Yunita, siswi kelas dua SMA yang ceria, barbar, dan penuh tingkah, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis saat orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pria pilihan keluarga yang ternyata adalah guru paling killer di sekolahnya sendiri: Pak Yudhistira, guru Matematika berusia 27 tahun yang terkenal dingin dan galak.
Awalnya Yunita menolak keras, tapi keadaan membuat mereka menikah diam-diam. Di sekolah, mereka harus berpura-pura tidak saling kenal, sementara di rumah... mereka tinggal serumah sebagai suami istri sah!
Kehidupan mereka dipenuhi kekonyolan, cemburu-cemburuan konyol, rahasia yang hampir terbongkar, hingga momen manis yang perlahan menumbuhkan cinta.
Apalagi ketika Reza, sahabat laki-laki Yunita yang hampir jadi pacarnya dulu, terus mendekati Yunita tanpa tahu bahwa gadis itu sudah menikah!
Dari pernikahan yang terpaksa, tumbuhlah cinta yang tak terduga lucu, manis, dan bikin baper.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29
Musim hujan sudah berganti jadi musim panas, tapi rumah kecil Yudhistira Yunita berubah jadi… musim badai hormon.
Hanya dalam dua minggu setelah tahu dia hamil, Yunita resmi masuk fase, Ngidam Level Akhir.Dan bagi Yudhistira, ini adalah ujian hidup yang tidak pernah ia pelajari di kelas.
Pagi Itu…
Yudhistira baru saja bangun, masih memegang gelas air, ketika Yunita tiba-tiba muncul di pintu kamar.
Dengan wajah kusut, rambut berantakan dan mata berkaca-kaca. “Mas…” panggil Yunita
Yudhistira langsung panik. “Hah? Kenapa? Perut sakit? Mual? Pusing? Mau ke dokter?!”
Yunita mendekat perlahan, “Aku mau… mie ayam.”
Yudhistira berhenti bernapas sebentar. “Sekarang?”
“SEKARANG.”
“Ini jam 6 pagi…”
“ANAK MAS MAU MIE AYAM!!!!”
“Baik, baik, baik! Mas beli!”
Belum sempat Yudhistira memakai jaket, Yunita menambah:
“Tapi pake sambel… 5 sendok.”
“Iya.”
“Tapi jangan pedes, nanti aku sakit perut.”
“….”
“Tapi harus pedes rasanya.”
“… Nita, itu gimana caranya?”
“Pokoknya gitu.” Dan Yudhistira berangkat seperti misionaris yang dikirim melakukan tugas terakhir.
---
Sejak hamil, hidung Yunita berubah jadi radar militer.
Suatu sore, Yudhistira baru pulang dari sekolah dan membuka pintu.
Langsung—
“MAS!!!”
“Hah?!”
“Cepet keluar rumah!”
“Hah kenapa?!”
“KAMU BAU KAPUR!!!”
“… aku guru, sayang.”
“Tapi AKU MUAL BAUNYA!!!”
“Ini bukan kapur, ini parfum lama saya—”
“TETEP AJA BAUNYA KAYAK PERAHU NELAYAN ABIS TEMBUS BADAI!”
Yudhistira menatapnya bingung. “Nita… itu perbandingan dari mana?”
“DARI OTAK HAMILKU!!!”
Akhirnya Yudhistira mandi.
Dua kali.
Dengan sabun bayi.
---
Di dapur, Yunita memotong wortel. Tiba-tiba ia berhenti.
Lalu…
“Nangis.”
“Sayang? Kenapa?” tanya Yudhistira panik.
“Wortelnya… lucu…”
“….”
“MASSS wortelnya imut bangettttt!!!” dan ia menangis lebih keras.
“….. Oke.”
----
Pagi itu mereka makan bersama.
Yunita awalnya tenang. Lalu tiba-tiba menatap Yudhistira dengan mata merah.
“Mas…”
“Ya?”
“Kamu tadi jalan sama siapa?”
“Hah?? Di sekolah?”
“Kamu ngeliat cewek mana?!”
“Enggak… saya cuma jalan ke ruang guru—”
“Nah! Di ruang guru ada cewek juga kan?!”
“… Nita, itu tempat kerja sayang.”
Yunita melotot.“Jadi kamu jalan sama cewek tiap hari???”
Satu menit kemudian ia menangis.“Mas… maaf… aku cemburu… aku takut kamu nggak sayang aku lagi…”
Yudhistira langsung memeluknya erat.“Nita… kamu satu-satunya perempuan yang bisa bikin Mas panik 8 kali sehari.”
“Mas…”
“Hm?”
“Aku mau es krim.”
“Tadi baru nangis karena wortel. Sekarang es krim?”
“Aku mau rasa matcha strawberry mangga tapi gak mau dingin.”
“Nita… itu… sangat mustahil”
“Pokoknya masak yang hangat tapi rasanya dingin.”
Yudhistira napas panjang.“Ya Allah, ini anak di dalam perutmu mau jadi ilmuwan rasa?”
----
Yudhistira yang awalnya killer, tiba-tiba berubah jadi ibu-ibu kepo.
“Nita, jangan angkat galon!”
“Mas… itu cuma gelas.”
“Jangan angkat gelas!”
“Nita, jangan naik tangga!”
“Mas… itu cuma satu anak tangga.”
“Jangan naik apa pun!”
“Nita, jangan capek!”
“Mas… aku cuma duduk.”
“Jangan duduk capek!”
“Nita… jangan marah-marah, nanti stres.”
“Mas, aku cuma bernapas.”
“Bernapas terlalu cepat! Bahaya!”
“Aku manusia, MAS!!!”
----
Suatu malam hujan, Yunita duduk memeluk bantal.
“Mas…”
“Hmm?”
“Peluk.”
Yudhistira memeluknya.
“Kenceng.”
Yudhistira memeluk lebih erat.
“Mas…”
“Hm?”
“Aku takut.”
“Takut apa?”
“Aku takut nanti aku bukan istri yang baik buat Mas… atau bukan ibu yang baik…”
Yudhistira mengusap rambutnya pelan.
“Nita, kamu itu perempuan paling kuat yang pernah Mas kenal.”
“Aku barbar.”
“Mas suka.”
“Aku bawel.”
“Mas rindu kalau kamu diam.”
“Aku drama.”
“Mas siap.”
Yunita tertawa di sela tangis.
“Mas…”
“Ya?”
“Cium dong.”
Yudhistira mencium keningnya lembut.
“Kamu dan anak kita… dua hal paling berharga yang Mas punya.”
Yunita tersenyum malu.“…Mas ngomong gitu bikin aku mau ngidam pelukan dua jam.”
“Aku siap.”
---
Hari-hari mereka semakin lucu dan chaos, tapi mereka menikmati semuanya.
Setiap mual.
Setiap tangis tiba-tiba.
Setiap permintaan ajaib.
Karena di balik semua itu… ada cinta yang tumbuh semakin besar.
Dan ada kehidupan kecil yang menunggu untuk lahir.
Yunita memegang perutnya pelan.
“Mas…”
“iya, sayang?”
“Aku gak sabar ketemu anak kita.”
Yudhistira tersenyum hangat.“Aku juga."
Dan malam itu, di antara gelombang hormon dan mie ayam jam 3 pagi…
rumah kecil mereka terasa lebih hangat dari sebelumnya.
Bersambung
yo weslah gpp semangat Thor 💪 salam sukses dan sehat selalu ya cip 👍❤️🙂🙏