NovelToon NovelToon
Hello, MR.Actor

Hello, MR.Actor

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / Cinta pada Pandangan Pertama / Pengasuh
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Be___Mei

Sebuah insiden kecil membuat Yara, sang guru TK kehilangan pekerjaan, karena laporan Barra, sang aktor ternama yang menyekolahkan putrinya di taman kanak-kanak tempat Yara mengajar.

Setelah membuat gadis sederhana itu kehilangan pekerjaan, Barra dibuat pusing dengan permintaan Arum, sang putri yang mengidamkan Yara menjadi ibunya.

Arum yang pandai mengusik ketenangan Barra, berhasil membuat Yara dan Barra saling jatuh cinta. Namun, sebuah kontrak kerja mengharuskan Barra menyembunyikan status pernikahannya dengan Yara kelak, hal ini menyulut emosi Nyonya Sekar, sang nenek yang baru-baru ini menemukan keberadan Yara dan Latif sang paman.

Bagaimana cara Barra dalam menyakinkan Nyonya Sekar? Jika memang Yara dan Barra menikah, akankah Yara lolos dari incaran para pemburu berita?

Ikuti asam dan manis kisah mereka dalam novel ini. Jangan lupa tunjukkan cinta kalian dengan memberikan like, komen juga saran yang membangun, ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Be___Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hello, Mr. Actor Part 29

...-Pada akhirnya cintamu bagai buih lautan, menepi dan menghilang di pasir pantai-...

...***...

Jefrey tak bisa berkonsentrasi dengan baik saat bekerja ataupun dalam kesehariannya. Ada sedikit sesal, mengapa dia dan Yara harus berbeda, namu, lekas pikiran itu dia tepis jauh-jauh. Bagaimana bisa dia menyesali takdir, yang telah diatur oleh dia, sang maha tau atas segalanya.

Usahanya untuk berdamai dengan hati sungguh hanya sia-sia. Tak ada pilihan lain selain pergi. Ya ... Jefrey akan pergi ke luar negeri. Dengan suka rela dia meminta pada James untuk mengemban tugas di perusahaan cabang mereka saja, alih-alih bertahan di dalam negeri dengan hati yang telah hancur.

James tak bisa menahan keinginan sang putra, namun, ia juga tak menyalahkan Ayara. Gadis baik itu memang bukanlah pilihan yang tepat untuk putranya.

Melalui pesan singkat, Jefrey pamit diri pada Yara. Saat itu juga sang gadis melakukan panggilan pada nomornya, namun Jefrey tak kuasa mendengar suara sang pujaan hati. Dia takut keputusan yang telah dia ambil akan goyah.

Berbahagialah, doaku selalu menyertaimu, Yara

...***...

Di tepi kota, dengan pemandang sungai besar di depan mereka. Yara dan Valery menikmati angin sore di sana.

"Vale, sampaikan maafku sama Bang Jef."

"Sama om sama tante juga." Mengusap bulir air mata di pipi, betapa perih sang hati saat ini. Kenapa tanpa restunya sang hati jatuh pada pria yang salah?! Ingin rasanya Yara mengomel, tapi apalah daya, dia hanya akan berkelahi dengan dirinya sendiri.

Merangkul pundak Yara yang menatap sungai penuh kehampaan. "Mama sama papa nggak akan menyalahkan kamu. Dari awal kami sadar, kalian nggak akan bisa bersama."

"Tentang kepergian Bang Jefrey, sebenarnya aku dukung dia. Aku tau banget secinta apa dia ke kamu. Aku takut di jadi gila kalau nggak pergi."

"Vale! Jangan ngomong gitu!" hardik Yara menarik pipi sang sahabat.

Sembari mengaduh, Valery menghindari serangan jemari Yara lagi. "Aku serius. Tapi kita lupain Bang Jef. Kita skip dulu saudarku yang ganteng itu. Gimana hubungan kamu sama Barra? Kalian jadi nikah?"

"Nenek mau ngasih ganti rugi pelanggaran kontrak ke Barra. Tapi aku nggak mau. 2 miliar, uang segitu kalau dibeliin cendol kita bakalan kelelep."

Antara mau ketawa tapi obrolan mereka tergolong serius, Valery menahan diri dengan rasa penasaran, "Terus?"

"Arum terus-terusan menghubungi aku. Itu anak sejak terakhir kami ketemu jadi nggak selera makan. Dia nanyain kapan aku pindah ke rumahnya terus. Aku bingung, Val. Gimana dong?! Memegangi kepalanya seraya menunduk dalam.

"Begini Yar, bilang aja kamu nikah sama Barra demi Arum. Hal ini pernah ada dalam pikiran kamu nggak?"

