WARNING❗
CERITA INI BUAT YANG MAU-MAU SAJA. 
TIDAK WAJIB BACA JUGA BILA TAK SUKA. 
⚠️⚠️⚠️
Setelah hampir satu tahun menjalani pernikahan, Leon baru tahu jika selama ini sang istri tak pernah menginginkan hadirnya anak diantara mereka. 
Pilihan Agnes untuk childfree membuat hubungannya dengan sang suami semakin renggang dari hari ke hari. 
Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Debby, sahabat Leon yang sekian lama menaruh rasa yang tak biasa pada Leon. 
Badai perpisahan pun tak bisa mereka hindari. 
Tapi, bagaimana jika beberapa tahun kemudian, semesta membuat mereka kembali berada di bawah langit yang sama? 
Bagaimana reaksi Leon ketika tahu bahwa setelah berpisah dari istrinya, Leon tak hanya bergelar duda, tapi juga seorang ayah? 
Sementara keadaan tak lagi sama seperti dulu. 
"Tega kamu menyembunyikan keberadaan anakku, Nes." -Leonardo Alexander-
"Aku tak pernah bermaksud menyembunyikannya, tapi ... " -Leony Agnes-
"Mom, where's my dad?" -Alvaro Xzander-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Kebenaran Di Masa Lalu
#29
Bukan pulang ke rumah orang tuanya, Leon justru pulang ke Geraldy Kingdom. Karena Mom Bella dan Daddy Andre sekarang lebih sering tinggal di Geraldy Kingdom, menemani Papa Kevin dan Mama Gadisya.
Wajahnya lebih kusut dari cucian kotor, hatinya porak poranda seperti baru saja diterpa topan, badai salju, dan gempa bumi sekaligus. Sedih dan teramat sakit, hingga Leon tak mampu menangis apalagi tertawa demi membalas sapaan orang.
Kedatangannya langsung diketahui Mom Bella yang masih berada di ruang tengah bersama Daddy Andre. Keduanya sibuk dengan urusan masing-masing, namun masih bersantai di tempat yang sama.
“Good night, Mom, Dad—” ucap Leon tanpa berniat berhenti atau menceritakan apa yang sedang ia alami.
Tentu saja sepasang pasutri itu saling pandang heran. “Coba, kamu ikuti dia, barangkali mau bercerita,” kata Daddy Andre.
Si bungsu itu jika sedang murung sering membuat semua orang khawatir, karena ia pernah terpuruk di titik paling rendah kisah cintanya.
Padahal baru kemarin keluarga besar Geraldy mengetahui bahwa Leon telah memiliki anak dari mantan istrinya, dan berita itu membuat semua orang bahagia.
Tapi hari ini, Leon kembali kehilangan semangat. “Besok saja, lah. Sekarang mungkin ia tak ingin di ganggu.”
Daddy Andre mengangguk paham, karena setuju dengan usulan istrinya.
Di kamar Leon, pria itu berbaring menatap langit-langit kamar, pikirannya melayang pada setiap detail ucapan Agnes. Oke, anggaplah ia diciptakan sebagai laki-laki yang paling tidak peka di dunia, tapi secara alami seperti itulah laki-laki, yang hanya bisa fokus pada satu hal. Tak bisa bercabang memikirkan hal yang lainnya.
Karena itulah, ia perlu penjelasan rinci, bukannya kalimat yang mengandung teka-teki.
Saking sibuknya memikirkan setiap ucapan Agnes, ia jadi mengabaikan ponselnya, padahal Debby sedang menunggu panggilan darinya. Rasanya semua hal terasa tak penting, karena Masalahnya bersama Agnes belum menemukan titik temu.
Apalagi Debby. Leon tak peduli.
•••
“Sudah kubilang aku tak bermaksud menyembunyikan keberadaan Al darimu, sejak awal!”
“Sudah pernah mencoba mengembalikan semua data-data, riwayat panggilan dan pesan, di ponsel lamamu? Aku yakin jika kamu lakukan itu, kamu akan tahu betapa keras usahaku untuk memberitahumu.”
•••
Kalimat Agnes kembali terngiang, wanita itu jelas mengatakan bahwa ia menelepon, tapi Leon tak mengerti kenapa ia tak pernah menemukan riwayat panggilan, atau pesan?
Agnes juga mengatakan padanya untuk memunculkan data-data dari ponsel lamanya, agar masalah mereka menemukan solusi, tak hanya saling membenci.
•••
“Aku sudah menduga kamu tak akan mudah percaya begitu saja, sejak dulu pun begitu. Kamu selalu menganggap aku membual, aku yang membohongimu, aku menyembunyikan anakmu, padahal aku adala orang yang selalu kalian sisihkan!”
