Zhao Yue, preman jalanan abad 21 yang menguasai pasar malam, hidup dengan moto " Kalau mau aman, jangan macam-macam denganku." Jago berkelahi, lidah pedas, dan aura menakutkan adalah ciri khasnya.
Suatu malam, setelah menghabisi geng saingan, ia dikepung dan dipukul keras di kepala. Saat tersadar, ia berada di ranjang keemasan dan dipanggil “Yang Mulia Permaisuri.” Kini, Zhao Yue berada di tubuh Permaisuri Xian Rong dari Dinasti Wei—istri kaisar yang dikenal lemah dan sakit-sakitan. Namun sejak roh preman masuk, sang permaisuri berubah menjadi galak, blak-blakan, dan barbar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANWi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir Berhasil
Malam turun seperti selimut gelap yang menutupi istana. Lampu-lampu minyak di koridor utama berkedip-kedip, menciptakan bayangan yang menari-nari di dinding. Suara jangkrik dan desir angin menambah kesunyian yang menekan.
Zhu Lang, dengan pakaian hitam tipis, menyusuri lorong paviliun Permaisuri. Setiap langkahnya ringan namun penuh kehati-hatian. Ia tahu, malam ini adalah saat yang tepat—ketika para penjaga sudah mulai lengah.
Di sampingnya, Mei menahan napas. Wajahnya pucat, tangan gemetar. Ia membawa botol berisi ramuan yang telah disiapkan Zhu Lang untuk mengelabui pengawasan.
“Lang… kau benar-benar yakin bisa menemukan Li Shan?” bisik Mei, matanya menatap gelapnya lorong.
Zhu Lang menoleh singkat, wajahnya datar tapi matanya berkilat. “Kalau aku tidak bergerak malam ini, besok mungkin sudah terlambat. Tetap di belakangku, jangan membuat suara.”
Mereka menuruni tangga belakang, melintasi taman yang diterangi cahaya rembulan. Bayangan pepohonan menimbulkan bentuk-bentuk menyeramkan. Setiap bunyi ranting patah membuat Mei menegang.
Di sisi lain istana, paviliun Lian Fei dipenuhi suara-suara berbisik. Dayang pengintai melapor dengan tergesa:
“Selir Lian Fei, tampaknya Mei baru saja meninggalkan paviliun Permaisuri.”
Lian Fei tersenyum tipis, matanya berkilat dingin. “Bagus. Itu berarti dia membawa racun itu sendiri. Jika Zhu Lang mencoba menyusup… ia akan terkena jebakan.”
Ia menekan jarinya ke peta miniatur istana. “Rancang rute. Pastikan tidak ada celah. Jika Zhu Lang masuk, biarkan ia sampai setengah jalan—dan kemudian… lihat reaksinya.”
Di taman belakang paviliun Permaisuri, Zhu Lang dan Mei berhenti sejenak. Zhu Lang menunduk, menunjuk ke gerbang kecil yang biasanya jarang dijaga.
“Itu jalur ke sayap barat tempat Li Shan dikurung. Hanya satu penjaga, tapi ia terlatih.”
Mei menggigit bibirnya. “Lang… kalau sesuatu terjadi padanya, aku tidak tahu bagaimana aku bisa….”
Zhu Lang menepuk bahunya pelan. “Tetap tenang, Mei. Fokusmu sekarang adalah mengikuti aku. Li Shan masih hidup, dan aku akan memastikan ia tetap begitu.”
Mereka bergerak, menempel di bayangan, menghindari setiap lampu yang menyala. Zhu Lang membuka kunci kecil yang ia siapkan sebelumnya, memutar mekanisme gerbang dengan hati-hati. Bunyi logam yang halus membuat Mei menahan napas.
Begitu gerbang terbuka, Zhu Lang dan Mei masuk. Di sisi lain, bayangan bergerak cepat—dayang pengintai Lian Fei melaporkan gerakan mereka.
Lian Fei mengerutkan dahi. “Cepat… jangan biarkan mereka sampai ke Li Shan.”
Di dalam kamar penyekapan sayap barat, Li Shan duduk di sudut, tangan terikat. Matanya lelah, namun begitu melihat bayangan Zhu Lang muncul di ambang pintu, wajahnya langsung cerah. Zhu Lang masih menyamar sebagai wanita.
“Zhu Mei… Mei… kau datang…” suara Li Shan lemah tapi penuh harap.
Zhu Lang menunduk, menatapnya tajam. “Kita harus cepat. Aku akan membebaskanmu, tapi kau harus tetap diam.”
Mei maju, memegang botol ramuan cadangan. “Ini untuk memastikan tidak ada penjaga yang mencium racun itu. Jangan sampai…”
Li Shan mengangguk. “Aku mengerti. Aku percaya padamu.”
Zhu Lang melepaskan tali di tangan Li Shan dengan cekatan. Setelah beberapa detik, Li Shan bisa bergerak bebas. Mereka menyelinap keluar kamar dengan hati-hati, tapi langkah Zhu Lang terdengar sedikit keras.
Dari atas balkon, Lian Fei menatap dengan mata menyipit. “Jangan biarkan mereka melarikan diri. Sekarang… perang dimulai.”
Di lorong belakang, Zhu Lang memimpin Li Shan dan Mei. Napas mereka memburu, namun Zhu Lang tetap fokus, matanya memindai setiap sudut.
“Mei… ambil botol cadangan. Kita mungkin harus membuat ilusi agar mereka mengira kita masih di sini.”
Mei cepat mengambil botol, lalu Zhu Lang mengatur beberapa benda di lorong agar menimbulkan suara seolah-olah mereka masih bergerak di sisi lain.
Sementara itu, dari paviliun Lian Fei, bayangan bergerak cepat, penjaga mulai mengepung lorong. Tapi Zhu Lang sudah lebih cepat. Dengan sigap, ia menuntun Li Shan dan Mei ke taman samping istana, tempat bayangan pepohonan bisa menutupi gerak mereka.
Malam itu, angin dingin bertiup kencang, suara daun bergesekan menambah ketegangan. Zhu Lang memutar kepala, memastikan mereka tidak terlacak. “Masih ada beberapa penjaga di depan… kita harus cepat melewati mereka.”
Mei menggigit bibir, tangannya gemetar, tapi Zhu Lang meraih lengannya. “Aku di sini. Tetap di belakangku.”
Mereka bergerak perlahan tapi pasti. Zhu Lang memanfaatkan bayangan, mengarahkan mereka melalui jalan yang paling sepi. Sementara itu, di paviliun Lian Fei, wanita itu memelototi peta miniatur dan menekan jarinya ke titik yang sama. “Jangan biarkan mereka keluar… jangan pernah.”
Malam itu menjadi saksi bisu keberanian, ketegangan, dan rahasia yang tersembunyi di balik bayangan istana. Zhu Lang membawa Mei dan Li Shan keluar dari bahaya sementara Lian Fei bersiap dengan rencana kedua.
***
Happy Reading ❤️
Mohon Dukungan untuk :
• Like
• Komen
• Subscribe
• Follow Penulis
Terimakasih❤️