Persahabatan Audi, Rani dan Bimo terjalin begitu kuat bahkan hingga Rani menikah dengan Bimo, sampai akhirnya ketika Rani hamil besar ia mengalami kecelakaan yang membuat nyawanya tak tertolong tapi bayinya bisa diselamatkan.
Beberapa bulan berlalu, anak itu tumbuh tanpa sosok ibu, Mertua Bimo—Ibu Rani akhirnya meminta Audi untuk menikah dengan Bimo untuk menjadi ibu pengganti.
Tapi bagaimana jadinya jika setelah pernikahan itu, Bimo tidak sekalipun ingin menyentuh, bersikap lembut dan berbicara panjang dengannya seperti saat mereka bersahabat dulu, bahkan Audi diperlakukan sebagai pembantu di kamar terpisah, sampai akhirnya Audi merasa tidak tahan lagi, apakah yang akan dia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Delapan
Aku tak akan menjauhi seseorang, kecuali orang itu memberi tanda agar aku menjauh dari dirinya. Entah itu dari sikapnya, sifatnya, cara perlakuannya atau caranya berkomunikasi denganku. Jadi, kalau kita tak dihargai, jangan marah. Berarti kita salah tempat. Pergilah ... Jangan buang-buang waktumu berurusan dengan orang-orang yang tidak menghargai'mu.
Audi baru saja selesai mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah membuat kue dan mengobrol dengan Bu Dewi, baru jam lima sore dia pulang. Daniel juga ikut nimbrung saat mereka tadi bercerita.
Audi menjadi makin simpatik dengan atasannya itu. Dia tak sombong dan mau berbaur dengan bawahan. Bu Dewi, sebagai ibu dari seorang putra yang CEO sebuah perusahaan besar juga termasuk humble.
Audi berjalan menuju ruang keluarga. Dia menyalakan televisi dan menonton sebuah drama. Di mana sinetron itu mengisahkan tentang istri yang telah lama berpisah dengan suaminya, tapi tak bisa melangsungkan pernikahan dengan pria lain karena belum adanya akta cerai. Dia jadi teringat dengan dirinya yang juga belum melakukan gugatan cerai.
"Aku harus hubungi Dewa, memintanya mengurus surat gugatan cerai ku," ucap Audi bermonolog pada dirinya sendiri. Dewa, adalah sahabatnya yang saat ini telah menjadi pengacara.
Audi mengambil gawainya dan mencari nomor Dewa, tapi tak dia dapatkan. Dia baru ingat jika menyimpannya di kartu SIM lama. Bukan di gawainya.
"Berarti aku harus membuka lagi kartu SIM lamaku. Untung masih aku simpan," gumam Audi.
Audi berjalan ke kamar dan mengambil kartu itu yang dia simpan dalam dompet. Dia lalu memasukan ke dalam gawainya. Notifikasi tanda pesan masuk langsung berbunyi terus menerus pertanda banyaknya pesan yang diterima.
Audi melihat banyak pesan dari suaminya dan juga dari Bu Susi, ibunya Rani. Dia menarik napas dalam sebelum membukanya. Setelah merasa siap, barulah dia mulai membaca pesan dari Bimo tersebut.
"Audi, kamu kemana? Jangan pergi! Jika aku bersalah, katakan saja. Tapi aku mohon, jangan pergi. Aku dan Ghita membutuhkan kamu. Pulanglah. Maafkan semua salahku, aku janji akan merubah sikapku!"
Audi menarik napas dalam saat membacanya. Dia jadi teringat dengan bocah cilik itu. "Sedang apa kamu sekarang, Nak. Pasti telah lupa dengan Tante. Walau Tante jauh, masih selalu mengingat'mu. Aku sangat menyayangimu," gumam Audi.
Air mata mulai jatuh membasahi pipinya. Teringat bocah itu. Dia berharap jika Ghita telah terbiasa tanpa dirinya.