"Ada. Jujur, aku lebih mikirin Arum ketimbang Barra. Aku udah terlanjur sayang sama dia."

"Terus tadi pagi Kak Jingga ngasih kabar kalau Arum demam." Yara melanjutkan. Pandangannya kini kembali menatap sungai.

"Sholat. Biasanya kalau bimbang kayak gini kamu minta jawaban sama Tuhanmu," ujar Vale. Meski berbeda keyakinan, ia sangat paham dengan keyakinan sang sahabat. Ia juga kerap mendengarkan Yara membaca ayat suci Al-Quran, hal itu membuat hatinya tenang.

"Aku sudah ngelakuin hal itu."

"Terus?" sambar Vale."

"Aku kepikiran Arum terus. Hati aku kayak udah melekat sama diri dia." Jawaban Yara ini membuat Valery berpikiran, bahwa jawaban untuk Yara adalah menerima lamaran itu.

Namun, Yara takut keputusan yang dia ambil hanyalah sebagai pelarian, atas kasih tak sampainya bersama Jefrey.

"Aku dukung apapun yang jadi pilihan kamu. Tapi kalau boleh ngasih tau, aku berharap banget kamu jadi nyonya Barra. Beneran!" Meremat jemari Yara, Valery seolah menyalurkan energinya kepada sang sahabat.

...***...

Shafi dan Latif tengah bersitegang, akan keputusan yang harus Yara pilih. Demi membicarakan hal ini, Latif rela bertandang ke kediaman Shafi dan Sekar. Melihat mereka nampak akrab, sungguh hati Sekar sangat bahagia.

Mematikan rokoknya. "Dua tahun ... itu nggak sebentar."

"Kita sambil jagain dia. Kalau Barra macam-macam langsung sikat aja!" Shafi ini, sangat suka bicara asal. Dia pikir Barra akan diam saja andai mereka menghajarnya, tentu tidak, bukan?!"

Menjitak kepala sang adik dengan santainya."Sikat kepalamu! Kita bisa masuk penjara."

Meletakan kedua tangan di belakang kepala, Shafi bersandar pada kursi balkon kamarnya. "Demi Neng Yara, its oke!"

"Iya sih, demi Yara apa sih yang nggak bisa kita lakuin. Tapi ... kalau Barra memenuhi janjinya, dengan bersungguh-sungguh menjaga dan membahagiakan Yara, gimana?"

"Ya, bagus dong, Bang. Lagipula, dua tahun memang nggak sebentar, tapi juga nggak lama."

Melirik tajam pada Shafi,"Kamu merestui mereka?" ujar Latif.

"Aku sih oke." Mengedikkan kedua bahu, Shafi seolah pasrah pada keadaan.

Latif melengos kesal.

"Sudahlah, Bang. Mentang-mentang kamu yang jadi wali, jangan mempersulit hubungan menuju halal ini, dong."

Rasa kesal semakin memuncak dalam diri Latif, si Shafi ini kalau bicara suka asal. "Bukan begitu! Aku khawatir Yara kecewa. Ini masalah pernikahan!"

"Kalau Abang mikirnya begitu, sampai nenek-nenek Ayara nggak bakalan nikah."

"Sapi!"

Lekas Shafi menjaga jarak dari Latif. "Ehem, aku haus, mau ambil minuman." Ia langsung kabur meninggalkan Latif sendirian di kamarnya. 

...*** ...

Di kediaman Binar dan Mahesa, Jingga mengomeli Barra sepuas hatinya.

Arum mengadu tentang Barra yang membuat Yara kehilangan pekerjaan. Tentang Barra yang kerap bersikap sinis pada Yara. Tentang Barra yang meminta Yara membayar biaya rumah sakitnya. Oh, bocah ini sangat tahu bagaimana caranya membuat sang ayah kewalahan.

"Dia yang mau! Dia yang nawarin diri," Barra membela diri.

"Arum! Kamu tau dari mana?" Kini ia beralih pada sang putri.

"Arum denger sendiri," jawab gadis dengan plester penurun demam di kening.

"Oh ... jadi waktu itu kamu nggak tidur."

Arum tersenyum nakal hingga hidungnya berkerut. Ia langsung berlari meninggalkan Barra dan Jingga di beranda.

Berkacak pinggang Jingga mengomeli Barra lagi. "Gila, udah bikin anak orang segitu menderita, kamu dengan percaya diri melawan dia. Urat malu kamu dimanaaaa?!"

"Benci sama cinta 'kan beda tipis, Kak. Ayolah, stop menghakimi aku!" ujar Barra. Telinganya rasanya sudah penuh, dengan ocehan pedas sang kaka.

"Kalau aku jadi Yara, aku juga bakal mikir berkali-kali lipat buat nikah sama kamu! Gila, ih!" Tak henti-henti Jingga terus menyudutkan sang adik.

