NovelToon NovelToon
"Perpindahan Jiwa" Mafia Queen X Gadis Cupu

"Perpindahan Jiwa" Mafia Queen X Gadis Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Reinkarnasi
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: PrinsesAna

Kisah menakjubkan tentang perpindahan Jiwa seorang Ratu Mafia ke dalam Tubuh seorang Gadis Cupu yang diabaikan dan direndahkan oleh keluarganya.
Gadis Cupu itu terus-menerus dianggap tidak berarti oleh keluarganya.
Namun semua hinaan dan pandangan meremehkan itu tak pernah mempu mematahkan semangat nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PrinsesAna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

Sore itu, Ara dan sahabat-sahabatnya terbangun. Ara, yang berada di dalam kamarnya, merasakan lapar. Ia segera mencuci wajahnya dan turun ke bawah. Ternyata, teman-temannya sudah bangun lebih dulu.

"Ara, laper banget nih!" seru Nabila kepada Ara.

"Pesan makanan aja, gue juga laper," jawab Ara santai.

"Oke, gue yang pesan," sahut Jessika sambil mengeluarkan ponselnya.

"Gimana soal si jalang itu, Ra?" tanya Manda penasaran.

"Abis makan kita ke sana," jawab Ara sambil memeriksa email dari sekretarisnya. Di sebelahnya, Gio juga sibuk memeriksa email dari sekretarisnya. Tak lama kemudian, makanan yang mereka pesan pun tiba.

"Yuk, makan dulu, guys," ucap Jessika sambil membawa beberapa makanan, dibantu oleh Mafios yang berjaga di depan.

"Buat yang lain udah lo pesen juga, kan?" tanya Ara memastikan.

"Udah, nanti dibagiin sama Mafios yang lain," jawab Jessika.

"Hmm, kalau kurang lo pesen lagi. Pastikan semuanya kebagian," ucap Ara tegas.

"Baik, Queen," jawab Mafios sambil berlalu untuk menyelesaikan tugasnya.

Mereka pun makan dengan lahap, mengingat di acara sekolah tadi mereka belum sempat makan karena drama keluarga Ara.

"Yuk, Ra, gue gak sabar liat tuh jalang," ujar Jessika setelah selesai makan.

"Iya, Ra, gue juga udah gak sabar. Kesel banget gue sama dia," timpal Lucas dengan nada geram.

Ara hanya menjawab dengan deheman sambil berjalan menuju ruangan tempat Vania disekap, yang berada di dekat sel tahanan khusus bagi orang-orang yang berani mengusik Ara. Mereka semua mengikuti Ara masuk ke dalam ruangan tersebut. Aroma amis langsung tercium begitu mereka masuk, membuat Lucas bergidik ngeri. Tempat itu terasa sangat menyeramkan bagi Lucas, sementara Gio terlihat biasa saja. Mereka akhirnya masuk ke sebuah ruangan yang dijaga oleh pria berbadan kekar.

"Silakan, Queen," ucap Mafios sambil mempersilakan Ara masuk.

Ara hanya menjawab dengan deheman dan melangkah masuk. Di dalam, terlihat Vania yang duduk dengan tangan terikat. Vania masih tak sadarkan diri karena sebelumnya Ara memerintahkan Mafios untuk memberinya obat tidur agar tidak berisik.

"Siram," perintah Ara kepada Mafios. Mafios segera membawa air dan menyiramkannya ke tubuh Vania. Vania langsung terbangun dan berteriak.

"Aaaa! Di mana gue? Lepasin gue!" teriak Vania panik sambil melotot ke arah Mafios yang berdiri di depannya. Mafios kemudian pergi meninggalkan ruangan, hingga Vania bisa melihat wajah Ara dengan jelas.

"Lo! Lepasin gue, brengsek! Lepasin gue, anj*ng!" teriak Vania dengan penuh amarah. Ara hanya tersenyum sinis dan berjalan perlahan mendekatinya. Vania tampak ketakutan melihat Ara.

