Entah untuk alasan apa Gladys memilih kembali ke sebuah pulau di ujung negri. Dia memiliki banyak kenangan masa kecil yang indah disana. mungkin jejak kenangan itu yang bisa menyembuhkan luka yang entah sejak kapan mulai terbentuk.
berbekal ingatan masa lalu yang sudah puluhan tahun, dia pun nekat untuk memulai petualangannya. .....
mencari sisa kenangan bersama keluarganya, teman dan orang lain yang dahulu sangat akrab dengan nya. berharap disana juga kelak dia bisa membuat kenangan yang sama seperti yang dia rasa di masa lalu.
dapat kah Gladys mewujudkan nya ?
Apakah semua akan berjalan seperti pengharapan nya?
ikuti kisah nya.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanah Shakila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-
Sejak saat jihan mulai mencurigai zarah malam itu, disaat itulah zarah nekat untuk menyadap ponsel jihan. Entah bagaimana cara nya. Dan dari sanalah zarah dapat mendengarkan semua percakapan jihan dengan siapapun asal handphone Jihan berada di sekitar nya. Zarah juga bisa melihat apapun kegiatan jihan di handphone nya.
Termasuk saat jihan mengikuti bima, zarah juga melacak nya. Dan sampai sekarang masih terus berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang sedang di rencanakan oleh jihan.
Tapi dia seperti mendapat PR baru, mencari tahu tentang sosok cakra yang kini seperti akan menjadi rekan baru jihan.
Mendengar seluruh penjelasan panjang itu, bukan hanya Gladys yang tertegun tak percaya. Tapi qilah dan regi juga. Sebab mereka berdua tanpa sadar juga ikut terseret kedalam masalah yang sejak awal dia tidak tahu menahu.
Semua berawal saat dia di ajak zarah keacara nikahan Gladys secara tiba-tiba. Dan ini juga. Semua dadakan.
"mulai sekarang, kalian berdua harus tetap di sisi Gladys . Jaga dan temani dia " pinta bima.
"tapi aku gak jago kelahi ?" jawab regi.
"siapa yang bilang kita mau adu jotos, kamu gak denger tadi bima habis ketembak. Dengerin maka nya." ucap qilah berusaha menyadarkan regi jika semua ini tidak sesederhana adu jotos.
"kalian cukup selalu ada di sisi istri ku selama aku gak ada. Hanya itu." jelas bima lagi.
"tapi.....?"
Omongan qilah terputus ketika bima menaikkan tangan nya seakan mengisyaratkan agar qilah tak melanjutkan ucapannya. Kemudian notifikasi masuk ke handphone qilah.
"sisanya akan ku kirim setelah misi ini sukses dan istri ku akan tetap aman. " ujar bima sambil masih menatap handphone nya.
"satu... Dua.... Tiga .. Empat... Lima ..en...." regi terlihat berusaha menghitung angka nol dibelakang nya.
"pekerjaan ku di perusahaan gimana ?"
"aku akan menyelesaikan nya untuk mu."jawab zarah
"mulai malam ini tidak ada yang boleh menggunakan handphone pribadi. Ini aku ada handphone untuk kalian. Dan tidak ada yang boleh menghubungi nomor lain selain yang tertera di daftar kontak saja. Kalian faham ,?" jelas bima.
", tapi keluarga ku bagaimana,? Biasanya mereka akan menghubungi ku jika sewaktu-waktu mereka butuh biaya dadakan.,,"
"semuanya serahkan kepada zarah. Aku hanya minta kamu fokus untuk menemani Gladys . Paling lama dua minggu. Dan bisa jadi kurang dari sepuluh hari jika semua berjalan sesuai rencana. Makanya aku minta kalian untuk fokus."
Qilah menatap kearah Gladys yang masih menunduk. Sepertinya dia sudah tidak ingin berkata apa-apa lagi. Acara barbeque yang seharusnya ceria itu pun berubah menjadi kacau. Walau regi sudah mengambil alih pemanggang setelah qilah terlihat serius dengan bima.
"bagaimana dengan mu regi ?" tanya zarah.
"asal qilah ada, aku akan tetap disini. Tapi jika qilah menolak, aku juga akan mundur."
"kenapa harus aku sih ? Kamu bukan nya bantuin malah makin buat rumit."
"apa nya yang rumit sih ? Kamu dapat duit lebih banyak udah kayak lembur tiga bulan berturut-turut. Bukan nya selama ini permasalahan di hidup mu hanya tentang uang. ? Bima sudah sangat baik membantu mu. Membuat pekerjaan mu jadi lebih ringan "
"tapi ini tidak sesederhana itu regi.!"
"apa yang kamu takutkan? Takut ditembak ?" kali ini suara regi sedikit meninggi, tidak seperti biasanya. Qilah pun dibuat heran.
"kamu ini kenapa sih ?"
