NovelToon NovelToon
Cinta Di Atas Abu

Cinta Di Atas Abu

Status: sedang berlangsung
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: RizkaAube

Hidup Nara berubah dalam satu malam. Gadis cantik berusia dua puluh tahun itu terjebak dalam badai takdir ketika pertemuannya dengan Zean Anggara Pratama. Seorang pria tampan yang hancur oleh pengkhianatan. Menggiringnya pada tragedi yang tak pernah ia bayangkan. Di antara air mata, luka, dan kehancuran, lahirlah sebuah perjanjian dingin. Pernikahan tanpa cinta, hanya untuk menutup aib dan mengikat tanggung jawab. Namun, bisakah hati yang terluka benar-benar mati? Atau justru di balik kebencian, takdir menyiapkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar luka? Dan diantara benci dan cinta, antara luka dan harapan. Mampukah keduanya menemukan cahaya dari abu yang membakar hati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkaAube, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter : 29

Nara mengerjapkan mata, lalu menjawab pelan tanpa menoleh. “Tidak ada.”

Zean tidak bertanya lagi. Dirinya berjalan melewati Nara, masuk ke kamar mandi. Suara air mengalir terdengar sebentar, kemudian pintu terbuka kembali. Lelaki itu keluar dengan pakaian tidurnya, rambutnya masih sedikit basah.

Nara sudah tidak lagi duduk di jendela. Ia perlahan merebahkan tubuhnya di sisi ranjang, memunggungi Zean. Gerakannya hati-hati, seakan ingin menjaga jarak dengan jelas.

Zean menatap punggung itu beberapa detik, diam tanpa kata. Ada keinginan untuk bicara, untuk sekadar mengulang permintaan maafnya malam lalu. Namun rasa canggung menahannya. Permintaan maafnya waktu itu sudah ditolak, dan ia tidak ingin semakin memperburuk suasana.

Ia hanya menghela napas, lalu ikut merebahkan diri di sisi lain ranjang. Sama-sama membelakangi, sama-sama terjebak dalam pikiran mereka masing-masing.

Malam itu begitu indah, bintang bertebaran di langit, udara sejuk merambat masuk dari ventilasi. Namun bagi mereka, malam yang seharusnya penuh kebersamaan justru terasa dingin. Mereka sudah menikah hampir setengah bulan, tapi ranjang yang sama tetap terasa asing. Tidak ada percakapan hangat, tidak ada sentuhan, hanya jarak yang mereka ciptakan sendiri.

Sementara itu, jauh di tengah kota, sebuah apartemen tampak remang. Di dalamnya, seorang wanita duduk di sofa dengan ponsel di genggamannya. Matanya menatap lekat sebuah foto. Foto pernikahan Zean dan Nara yang sempat menjadi buah bibir.

Wajah Lusi menegang. Jemarinya mencengkram ponsel erat-erat, hampir seperti menghancurkannya. Senyum tipis penuh sinis merekah di bibirnya.

“Zean…” bisiknya lirih, penuh luka. “Kau dulu menyebutku wanita tukang selingkuh. Tapi ternyata kau sama saja. Bahkan Kau sudah menikah,”

Tatapannya bergeser pada wajah Nara di foto itu. Kilatan kebencian jelas tergambar di matanya. “Dan kau, Nara… gadis kecil yang berani mengambil semua yang seharusnya milikku? Jangan bermimpi. Aku tidak akan membiarkanmu bahagia.”

Amarah itu semakin pekat, seperti bara api yang siap membakar.

Malam semakin larut. Rumah keluarga Hendrik sunyi, hanya suara detik jam yang terdengar. Di kamar utama, Nara dan Zean tetap berbaring membelakangi satu sama lain.

Mereka sama-sama memilih diam, sama-sama terjebak dalam dingin yang mereka ciptakan sendiri.

Dan di luar sana, badai perlahan sedang mendekat. Sebuah badai yang akan menguji, menghancurkan, sekaligus menentukan arah hidup mereka selanjutnya.

...\~⭑ ⭑ ⭑ ⭑ ⭑\~...

Pagi itu, langit kota masih lembut warnanya, kabut tipis tersisa di antara gedung-gedung tinggi. Nara berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang masih tampak lelah. Rambutnya disisir rapi, pakaian sederhana sudah dikenakan, namun rona pucat di pipinya tak bisa disembunyikan.

Zoya menatapnya dari pintu kamar, wajahnya penuh kekhawatiran. “Bu… apakah sudah siap?”

Nara menarik napas panjang, lalu mengangguk. “Aku bisa, Zoya. Aku harus kembali bekerja.” Suaranya terdengar lebih tegas daripada yang ia rasakan.

Perjalanan menuju butik terasa berbeda dari sebelumnya. Jalanan ramai oleh lalu-lalang kendaraan, orang-orang yang berjalan tergesa-gesa, namun di tengah keramaian itu, Nara merasa ada sesuatu yang mengintainya. Sekali dua kali, matanya menangkap sosok samar di tepi jalan, orang yang berdiri terlalu lama, menatapnya seakan mengenalinya, lalu segera menghilang begitu ia menoleh.

Hatinya mencengkeram cemas, tapi ia berusaha menenangkan diri. “Mungkin hanya perasaanku saja” gumamnya dalam hati.

Begitu memasuki butik, suasana familiar sejenak membuatnya lega. Rekan-rekan kerja menyambutnya dengan senyum hangat, namun Nara sulit sepenuhnya tenang. Ada rasa waswas yang menempel di pundaknya, membuatnya terus menoleh ke jendela dan pintu masuk.

Zoya berdiri di dekatnya, menepuk pelan bahu Nara. “Bu… kalau anda merasa lelah, langsung katakan pada saya, ya.”

Nara tersenyum samar, meski hatinya tetap berdebar. Ia menunduk, mencoba fokus menata barang dan melayani pelanggan. Tapi bayangan samar orang yang mengintainya terus muncul di tepi matanya. Sosok itu selalu menghilang saat ia menoleh, tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak aman, seakan ia sedang diawasi.

Sore menjelang, Nara keluar sebentar untuk membuang sampah di depan. Udara terasa lebih dingin, dan suasana jalan seperti dipenuhi bisikan tak terlihat. Pandangannya menyapu sekeliling, memperhatikan setiap sudut, jendela, hingga lorong parkir. Sekilas, ia menangkap bayangan seseorang berdiri di seberang jalan. Orang itu berpakaian biasa, tidak mencolok, tapi matanya menatap Nara dengan intensitas yang membuat tubuhnya kaku.

Sebelum Nara sempat bereaksi, sosok itu lenyap di keramaian. Napasnya terengah. “Siapa itu…?” gumamnya, suara hampir tidak terdengar.

1
Bintang
Smgt 🌷
Etit Rostifah
lanjut ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!