"Mau apa lo, ha? Awas lo, gue bakal bunuh lo, brengsek! Lepasin gue!" teriak Vania lagi.

"Aishh, jangan teriak-teriak dong. Simpan suara lo buat nanti," ucap Ara sambil menyilangkan tangan di dada, memandang tajam ke arah Vania.

"Apa maunya lo, ha? Lo iri ya karena semua orang lebih sayang sama gue? Lo itu cuma parasit, cuma benalu! Gak ada yang mau sama lo, hahaha!" ucap Vania dengan nada mengejek seperti orang gila.

"Woi, sadar! Ngapain juga Ara iri sama lo? Udah jelas-jelas Ara jauh lebih hebat daripada lo, bodoh!" balas Jessika kesal.

"Tapi kenyataannya emang iya. Selama ini semua orang benci sama lo. Bahkan keluarga lo sendiri lebih milih gue," ucap Vania dengan nada provokatif, mencoba memancing emosi Ara. Namun, Ara hanya diam, menatap Vania dengan pandangan dingin.

“Ahahaha, lucu banget lo. Ngatain Ara iri, padahal lo belum tahu siapa dia sebenarnya. Eh, lo sendiri udah munafik, jalang pula. Ups,” ucap Manda sambil menatap sinis ke arah Vania. Mereka tertawa mendengar ucapan Manda.

“Nah, bener tuh. Berapa semalam? Tapi gue ogah sama lo. Pasti udah sering dipakai, apalagi yang makai juga akik-akik,” timpal Lucas dengan nada pedas. Tawa mereka pun semakin pecah.

“Gue aja dikasih gratisan juga gak mau. Bukannya enak, malah bisa kena penyakit,” sahut Varo. Wajah Vania memerah menahan amarah karena hinaan dari Ara dan teman-temannya.

“Udah tahu kan sekarang? Buat apa gue iri sama lo yang kayak gini? Jelas-jelas lo jauh di bawah gue,” ucap Ara dengan tatapan sinis ke arah Vania.

“Brengsek, lepasin gue! Gue bunuh lo, lo jalang anj*ng!” teriak Vania sambil memberontak.

“Tutup mulut lo, brengsek,” ucap Gio dengan nada tinggi sambil menatap dingin ke arah Vania. Meski ketakutan, Vania malah tertawa kecil.

“Hahaha, kenyataannya emang begitu. Kalau bukan jalang, dari mana dia bisa punya sekolah dan uang sebanyak itu? Orang tuanya aja gak pernah nafkahin. Lo lebih buruk dari gue,” balas Vania dengan nada penuh emosi.

Ara yang sudah muak langsung mendekati Vania.

“Mau apa lo, hah? Jauhin gue! Lepasin gue!” ucap Vania dengan nada ketakutan saat Ara semakin mendekat.

“Gue? Gue cuma mau main-main dulu sama lo,” ucap Ara sambil menyeringai seperti iblis. Vania benar-benar ketakutan melihat seringai Ara. Bahkan teman-teman Ara pun bergidik ngeri, kecuali Gio dan Risa.

“Sebenarnya gue malas banget ngurusin tikus kecil kayak lo, tapi ya sudahlah. Anggap aja ini pemanasan,” ucap Ara sambil berdiri di depan Vania. Ara memberi kode kepada Mafios yang berjaga. Mafios yang mengerti langsung menyerahkan sebuah kotak kecil berisi belati kesayangan Ara. Vania semakin ketakutan melihat Ara memegang belati tersebut.

“Eh, jangan takut dulu dong. Gue belum mulai, kok,” ucap Ara sambil tersenyum dingin ke arah Vania.

“Ma-mau apa lo?” tanya Vania dengan suara gemetar.

“Gue cuma mau kasih tahu lo gimana rasanya kalau main-main sama gue,” jawab Ara sambil menempelkan belati ke wajah Vania. Tubuh Vania bergetar hebat. Di matanya, Ara benar-benar terlihat seperti iblis.

“Srett,” suara belati menggores pipi Vania. Ia pun menjerit kesakitan.