"kamu yang kenapa ? Sudah di buat enak hidup mu malah mikir dua kali buat bantu. Cuma nemenin Gladys kok. Dia kan temen kita juga. Kamu ini gimana sih ?"
"regi ... Sadar kamu ?" bentak qilah.
"maaf menyela. Aku akan masuk lebih dahulu. Kalian lanjutkan saja tanpa aku." ucap Gladys pelan sambil berjalan ke dalam.
Bima terlihat berusaha mengekor. Tapi Gladys berbalik dan menatap kearah bima. Seakan meminta waktu untuk sendiri dulu sekarang. Dan bima tak berbuat banyak.
"sebenarnya kamu di pihakku atau di pihak dia ?" tanya qilah pelan namun penuh penekanan.
"kamu lah. "
"ini berbahaya regi, bukan hanya adu jotos."
"aku tahu, bima dan zarah bukan lah warga sipil seperti kita. Disini di sekeliling hutan rumah ini fikir mu hanya ada pohon besar. Kamu gak taukan kalau disini kita di pantau. Jika terjadi sesuatu, misal nya, misal nya kalau saja ada pencuri yang datang, maka kepala pencuri itu akan meledak dalam senyap malam sebelum berhasil masuk kedalam rumah. ,Bahkan kamu tidak akan menyadari nya Disini aman qilah. Keamanan kita terjamin. Apa kamu masih belum mengerti ?" regi kembali menjelaskan situasinya,.
"kalian fikirkan saja dulu. Aku takkan memaksa kalian. Tapi jika bisa, malam ini tidur dan istirahat lah disini. Besok pagi akan ku dengar keputusan kalian. " jawab bima lalu pergi.
"kalian masuk lah. Aku akan bereskan ini dan masuk juga. Maaf membuat kalian ikut terseret sampai sejauh ini. Ku akui, aku yang salah. Kami hanya mengkhawatirkan kalian. Karena sejak awal kalian ikut kami, maka bisa jadi kalian juga bisa dalam bahaya. sekali lagi maafkan aku."ucap zarah dengan wajah penuh penyesalan.
Qilah mendekati nya dan memegang tangan nya. Walau tanpa berkata-kata, Zarah seperti nya mengerti. Bahwa sebenarnya qilah berusaha menyemangati nya.
Didalam kamar...
Gladys duduk diatas tempat tidur, menatap ke arah jendela yang gorden nya tertutup . Fikiran nya melanglang buana. Dia mencoba mencari tahu dimana letak kesalahannya mengambil keputusan hingga harus terjebak disini.
Wajah bocah lelaki usil yang dahulu selalu mengganggu nya itu kenapa berubah menjadi menjadi sosok yang sangat misterius. Sedikit menyeramkan. Walau tak di pungkiri, dia memang lumayan tampan. Wajah masa kecilnya, masih ada tersisa di sisi lain wajah nya.
"sayang.?" panggil bima pelan.
Gladys berbalik badan kearah asal suara. dia mencoba tersenyum tapi jelas itu senyuman yang aneh.
"maaf membuatmu masuk ke dalam situasi sulit ini ?" ucap nya sambil meraih tangan Gladys .
"aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku datang kesini berusaha mencari ketenangan dengan sisa kenangan indah bersama keluarga dan teman-teman ku. Namun situasi apa ini ?"
"sekarang pelan-pelan kamu sudah mulai tahu pekerjaan ku dengan segala resiko nya. Dimana-mana orang yang tidak suka dengan ku akan berusaha mencari kelemahan ku. Sejauh ini mereka tidak menemukan apapun yang mereka cari dari ku. Alasan ku berjarak dari orang tua ku yah ini."
"lalu kenapa mengambil resiko sebesar ini dengan membawa ku kesisi mu. Ini pasti semakin menyulitkan mu."
"tidak sama sekali. Sejak aku memilih profesi berbahaya ini, niat ku hanya ingin menemukan teman masa kecil ku yang berjanji akan menikah dengan ku setelah dia dewasa. Dan aku menunggu nya. Setelah sekian lama, mana mungkin aku akan melepaskan mu lagi."
"bukan kah ini terlalu cepat ? "
"aku hanya takut kehilanganmu lagi. Setelah tahu kamu ada di sini. Dan beberapa kali mendapati jihan mencoba mengintimidasi mu. Aku tidak bisa tinggal diam. Kamu harus aku jaga. Di sisi ku "
"bima, pernikahan ini akan dibawa kemana ? Jujur saja, sepertinya aku belum bisa bilang bahwa aku mencintaimu sekarang. Aku masih bingung dengan perasaan ku pada mu "
"tidak masalah sayang, untuk sekarang aku mohon tetap lah disisi ku. Temani aku melewati ini. asal kamu ada disamping ku maka semua akan baik-baik saja."
", sampai kapan?"
",ini misi terakhir ku. Aku janji "
"bagaimana jika hubungan kita tidak berjalan lancar?"