Ketika membuka mata, Dani menemukan dirinya berada di sebuah kamar. Ia tak mengingat apapun tentang dirinya. Di sana dia bertemu dengan pria yang mengaku sebagai bosnya. Pria itu mengatakan kalau Dani merupakan personal trainer di gymnya yang diketahui juga melakukan pekerjaan p|us-p|us.
Namun semua itu tak berlangsung lama, karena ingatan Dani perlahan pulih setelah bertemu wanita yang mengetahui masa lalunya. Saat itulah Dani menggunakan keahlian hipnotisnya dan mengambil alih bisnis gym. Siapa yang menduga? Bisnis itu menjadi sukses besar saat dikelola oleh Dani.
"Layanan trainer-trainer di gym 24 luar biasa. Pokoknya bikin lemas dan banjir lendir. Eh, maksudnya lendir keringat. Hehe..." ucap salah satu tante langganan gym 24.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 - Anak?
Laluna berdiri kaku di depan pintu, matanya membesar tak percaya. Wajah yang muncul dari kamar ibunya itu terlalu familiar. Wajah yang dulu begitu lekat di ingatannya, wajah yang pernah ia puja diam-diam—Sean.
“Sean…?” suaranya lirih, nyaris tercekat.
Dani sontak terhenti. Nama itu menusuk telinganya, tapi ia cepat menyamarkan ekspresi. Bibirnya tertarik membentuk senyum tipis yang penuh kepura-puraan. “Laluna…” katanya pelan, seolah-olah pertemuan ini hanya kebetulan kecil.
Jantung Laluna berdetak kacau. “Kau… apa yang kau lakukan di sini?” suaranya bergetar, matanya menatap Dani penuh keterkejutan. “Kenapa… kenapa kau ada di kamar Mama?”
Dani menahan napas sejenak, lalu tersenyum samar, mengangkat bahu seolah hal itu bukan perkara besar. “Aku hanya… kerja. Kau tahu sendiri, aku pelatih pribadi. Kadang klien memintaku datang ke rumah.”
“Kerja?” Laluna mengulang dengan nada getir. Ia melangkah maju, mendekat, meski tubuhnya gemetar. “Jangan bodohi aku, Sean. Aku melihatmu keluar dari kamar Mama. Rambutmu berantakan, bajumu kusut. Aku bukan anak kecil yang bisa kau kelabui.”
Dani terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. “Jangan salah paham. Mamamu cuma butuh… relaksasi. Itu bagian dari jasaku.”
Namun bagi Laluna, kalimat itu terdengar seperti tamparan keras. Air matanya hampir pecah di pelupuk mata. Ingatannya melayang pada malam-malam ia pernah memanggil Sean ke apartemennya. Malam-malam penuh bisikan manis, kehangatan tubuh yang ia kira hanya miliknya. Dan kini, semua itu tercabik, karena pria yang sama baru saja bersama ibunya.
“Kau…” Laluna menelan ludah, suaranya bergetar. “Kau masih seperti dulu. Selalu dengan dalih kerja, dalih jasa. Tapi, Sean… apa kau sadar siapa yang baru saja kau sentuh? Itu… itu ibuku!”
Dani mencoba mendekat, ekspresinya dibuat setenang mungkin. “Dengarkan aku dulu. Apa yang kau bayangkan tidak sepenuhnya benar.”
“Tidak sepenuhnya benar?” Laluna mendengus, tawa getir lolos dari bibirnya. “Aku tahu betul ekspresi wajahmu saat keluar kamar tadi. Ekspresi yang sama… persis sama seperti waktu kau bersamaku dulu.”
Kata-kata itu membuat Dani tercekat, tapi ia tetap menjaga raut wajah. “Aku hanya profesional. Kau tahu itu sejak dulu.”
“Profesional?” Laluna menggeleng, air matanya jatuh juga. “Kau menyebut semua itu profesional? Kau merusak aku… dan sekarang kau juga bersama ibuku. Bagaimana aku harus menerimanya?”
Dani ingin mengulurkan tangan, tapi Laluna mundur selangkah, menolak. Pandangannya penuh luka, seakan semua yang ia percayai dulu runtuh seketika.
“Aku bodoh…” Laluna berbisik pada dirinya sendiri. “Aku bodoh karena pernah percaya padamu. Aku bodoh karena dulu menganggap dirimu lebih dari sekadar pria bayaran.”
"Ya, kau memang bodoh. Harusnya kau sadar dari awal," tukas Dani.
Mata Laluna langsung melotot saat mendengarnya. Ia menatap getir Dani. Kedua tangannya terkepal erat.
"Apa yang sebenarnya kau rencanakan? Setelah aku, sekarang ibuku. Aku rasa itu bukan kebetulan," timpal Laluna.
"Jangan berlebihan. Jelas ini hanya kebetulan!" Dani mencoba membantah dengan tenang.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat ke pipi Dani. Laluna sudah tak tahan dengan sikap cowok itu.
"Mama!"
Dari balik pintu, muncul seorang anak perempuan 1 tahun yang ditemani oleh pengasuhnya dari belakang. Anak itu melangkah dengan hati-hati karena masih belum lancar berjalan.
Perlahan Laluna mendekat ke hadapan Sean. "Kau lihat anak itu? Dia anak kita," ungkapnya.
Mata Dani membelalak tak percaya.
walaupun dia anak dari musuh besarnya tapi Laluna sudah punya anak dari Dani.
semoga nanti bisa bersatu dengan Dani .
bahagia bersama anak mereka
jangan-jangan nanti Lexy juga hamil...