kemudian, ia menggunakan Qi Pemurnian yang ia pulihkan dan menciptakan lapisan tipis yang menutupi permukaan Qi Dominasi itu, seperti selubung yang hambar.
"Aku akan terlihat seperti kultivator Pemurnian Qi Level 1 yang malang dan lemah, yang beruntung lolos dari musibah," jelas Xiao Chen. Ia melonggarkan posturnya dan menekuk bahunya sedikit, langsung terlihat kurus dan tidak mengancam.
"Luar biasa! Kau terlihat... menyedihkan!" seru Ling Ye, terkesan sekaligus terhibur dengan penyamaran itu.
Mereka tahu bahwa melarikan diri dengan berjalan kaki akan membuat mereka rentan. Mereka membutuhkan kendaraan.
Xiao Chen mengambil sisa uang yang ia punya dan mengecek kantung kulit Ling Ye (yang hanya berisi bakpao keras). "Kita perlu kuda. Dan aku tahu di mana menemukannya tanpa mengganggu penduduk desa."
Mereka melompat keluar jendela ke kebun belakang penginapan. Di sana, aroma kotoran kuda yang familiar menghantam hidung Ling Ye—kuda yang kotorannya ia cium pagi tadi.
Mereka menyusup ke kandang desa yang gelap, di mana tiga ekor kuda yang kokoh sedang tidur. Xiao Chen memilih dua kuda yang tampak paling cepat dan gesit. Ia menggunakan Qi minimal untuk menenangkan kuda-kuda itu agar tidak meringkik.
Ling Ye mengambil dua sadel dan tali kekang yang tergantung di dinding. Ia membisikkan permintaan maaf tulus kepada kuda-kuda itu.
"Ini hanya pinjaman! Kami akan mengirimkan uang tebusan segera setelah kami mencapai kota yang aman!" bisik Ling Ye.
Xiao Chen melompat ke atas kuda pertamanya, Ling Ye mengikutinya dengan kuda kedua. Mereka memilih jalur yang berlawanan dari gerbang utama desa, melompati pagar kayu rendah menuju padang rumput yang gelap.
"Kita tidak menuju Kota Bayangan Sunyi," kata Xiao Chen, memegang kendali kuda dengan kuat. "Kita akan memotong jalur melalui Gurun Pasir Angin di Utara. Ini jalur mematikan karena panas dan Binatang Spiritual, tapi tidak ada yang akan mencari kita di sana."
"Gurun?! Tapi... aku tidak punya persediaan Air!" protes Ling Ye, wajahnya langsung pucat lagi.
"Justru itu. Pembunuh Bayangan dan Tentara Sekte akan berasumsi kita mengikuti jalur air. Kita akan mengandalkan Inti Spiritual yang tersisa untuk Qi darurat, dan kececepatan."
Dengan keputusan yang berani dan sangat berisiko itu, mereka memacu kuda mereka ke dalam kegelapan dataran tinggi, melarikan diri dari jaringan musuh yang kini telah memasang perangkap di setiap jalur yang logis. Mereka menuju ke Nol yang Mengerikan—Gurun Pasir Angin.
makanya pembaca langsun hiatus