"Audi, Aku memang jahat. Maaf jika selama ini aku banyak menyakiti dan mengecewakanmu. Jujur sebenarnya tidak niat aku untuk menyakiti kamu sedalam dan sebesar itu. Aku ingin kamu tahu, jika aku sangat menyesali semuanya. Jika saja waktu dapat di ulang kembali, aku ingin merubah semua yang aku lakukan padamu."
"Bermaksud atau pun tidak, semua yang telah kamu lakukan itu sangat menyakiti aku, Bimo. Memang perpisahan jalan terbaik untuk kita," gumam Audi dalam hatinya.
"Kenapa aku memilih berpisah? Aku jawab, aku dan dia adalah dua orang yang keras kepala dan egois. Aku merasa dia yang menyakitiku, dan dia merasa aku yang menyakitinya. Lalu siapa yang harus disalahkan? Tentu saja ego kami. Lalu, dengan berat hati salah satunya harus terpaksa mengakhiri. Dan yang satunya terpaksa harus mengikhlaskan. Itu adalah aku. Aku memilih melepaskan'mu," ucap Audi lagi.
Audi menarik napas beberapa kali dan membuangnya. Dia berusaha menepis rasa sakit yang kembali dirasakan. Satu bulan meninggalkan kenangan itu, dia sudah mulai bisa melupakan. Apakah mudah bagi Audi melupakan semuanya? Jawabnya tidak. Dia setiap detik harus berperang dengan diri sendiri, mencoba meyakinkan hati jika keputusan ini adalah yang terbaik dari yang terburuk.
Setelah merasa sedikit tenang. Dia kembali membaca pesan lain dari Bimo. Untuk pesan dari Tante Susi akan dibacanya setelah habis semua pesan masuk dari Bimo ini. Dia juga ingin tahu, apa saja yang mamanya Rani itu ketik. Sebelum membaca pesan selanjutnya dari suaminya, Audi memilih minum. Dia tampak tegar karena tak ada air mata saat membaca pesan dari suaminya.
"Aku mengerti keputusanmu untuk marah dan mengakhiri semuanya, tapi izinkan aku memperbaiki semuanya. Aku berjanji bahwa aku akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik, maafkan aku, Audi. Aku sedih melihatmu terluka, dan aku akan melakukan apa pun untuk menghapus air mata di matamu.
Aku tahu kata-kata minta maaf tidak cukup, tapi tolong beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku bisa membuatmu bahagia. Aku sadar perbuatanku membuatmu kecewa, maafkan aku yang tidak bisa membuatmu tersenyum. Aku menyesal atas semua yang telah terjadi, aku berjanji untuk memperbaiki kesalahan itu dengan tulus. Aku ingin kamu tahu betapa aku menyesal dan berharap kita bisa mengatasi masalah ini bersama-sama."
"Maaf, Bimo. Aku tahu ini berat untuk kita, tapi melepasmu adalah keharusan karena bahagiamu adalah bahagiaku. Bertemu denganmu adalah suatu anugerah untukku, tapi mungkin takdir berkata lain, perpisahan tetap pemenangnya.Jangan salahkan dirimu atas perpisahan ini, kita hanya mengikuti takdir yang diberikan oleh Tuhan. Biarlah aku menjadi masa lalu'mu, dan kau pun menjadi masa laluku," ucap Audi pada dirinya sendiri.
Audi lalu mencari nomor temannya Dewa. Saat dia mencari, gawainya berbunyi. Audi melihat ke layar, tertera nama Bimo. Gadis itu menarik napas lagi. Jika dihitung, dari tadi, entah sudah berapa kali dia menghirup napas untuk mencoba menenangkan pikirannya.
"Apa yang harus aku lakukan. Apakah aku diamkan saja atau aku angkat dan bicara?" tanya Audi pada dirinya sendiri.
lebih baik ma orang lain,ketimbang balikan ma kamu...buat apa pisah toh balikan lagi...pisah ya pisah,cari kebahagiaan masing masing
jangan mau balikan...
kemana harga dirimu,udah di hina hina,udah dicaci maki,dibuat seperti pembokat masiiih juga mau balikan...
haddeuh kamu terlalu berharga untuk laki2 seperti Bimo...