Di Ujung Borneo
Gladys sudah selesai berkemas dan menunggu jemputan nya. Dia sudah menghubungi salah satu driver ojek online melalui salah satu aplikasi langganan nya. Sambil menunggu, dia mengamati setiap inci kamar kecil yang menemaninya 15 tahun terakhir. Rumah ini cukup bersejarah bagi nya, sebab disini lah dia ditempa menjadi dewasa sebelum waktunya. Disaat teman-temannya asik bermain dan berkumpul. Dia malah sibuk mencari cara agar bisa tetap bertahan hidup dan melanjutkan sekolahnya.
Beep...
Beep...
Dari luar rumah terdengar suara klakson, Gladys bergegas keluar dengan sebuah ransel bertengger di pundak nya. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu membuang nya perlahan. Keputusan nya untuk pergi sudah bulat. Barangkali dengan sedikit menepi dari orang-orang yang mengaku keluarga, bisa meredakan amarah hati nya yang malah menjadi luka tak kunjung sembuh.
"sesuai aplikasi yah neng ? Mari berangkat.!" ujar bapak tukang ojek nya sembari menjalankan pelan motornya.
"iyah pak " jawab Gladys
"mau kemana neng ?" tanya si bapak berbasa-basi
"ke ujung negri pak."
"hehehe.... Si neng bisa aja. Jauh banget itu yak ?"
"iyah pak"
"sendirian neng?"
"udah janjian sama temen." Gladys berbohong.
"oh mau liburan ramai-ramai yah sama temena nya ?" tebak si bapak.
"iyah pak."
.......
Gladys memang orang yang tak banyak bicara, dia akan memilih untuk menjawab seadanya tanpa balik bertanya. Di Sepanjangan jalan keduanya terus berbincang ringan, hingga sampailah mereka di sebuah dermaga. Disana Gladys akan menumpang perahu nelayan agar bisa naik keatas kapal besar yang berlabuh diluar dermaga. Memang seperti itulah kondisinya, kapal sebesar itu tak dapat berlabuh di dermaga kecil. Namun juga tetap harus berlabuh di daerah sana sebab itu juga masuk dalam rute perjalanan nya. Kapal besar itu akan menginap disana 2-3 malam sebelum akhirnya kembali berlayar sesuai jadwal.
Setelah berada dalam kapal, Gladys pun mencari tempat yang nomornya sesuai dengan angka pada tiket nya. Tak butuh waktu lama diapun mendapatkan nya. Dia pun duduk disana. Bentukan nya seperti sebuah ranjang kecil disusun panjang untuk penumpang. walau mungkin terlihat tidak nyaman tapi Gladys seharusnya sudah biasa toh dulu juga seperti itu. Hanya saja 15 tahun ayah dan ibu nya masih mendampingi, sedangkan kini dia seorang diri
***
Berlayar dalam kurun waktu hampir 30 jam, terdengar dari pengeras suara bahwa sebentar lagi kapal akan sampai dan berlabuh di pelabuhan. Penumpang yang akan turun diharapakan untuk mempersiapkan barang-barang nya. Jangan sampai ada yang tertinggal.
Gladys yang tempat nya berada paling pinggir dekat dinding. Dia melihat kearah sebuah jendela kecil yang berbentuk bulat di tutupi kaca. Dari kejauhan terlihat sebuah pulau yang nampak kecil. itulah tujuan perjalanan nya. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu membuang nya perlahan, entah kenapa kini kelopak matanya terasa hangat. Air matanya seperti menguap, detak jantung nya berpacu sedikit lebih cepat dari biasanya.
"ayah, ibu. Maafkan Gladys yang ternyata tidak lah sekuat kalian. Ku mohon restui keputusan Gladys kali ini. Semua demi kewarasan Gladys . Aku tahu seharusnya aku bersyukur dengan segalanya atas apa yang ku capai selama ini. Memilih bertahan untuk diri sendiri. Tapi dengan lingkungan yang tidak mendukung ku, rasanya sulit bu. "Gladys bergumam dalam hati. Air matanya sudah lolos keluar, dia segera mengusap pipi nya lalu mendongak keatas. Menatap langit-langit yang warna nya sudah mulai menguning. Pudar dimakan waktu. Dia menarik nafas pelan, dada nya masih sedikit sesak. Ingatannya kembali jauh ke masa lalu. Masa di mana dia dan keluarga kecilnya memilih kembali dari rantauan.
Kala itu Gladys berusia 12 tahun, dia yang tak tahu apa-apa hanya ikut dan menurut saja akan apapun yang menjadi keputusan orang tuanya. Dia masih terlalu kecil untuk mempertanyakan alasan orang tuanya kembali. Baginya kala itu asal ayah dan ibu ada disisi nya itu sudah lebih dari cukup.
