NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Agen Rahasia

Kembalinya Sang Agen Rahasia

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Identitas Tersembunyi
Popularitas:154k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Zyan, seorang agen yang sering mengemban misi rahasia negara. Namun misi terakhirnya gagal, dan menyebabkan kematian anggota timnya. Kegagalan misi membuat status dirinya dan sisa anggota timnya di non-aktifkan. Bukan hanya itu, mereka juga diburu dan dimusnahkan demi menutupi kebenaran.

Sebagai satu-satunya penyintas, Zyan diungsikan ke luar pulau, jauh dari Ibu Kota. Namun peristiwa naas kembali terjadi dan memaksa dirinya kembali terjun ke lapangan. Statusnya sebagai agen rahasia kembali diaktifkan. Bersama anggota baru, dia berusaha menguak misteri yang selama ini belum terpecahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepingan Puzzle #2

"Sepertinya ada yang dilihat Amma di belakang sana," ujar Armin sambil memutar kembali rekaman tersebut.

"Aku harus mengeceknya."

"Aku ikut."

"Bawa peralatanmu. Siapa tahu kita membutuhkannya."

"Oke."

Zyan keluar lebih dulu, sementara Armin memasukkan dulu peralatan ke dalam tas ranselnya. Setelahnya pria itu segera menyusul Zyan. Ketika melintasi lapangan di mana para santri biasa beraktivitas, Agam, Febri dan Tina yang sedang berbincang dengan Husein melihat Zyan yang berjalan tergesa. Bahkan pria itu tidak mendengar panggilan Husein. Tak lama setelahnya Armin menyusul.

Penasaran dengan apa yang akan dilakukan Zyan, keempat orang itu segera menyusul. Dikarenakan tanah yang Amma miliki cukup luas, butuh waktu beberapa menit untuk bisa sampai di bagian belakang pondok. Tanah di bagian belakang ini masih berupa tanah lapang. Belum ada pembangunan apa-apa di sana. Amma berencana memperluas pondok dan membangun beberapa fasilitas di pondok ini.

Zyan dan Armin terus berjalan menuju pagar pembatas yang ada sisi kanan. Pagar pembatas awalnya hanya pagar kayu saja. Namun sekarang sudah diganti dengan pagar kawat. Pemilik tanah di sebelah tanah Amma memang sudah berubah. Tanah tersebut sudah dibeli oleh pengusaha asal Jakarta. Zyan dan Armin berdiri di depan pagar kawat tersebut. Mata Zyan menelisik pagar tersebut. Tak lama kemudian Husein dan ketiga murid Zyan datang menyusul.

"Zyan.. ada apa?" tanya Husein.

"Aku baru saja melihat rekaman cctv yang ada di jalan keluar menuju sini. Amma terlihat keluar dari sini dan wajahnya menunjukkan keanehan. Seperti marah atau kesal. Makanya aku ke sini, sepertinya Amma melihat sesuatu."

"Emang ada apa sih dibalik pagar ini?"

Agam mendekat dan berusaha memegang pagar kawat tersebut. Dengan cepat Zyan menarik Agam menjauh.

"Jangan dipegang! Pagar kawat ini dialiri listrik."

"Serius Pak?"

Sontak Agam menjauh dari pagar kawat tersebut. Pemuda itu bergidik sendiri saat membayangkan dirinya tersengat aliran listrik saat mencoba memegang pagar tersebut. Zyan langsung melihat pada Armin. Tahu apa yang diinginkan oleh sahabat yang sudah dianggap saudara olehnya, pria itu segera mengeluarkan peralatan dari dalam tas.

Armin membuka laptopnya kemudian menyalakannya. Setelahnya dia mengeluarkan sebuah drone yang berbentuk seperti kumbang. Ukurannya kecil, seukuran kumbang biasa. Pria itu kemudian menyambungkan drone pada laptop. Dia mulai menjalankan drone menggunakan stik yang ada di tangannya. Kumbang tersebut mulai terbang dan memasuki lahan yang dibatas pagar kawat.