•••
Lantas apa maksud kalimat ‘orang yang kalian sisihkan?’ apakah kecemburuan Agnes dahulu bukan perkara main-main?
“Haruskah aku memunculkan kembali data-data dari ponsel lamaku?” monolog Leon.
Pria itu segera bangkit dari pembaringan, ia menghampiri kotak brangkas guna mengambil ponsel lama yang masih ia jaga dengan baik, karena semua foto mesranya bersama Agnes ada di dalamnya.
Ponsel couple itu ia beli sebelum pergi honeymoon ke Swiss, Leon menatap benda malang yang pernah ia abaikan setelah kepergian Agnes.
“Kamu, harus memberikan jawaban yang kuinginkan. Masa depanku dan Agnes bergantung pada informasi yang akan kamu berikan.”
Leon kembali menutup brangkasnya, kemudian keluar dari kamar menuju markas AG, meminta bantuan tim IT di sana untuk memunculkan data-data dari ponsel lamanya.
Bukan hanya riwayat panggilan, pesan, dan dokumen. Tapi foto-foto yang dihapus pun mungkin akan kembali berkat kecanggihan teknologi.
Semangat itu tiba-tiba muncul, jika ingin kembali pada Agnes ia harus mulai mengulik masa lalu mereka. Leon berjalan cepat meninggalkan kamar, berlari menuruni tangga agar segera sampai ke markas AG.
“I'l be back, Mom, Dad.”
Mom Bella dan Daddy Andre kembali dibuat tercengang dengan tingkah sang keponakan. “Sebenarnya dia itu kenapa, sih?” gumam Daddy Andre.
Mommy Bella mengangkat kedua pundaknya, seraya tersenyum tipis. “Seperti biasa, urusan cinta anak muda. Kamu, kan, tak pernah mengejar cinta,” sindirnya pada sang suami.
“Siapa bilang?” elak Daddy Andre tak terima.
“Memang pernah? Kapan? Aahh, aku ingat, ketika mengejar cinta Melly.”
Daddy Andre meletakkan tabletnya, kemudian memutar posisi duduknya hingga menghadap ke arah istrinya. Telapak tangan
Kirinya menyanggah wajah yang kini menatap intens pada wanita yang telah puluhan tahun ada di sisinya.
“Itu kamu, Sayang. Kamu yang membuatku hampir gila hanya karena mengabaikanku. Jangan lakukan lagi, ya?”
Mommy Bella membalas tatapan Daddy Andre. “Gombal! Ingat umur! Sudah aki-aki, cucumu saja sudah hampir 6, masih saja mengumbar rayuan gombal.”
Namun, yang diberi ucapan sinis justru tergelak bahagia. Inilah wanitanya, santai, namun tetap bisa menempatkan diri di situasi seharusnya.
“Jadi, jangan bosan padaku, ya? Karena pria sepertiku, hanya ada 1 di dunia.”
“Oh, iya? Tuh, kembaranmu ada banyak, ada si kembar, ada Aaron, ada juga yang masing-masing masih dalam kandungan ibu mereka. Wajahmu tak lagi limited edition,” ejek Mom Bella.
Senyum Daddy Andre memudar, “Tak bisakah, kamu berpura-pura tak tahu?”
“Tidak. Karena aku terlalu mengenalmu, aku juga heran kenapa masih betah di dekatmu.”
Mommy Bella kembali memasang kacamatanya, tapi kemudian ia melepasnya. “Oh, iya. Sampai kapan Bima di Jakarta?”
“Katanya sih, sampai Adhis melahirkan.”
“Lama juga, ya? Pergi main sana, mumpung dia di sini.”
“Kami memang berencana pergi bersama Kevin.”
“Baguslah, aku dan Gadisya akan mengajak Sherin berbelanja kebutuhan bayi.”
Sementara itu, Leon sudah tiba di markas AG, nafasnya ngos-ngosan karena berjalan dengan tergesa-gesa. “Dimana Mario?” tanyanya pada beberapa Anggota yang ada di sana?
“Mario libur hari ini.”
“Sial, aku lupa kalau sekarang minggu.” Leon menepuk keningnya sendiri.
“Ada yang bisa kubantu?”
Leon menunjukkan ponsel dalam genggaman tangannya, “Berapa lama kalian bisa mengembalikan data-data ponsel?”
“Paling lama satu minggu,” jawab Sensen.
“Tak bisa lebih cepat lagi?”
“Kami akan coba dalam 4 hari, bagaimana?”
“Okey, segera kirim ke emailku jika sudah selesai.”
“Hmm, akan mulai kami kerjakan sekarang.”
“Thanks, ya.”
Leon tersenyum lega, menepuk pundak Sensen yang mulai menyalakan laptop dan mengurai beberapa kabel data.
abaikan Debby