Setelah sampai dikampung halaman, Gladys pun di masukkan kesebuah SMP. Entah bagaimana awalnya, kemudian sang ayah sakit selama berbulan-bulan sampai akhirnya meninggal dunia. Kemudian sang ibu yang terlalu larut dalam kesedihan dan kehilangan juga malah menyusul ayah hanya dalam kurun waktu kurang dari setahun. Dalam waktu singkat, dunia perlahan redup, Gladys yang ceria dan cerewet pun perlahan enggan berkomentar pada apapun.
Sebenarnya dia memiliki seorang kaka. Tapi mereka tidak akrab. Sebab dahulu sang kakak di titip dirumah nenek sebelum keluarganya merantau. Jadi diantara mereka tak ada ikatan apapun. Sebab tak pernah ada interaksi. Bahkan setelah orang tua nya meninggal, baru lah sang kakak datang dan tinggal bersama nya. Itu pun terasa sangat aneh bersaudara tapi tak akrab.
Walau tanpa ayah ibu,Gladys bertahan untuk kehidupan nya sendiri. Setelah lulus SMP dia memilih istrahat satu tahun untuk memperbaiki kehidupan nya. Sebelum akhirnya melanjutkan SMA nya.Dia mengusahakan apa saja untuk bertahan. walau dia dikelilingi banyak keluarga, tapi entah mengapa dia merasa tak nyaman. Justru isi kepalanya malah sebab mereka semua lah ayah ibu nya pergi seperti itu. Tekanan dari lingkungan yang tidak sehat.
Bagi Gladys , masa sekolahnya bukan lah yang paling menyenangkan seperti kata orang-orang. Disekolah pun dia banyak di cemooh oleh siswa lain. Walau tak semuanya, tapi memang dia sendiri yang memilih menarik diri agar tak ada yang merusak rencana masa depan nya. Agar tak ada yang mengusik nya dia memilih menghindari siapapun. Jadi tak ada satupun teman yang benar-benar akrab dengan nya.
***
Setelah berdesakan dengan penumpang lain yang juga ikut turun bersama nya, Gladys pun menginjakkan kaki di kota perantauan. Di sisi lain kota itu, di sebuah kampung kecil. Itulah tujuan akhir nya. Disanalah dia akan memulai hidup barunya, sebab bagi nya hanya disanalah terdapat sisa kenangan indah bersama kedua orangtuanya.
Setelah dia keluar dari area pelabuhan, dia menuju kesebuah pangkalan ojek yang di lihatnya. Dia menanyakan tempat yang ingin di tuju nya. Si tukang ojek pun mengangguk dan bersiap untuk mengantar nya.
Waktu menunjukkan pukul 8 pagi. Sepanjang jalan terlihat ramai lalu lalang kendaraan. Memasuki alamat tujuan nya, kini dia seperti dapat melihat gambaran masa kecil nya yang berlarian dan bermain bersama teman nya dengan girang.
"bapak bisa antarkan saya kerumah pak RT?" Tanya Gladys .
"oh iyah, baik neng."
si bapak tukang ojek pun membelokkan motor nya dan berhenti didepan sebuah rumah yang memiliki plank, dan itu benar rumah pak RT.
Setelah membayar ongkos perjalanan, Gladys pun berdiri diambang pintu dan mengucap salam.
"assalamu'alaikum...."
"wa Alaikum Mussalam......" terdengar suara wanita dari dalam rumah. Si wanita berjalan mendekati Gladys dengan tatapan penuh selidik.
"cari siapa neng?" tanya si ibu.
"pak RT nya ada ?"
"kalau sekarang lagi kekantor desa neng, ada pertemuan. Ada apa yah ?"
Gladys pun menceritakan maksud dan tujuannya datang, setelah sebelumnya di persilahkan untuk masuk dan duduk diruang tamu oleh si ibu.
"zarah.... Tolong buatkan minum. Ada tamu ini." ucap si ibu.
"tak usah repot-repot bu
"enggak kok. Santai saja nak. Jadi disini ada kenalan ? Rencananya akan tinggal di mana ?"
"belum tahu juga bu, ini niatnya mau laporan dulu bahwa saya ada rencana untuk menetap disini. Sekalian mau nanya kali aja dekat sini ada kosan atau rumah disewakan begitu."
"kalau memang mau kebetulan ibu ada rumah petak di sewakan dibelakang. Ada beberapa yang kosong. Disini memang suka ada yang masuk untuk mencari peruntungan, di kampung sebelah ada perusahaan yang masuk. Jadi juga butuh tenaga kerja. Anak saya juga kerja disana. "
Gladys mengangguk saja.
"mau kebelakang dulu buat lihat-lihat, kalau cocok bisa langsung ditempati. Bisa sekalian istrahat. pasti capek banget yah habis perjalanan jauh........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Innaa
semangat berkarya 😘
2025-07-25
0