NovelToon NovelToon
Darah Di Tanah Hujan

Darah Di Tanah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Roh Supernatural
Popularitas:462
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

Hujan tak pernah berhenti di Desa Waringin.
Sudah tiga puluh tahun, langit di atas desa itu selalu kelabu — dan setiap kali petir menyambar, satu orang akan lenyap begitu saja.

Penduduk hidup dalam ketakutan, tapi juga dalam penyangkalan. Mereka menanam bunga di kuburan kosong, berpura-pura tak tahu bahwa tanah di bawah mereka haus darah.

Suatu malam, Rendra, seorang fotografer urban legend, datang ke desa itu mencari adiknya yang terakhir kali mengirim pesan dari sana sebelum hilang.

Namun sejak langkah pertamanya, ia disambut aroma besi dari air hujan, wajah-wajah tanpa ekspresi, dan anak kecil yang berkata lirih:

“Kalau hujannya merah, jangan keluar, Kak.”

Semakin Rendra menggali, semakin ia sadar bahwa hujan di desa itu bukan anugerah — tapi kutukan dari darah ratusan korban ritual pengorbanan yang disembunyikan pemerintah desa dulu.

Dan di balik semua itu, “Yang Basah” menunggu…
Menunggu darah baru untuk menggantikan yang lama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 — Pilihan

Dunia bawah air telah berubah menjadi medan perang spiritual. Hujan darah yang mengalir dari tanah ke langit membuat udara terasa lengket dan panas. Rendra dikelilingi oleh air merah kental, dan di hadapannya berdiri Laras, menggunakan tubuh adiknya, Rani.

Laras, yang kini memegang kendali penuh atas memori air, memancarkan aura kekuatan yang tak terbatas. Ia tidak lagi terikat oleh belas kasihan.

“Kau bertanya apa yang kuinginkan, Rendra?” tanya Laras (melalui Rani), suaranya bergema seperti air yang bergemuruh. “Aku sudah mendapatkan kebenaran yang kotor itu, dan aku telah menjebak si pengecut Hardi. Tapi itu tidak cukup. Air ini haus akan penebusan.”

Laras melangkah mendekati Rendra, air merah di sekelilingnya beriak dan berputar.

“Kau telah melihat dunia di bawah ini. Kau telah melihat ratusan jiwa yang terperangkap dalam lingkaran darah dan air mata, semua karena kebohongan yang kalian sembunyikan. Sekarang, waktunya kau, keturunan dari saksi yang diam, untuk membuat pilihan penebusan yang sesungguhnya.”

Laras mengulurkan tangan Rani yang pucat, menunjuk ke dunia atas, ke Desa Waringin yang kini diguyur hujan darah yang kembali turun.

Laras menawarkan dua pilihan pada Rendra:

Pilihan Pertama: Menanggung Beban

Laras menatap mata Rendra, tatapannya dingin dan menusuk.

“Pilihan pertama: Kau menggantikan posisiku di bawah air. Kau menjadi penjaga memori ini. Kau menjadi Air itu sendiri, dan menanggung semua penyesalan dari setiap jiwa yang ada di desa ini.”

“Jika kau memilih ini,” lanjut Laras, dengan nada tulus yang aneh. “Aku, Rani, dan Dimas, akan bebas. Kami akan kembali ke dunia atas, ke kehidupan kami. Dan kau… kau akan menjadi perwujudan Air yang jujur. Kutukan akan berhenti. Hujan akan kembali menjadi murni, selamanya.”

“Dengan kata lain,” kata Rendra, suaranya serak. “Aku harus mengorbankan diriku agar kutukan berhenti.”

“Bukan mengorbankan, Nak Rendra. Menebus. Menjadi wadah bagi semua dosa. Menerima keheningan Ayahmu, keserakahan Hardi, dan kepengecutan seluruh desa. Tubuhmu akan menjadi pintu air yang menutup dunia bawah ini dari dunia atas.”

Pilihan Kedua: Menyerah pada Dendam

Wajah Laras berubah, matanya menyiratkan kesedihan yang tak tertahankan, bercampur dengan kebencian abadi.

“Pilihan kedua: Kau menolak. Kau berusaha lari membawa Rani dan Dimas. Dan sebagai balasan, aku biarkan amarahku ini mengalir bebas. Aku biarkan hujan darah turun selamanya, menenggelamkan desa. Aku akan menghancurkan Waringin, mencuci semua noda di bumi, dan menjadikan seluruh tempat ini kuburan air abadi.”

“Aku tidak akan membiarkanmu lari dari tanggung jawab. Jika kau menolak, kau akan terjebak di sini bersamaku, menyaksikan desamu tenggelam dalam darah yang tidak akan pernah kering. Rani dan Dimas, mereka akan tetap menjadi bagian dari memori air, selamanya.”

Rendra melihat ke sekeliling. Ia melihat bayangan-bayangan yang bergerak di air, wajah-wajah yang memohon. Mereka ingin kutukan ini berhenti. Mereka ingin istirahat.

Rendra menatap tubuh adiknya yang telah menjadi wadah bagi dendam ini. Ia melihat kelembutan Rani, terperangkap di balik amarah Laras.

Ia telah melihat Kuburan Air. Ia telah mendengar pengakuan Ayahnya. Ia telah menerima bukti.

Ia tahu, Hardi adalah pelaku penodaan, tetapi dosa ini adalah dosa kolektif dari seluruh Waringin, termasuk Ayahnya. Dan hanya dengan penebusan kolektif, yang diwakilkan oleh keturunan saksi yang diam, kutukan ini bisa dicabut.

Rendra menghela napas yang terasa berat, udara di dunia bawah ini terasa seperti timah cair.

“Aku tidak bisa membiarkan desa itu tenggelam,” kata Rendra, matanya menatap tajam ke Laras. “Aku tidak bisa membiarkan Dimas tetap di sini. Dan aku harus membawa adikku pulang.”

Rendra melangkah maju, menembus air merah. Ia menyentuh wajah Rani/Laras. Wajah itu dingin, seperti es.

“Kau adalah korban, Laras. Dan aku menghormati kesedihanmu. Tapi kutukan ini harus berakhir.”

Rendra memeluk tubuh Laras yang kini berubah menjadi tubuh adiknya. Cengkeramannya erat, penuh kasih sayang.

“Kalau hujan ini harus berhenti, biar aku yang menanggungnya.”

Saat Rendra mengucapkan kata-kata itu, ia tidak lagi merasa dingin. Ia merasakan rasa sakit yang menusuk, seolah air di sekelilingnya mencoba merobek jiwanya.

Laras (melalui Rani) tersentak. Ekspresinya berubah dari amarah menjadi keterkejutan, dan kemudian, kesedihan yang tulus.

“Kau… kau bersedia menanggungnya?” bisik Laras, suaranya kembali menjadi tangisan Laras yang menyedihkan.

Rendra mengangguk, memeluk adiknya lebih erat. Ia menenggelamkan dirinya di pelukan Laras/Rani, menenggelamkan dirinya ke dalam air yang panas dan kental.

Ia merasakan dirinya jatuh, bukan ke bawah, melainkan ke dalam jurang yang diciptakan oleh air.

Rendra membiarkan memori Laras merasukinya. Ia merasakan dinginnya air Sumur Tua saat peti matinya diturunkan. Ia merasakan noda yang mencemarinya. Ia merasakan kesedihan dan dendam yang tak tertahankan.

Rendra menerima semuanya. Ia menjadi wadah yang jujur bagi air dendam itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!