"Kak, udah dong!"

"Memalukan!" cecar Jingga lagi.

Menutup telinganya seraya berjalan ke dalam rumah. "Mamaaaaa, Kak Jingga bawellllll"

"Jingga ..." Terdengar suara Binar dari dalam sana.

"Cih! Dasar tukang ngadu. Masih anak mami mau nikah."

"Bodo amat!" Saat sedang melarikan diri dari Jingga, ponsel di tangan Barra berbunyi, notifikasi pesan masuk.

Menghampiri sang mama yang sedang menonton televisi bersama Arum, Barra merasa tak percaya dengan isi pesan tersebut.

"Ma ... tolong bacain, Barra takut salah liat."

"Kapan anda punya waktu senggang? Biar kita atur ulang pertemuan keluarga untuk membahas rencana pernikahan." Begitu pesan dari Yara.

"Membahas pernikahan? Ma, apa itu artinya Yara nerima lamaran Barra?"

Jingga yang menyusulnya ke dalam mengambil ponsel di tangan Binar. Ia membaca pesan itu dengan seksama "Kayaknya Ibu bakalan dapat menantu baru."

"Yes!" seru Barra .

"Iya, 'kan, kak? Yara menerima lamaranku?"

Serius sekali wajah Jingga sejujurnya dia belum yakin dengan dugaannya.

"Entahlah, sebaiknya jangan senang dulu. Ayo, cepat cari waktu yang pas buat ketemu mereka lagi."

"Akhir minggu ini aja, gimana?" tanya Binar

"Kamu bisa?" Jingga ikut bertanya.

"Bisa diatur. Aku bakal lembur biar akhir minggu bisa mengosongkan jadwal." Barra terlihat begitu bersemangat.

Lantas, bagaimana dengan Arum? Kenapa sejak tadi gadis ceriwis ini hanya diam?

Binar memeriksa keadaan Arum, sang cucu sedang bersandar padanya. "Dia ketiduran."

...To be continued ......

...Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa like, komen, dan kasih saran yang membangun, ya....

1
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Mau loncat aku! tapi langsung inget, abis makan bakso!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Excellent!
Kamu seorang laki-laki ... maka bertempurlah sehancur-hancurnya!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Kalo cinta dimulai dari menghina, ke depannya kamu yang akan paling gak bisa tahan.
Drezzlle
udah di depan mata, tinggal comot bawa pulang
Drezzlle
ya ampun, kamu kok bisa sampai ceroboh Yara
Drezzlle
betul, kamu harus tegas
Drezzlle
tapi kamu masih di kelilingi dengan teman yang baik Yara
Drezzlle
nggak butuh maaf, bayar hutang
ZasNov
Asyiiikk.. Dateng lagi malaikat penolong yg lain.. 🥰
ZasNov
Kak, ada typo nama nih..
Be___Mei: Huhuhu, pemeran yang sebenernya nggak mau ditinggalkan 🤣 Gibran ngotot menapakan diri di part ini
total 1 replies
ZasNov
Ah inget tingkah Jena.. 🤭
Be___Mei: kwkwkwk perempuan angst yang sadis itu yaaaa
total 1 replies
ZasNov
Gercep nih Gavin, lgsg nyari tau siapa Jefrey..
Yakin tuh ga panas Barra 😄
Be___Mei: Nggak sih, gosong dikit doang 🤣🤣
total 1 replies
ZasNov
Modus deh, ngomong gt. biar ga dikira lg pedekate 😄
ZasNov
Akhirnya, bisa keren jg kamu Latif.. 😆
Gitu dong, lindungin Yara..
Be___Mei: Kwkwkw abis kuliah subuh, otaknya rada bener dikit
total 1 replies
ZasNov
Nah, dewa penolong datang.. Ga apa2 deh, itung2 Latif nebus seuprit kesalahan (dari ribuan dosa) dia sama Yara.. 😄
Mega
Lakok isa baru sadar to, Neng Yara. kikikikikikik
Be___Mei: 🤣🤣😉 iso dong
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Piala bergilir apa pria bergilir?
Be___Mei: Piala mak
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Rada ngebleng nih.
Masa iya Yara bener mamanya Arum
Be___Mei: Biar ringkes aja pulangnya si emaknya Arum 😭 🙏🤭
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: Masa?

kenapa harus angin duduk, Mak?
total 3 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Cihh pendendam banget
Be___Mei: Biasa mak, penyakit orang ganteng 🤣🤣
total 1 replies
Mega
Ya Allah ISO AE akal e
Mega: Aku punya pestisida di rumah 😏 boleh nih dicampur ke kopinya.
Be___Mei: Beban banget kan manusia itu
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!