Alistair, seorang pemuda desa yang sederhana, mendapati dirinya dihantui oleh mimpi-mimpi aneh tentang pertempuran dan pengkhianatan. Tanpa disadarinya, ia adalah reinkarnasi dari seorang ksatria terhebat yang pernah ada, namun dikutuk karena dosa-dosa masa lalunya. Ketika kekuatan jahat bangkit kembali, Alistair harus menerima takdirnya dan menghadapi masa lalunya yang kelam. Dengan pedang di tangan dan jiwa yang terkoyak, ia akan berjuang untuk menebus dosa-dosa masa lalu dan menyelamatkan dunia dari kegelapan abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhimas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Mimpi Dan Takdir
Desa Willow Creek adalah permata tersembunyi di tengah lembah yang subur, jauh dari hiruk pikuk kota-kota besar dan intrik politik kerajaan yang korup. Rumah-rumah kayu beratap jerami berderet rapi di sepanjang jalan setapak yang berkelok-kelok, diapit oleh ladang gandum yang menguning keemasan dan kebun buah yang ranum. Di sini, kehidupan berjalan lambat dan damai, diiringi oleh kicauan burung dan gemericik sungai yang mengalir jernih.
Alistair, seorang pemuda berusia 17 tahun, adalah bagian tak terpisahkan dari desa ini. Dengan rambut cokelat yang selalu berantakan, mata biru yang jernih, dan senyum yang tulus, ia dikenal sebagai sosok yang ramah dan pekerja keras. Sehari-harinya diisi dengan membantu ibunya mengurus ladang dan kebun, memanen hasil bumi, dan menjualnya di pasar desa. Meskipun hidupnya sederhana, ia merasa bahagia dan puas.
Namun, kedamaian itu mulai terusik sejak beberapa bulan terakhir. Setiap malam, ketika ia memejamkan mata, ia dihantui oleh mimpi-mimpi aneh yang terasa begitu nyata. Dalam mimpinya, ia bukan lagi Alistair, seorang petani desa yang sederhana. Ia adalah seorang ksatria yang gagah berani, mengenakan baju zirah berkilauan dan memegang pedang yang menyala-nyala.
Ia melihat dirinya memimpin pasukan dalam pertempuran melawan makhluk-makhluk mengerikan yang keluar dari kegelapan. Ia merasakan panasnya api, tajamnya pedang, dan sakitnya luka yang menganga. Ia mendengar teriakan perang, rintihan kesakitan, dan ratapan kematian. Mimpi-mimpi itu begitu intens, hingga ia terbangun dengan keringat dingin, jantung berdebar kencang, dan napas tersengal-sengal.
Awalnya, ia mencoba untuk mengabaikan mimpi-mimpi itu. Ia berpikir bahwa itu hanyalah imajinasinya yang terlalu liar, atau mungkin efek dari cerita-cerita heroik yang sering ia dengar dari para pengembara yang melewati desa. Namun, semakin lama, mimpi-mimpi itu semakin sering datang dan semakin jelas. Ia mulai merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar mimpi biasa.
Suatu malam, mimpi itu datang lagi, tetapi kali ini berbeda. Ia tidak berada di medan perang, tetapi di sebuah ruangan gelap dan dingin. Di hadapannya, berdiri seorang penyihir jahat dengan wajah pucat, mata merah menyala, dan jubah hitam yang berkibar-kibar. Penyihir itu mengangkat tangannya dan mengucapkan kata-kata dalam bahasa kuno yang tidak ia mengerti.
Tiba-tiba, ia merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya. Seolah-olah ada ribuan jarum yang menusuk kulitnya, membakar dagingnya, dan menghancurkan tulangnya. Ia berteriak sekuat tenaga, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan.
"Kau akan mati dan terlahir kembali berulang kali," kata penyihir itu dengan suara yang dingin dan menusuk. "Setiap kehidupan akan menjadi siklus penderitaan dan kehilangan. Kutukan ini akan mengikatmu selamanya!"
Alistair terbangun dengan tubuh gemetar dan air mata berlinang di pipinya. Ia merasa ketakutan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia tahu bahwa mimpi itu adalah peringatan, bahwa ada sesuatu yang buruk akan terjadi.
Pagi itu, ketika Alistair sedang bekerja di ladang gandum, ia melihat seorang pengembara datang ke desa. Pengembara itu adalah seorang pria tua dengan jubah lusuh yang menutupi tubuhnya, tongkat kayu di tangan, dan topi lebar yang menutupi sebagian wajahnya. Meskipun penampilannya sederhana, ada sesuatu yang aneh dan misterius tentang dirinya.
Pengembara itu berjalan perlahan melewati jalan setapak, mengamati setiap rumah dan setiap orang yang ia lewati. Ketika ia melihat Alistair, ia berhenti dan menatapnya dengan tatapan yang tajam dan menusuk.
"Apakah kau Alistair?" tanya pengembara itu dengan suara serak yang bergema di udara.
Alistair mengangguk, merasa sedikit gugup. Ia tidak tahu mengapa, tetapi ia merasa ada sesuatu yang penting akan terjadi.
"Aku tahu tentang mimpimu," kata pengembara itu. "Kau adalah reinkarnasi dari Sir Gideon, seorang ksatria terhebat yang pernah ada. Namun, kau juga dikutuk karena dosa-dosa masa lalumu."
Alistair terkejut. Bagaimana mungkin orang asing ini tahu tentang mimpinya? Dan siapa Sir Gideon? Ia tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.
"Siapa kau?" tanya Alistair dengan nada curiga.
Pengembara itu tersenyum tipis, seolah-olah ia sudah menduga pertanyaan itu. Ia membuka topinya dan menampakkan wajahnya. Alistair terkejut melihat mata pengembara itu. Mata itu bukan mata manusia biasa. Mata itu bersinar dengan cahaya keemasan yang lembut, tetapi juga menyimpan kebijaksanaan dan pengetahuan yang tak terhingga.
"Namaku Merlin," jawab pengembara itu. "Aku adalah seorang penyihir, dan aku datang untuk membantumu."
..........
Bersambung....