“Ssstt, sakit ya? Tapi gue gak ngerasain tuh,” ucap Ara dingin sambil kembali menggores tangan Vania, lalu berpindah ke pipi satunya. Ara terus menggoresi tubuh Vania, membuatnya merintih kesakitan.

“Hiks… hiks… gu-gue mohon, ini sakit banget,” pinta Vania sambil menangis.

“Kata lo mau bunuh gue? Ayo sini, bunuh gue,” ujar Ara tanpa henti menggoresi tangan Vania. Rasa sakit yang luar biasa membuat Vania menyesal telah bertindak sejauh ini.

“Nah, bagus kan karya gue?” ucap Ara bangga sambil menatap hasil perbuatannya.

“Bu-bunuh gue aja… sa-sakit banget… hiks… hiks,” rintih Vania sambil menangis. Ia merasa lebih baik mati daripada menahan rasa sakit ini.

“Gak seru dong kalau gue bunuh lo. Gue gak bakal biarin lo mati secepat itu. Enak aja! Selama ini gue menderita gara-gara lo. Lihat aja, gue bakal balas semua rasa sakit gue ke lo dan nyokap lo juga,” ucap Ara dengan senyum menyeringai penuh dendam.

"Obatin dia, tapi jangan kasih bius. Biarin aja dia ngerasain sakitnya," perintah Ara kepada Mafios untuk mengobati Vania. "Setelah itu, lo dan temen lo boleh main sama dia, tapi jangan sampai dia mati," lanjut Ara dengan nada dingin.

"Baik banget, kan, gue sama lo? Nanti lo bakal dapet enaknya dari Mafios gue," ucap Ara sambil tersenyum sinis ke arah Vania.

"Si... siapa lo sebenarnya?" tanya Vania dengan suara gemetar, mencoba memahami situasi yang dihadapinya.

Ara hanya tertawa kecil, sementara Vania berusaha mencari jawaban dari orang-orang di sekitarnya. "Dan kalian, kenapa kalian cuma diem aja ngeliat apa yang dia lakuin ke gue? Lepasin gue!" seru Vania dengan putus asa.

Lucas, yang berdiri di dekat pintu, menatap Vania dengan tatapan dingin. "Lo mau tau lo sekarang ada di mana? Biar gue kasih tau. Lo sekarang ada di markas mafia Black Rose. Lo pasti tau, kan, siapa mereka? Masa enggak?" ucap Lucas dengan nada sinis.

Deg. Mafia Black Rose. Nama itu membuat hati Vania mencelos. Kenapa dia ada di sini? Apa hubungan Ara dengan mafia paling kejam itu? Rasa takut mulai menguasai dirinya.

"Oh iya, satu hal lagi yang lo harus tau," lanjut Lucas sambil menyeringai. "Ketua mafia Black Rose, yang biasa dipanggil Queen, itu sebenarnya adalah Ara. Hahaha, kasian banget lo. Mau main-main, eh malah salah pilih orang buat dilawan," ucap Lucas, diikuti tawa keras dari orang-orang di ruangan itu.

Vania tertegun. Ara adalah pemimpin mafia Black Rose? Bagaimana mungkin? Selama ini dia hanya mendengar cerita mengerikan tentang pemimpin mafia itu—seseorang yang tidak pernah memberi ampun pada siapa pun yang berani mengusiknya. Vania menyesal. Dari awal, dia tidak seharusnya berurusan dengan Ara.

"Jangan takut dulu," ucap Ara dengan nada dingin, mendekati Vania. "Gue belum mau bunuh lo. Masih banyak hal yang mau gue kasih buat lo, sebagai balasan atas penderitaan gue selama ini."

Setelah berkata demikian, Ara meninggalkan ruangan itu bersama teman-temannya, meninggalkan Vania yang terduduk lemas dengan tatapan kosong, terjebak dalam ketakutan dan kebingungan.

1
Jeremiah Jade Bertos Baldon
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Deyana: Makasih ya kak..
total 1 replies
♥Kat-Kit♥
Ceritanya dapet banget.
Deyana: thanks banget kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!