Zyan langsung melihat ke layar ponsel. Begitu juga dengan Husein dan yang lain. Drone yang diterbangkan Armin terus melaju. Sejauh ini tidak ada yang mencurigakan. Lahan ditumbuhi oleh tanaman jagung. Namun ketika semakin jauh terbang, drone tersebut mulai menangkap ada tumbuhan lain yang ditanam di tanah ini. Armin mendekatkan drone ke tanaman tersebut.

"Ini.. ganja kan?" tanya Febri sambil tak melepaskan pandangannya dari laptop.

"Bukan. Itu daun singkong," timpal Agam.

"Kamu tuh bego atau pura-pura bego? Udah jelas itu daun ganja. Dasar dudul!" gemas Tina.

"Tergantung yang punya tanah. Kalau yang punya orang berduit dan berkuasa, itu jadi daun singkong," balas Agam tak mau kalah.

"Jalankan terus drone nya," ujar Zyan.

Armin terus menjalankan drone. Kali ini gambar yang tertangkap adalah orang-orang yang sudah mengambil daun ganja membawanya masuk ke sebuah bangunan yang seperti gudang. Bagian dalam gudang terlihat seperti pabrik saja karena dipenuhi peralatan.

"Sepertinya ini adalah pabrik narkoba," seru Zyan.

"Astaghfirullah, jadi mereka menanam ganja dan memproduksi narkoba di sini," sambung Husein.

"Sepertinya ini yang dilihat Amma. Tapi bagaimana Amma bisa melihat? Bukannya pembatas ini dialiri listrik?" tanya Armin dengan ekspresi bingung.

"Pagar ini baru dibangun. Sehari sebelum Amma meninggal, aku ke sini, pagarnya masih pagar kayu."

"Sepertinya mereka menyadari kalau Amma sudah melihat tempat ini."

"Apa Amma sengaja dibungkam karena melihat hal yang tidak harus dilihatnya?" Husein melihat pada Zyan.

"Selain itu, mereka juga ingin menguasai tanah Amma. Jika mereka bisa mengambil tanah ini, maka mereka bisa memperluas aktivitas mereka. Apalagi tanah Amma terhubung langsung dengan jalan besar di bagian belakang. Jalan tersebut bisa langsung tembus ke Desa Karang Tanjung. Di sana ada pelabuhan yang menjadi jalur laut untuk keluar dari Tanjung Harapan."

Kepala Husein dan Armin mengangguk-angguk mendengar penjelasan Zyan. Benar apa yang dikatakan Zyan kalau kematian Amma tidak sesederhana yang terlihat. Armin terus menjalankan dronenya. Sekarang drone menangkap beberapa orang yang sedang berbincang. Salah satunya adalah pemilik tanah yang baru. Husein mengenali pria itu karena pernah dikenalkan oleh pemilik sebelumnya. Kamera yang ada di drone kemudian menangkap seorang lagi.

"Bang.. Orang ini yang aku lihat sering bertemu dengan Marwan."

"Berarti Marwan ada dibalik ini juga."

"Ada berapa banyak orang yang terlibat dalam masalah ini?" gumam Husein.

"Cukup banyak dan pastinya mereka adalah orang yang berkuasa. Lebih berkuasa dari Marwan," jawab Zyan.

Zyan memerintahkan Armin menarik kembali drone-nya. Penyelidikan mereka cukup sampai di sini. Semuanya segera meninggalkan tanah bagian belakang pondok sebelum ada yang curiga dengan kedatangan mereka. Zyan dan Armin kembali ke ruang bawah tanah, sementara Agam, Tina dan Febri kembali ke asrama masing-masing.

Sesampainya di ruang bawah tanah, Zyan segera menuju glass board. Di sana sudah tertempel foto beberapa orang yang diduga terlibat dengan kasus kematian Amma. Armin menambahkan foto pria yang tadi dilihatnya.

"Pabrik narkoba dan kasino sepertinya saling berhubungan. Mereka memasok narkoba ke sana. Setahuku di Blue Lagoon juga terdapat klub malam. Selain itu, mereka juga mengedarkan narkoba ke daerah lain. Mereka menyelundupkan narkoba melalui jalur laut. Itulah alasan mereka memaksa Amma menjual tanahnya."

"Abang benar. Kasus ini benar-benar rumit. Kita tidak bisa langsung membongkarnya. Kita masih belum tahu siapa saja orang-orang dibalik ini semua."

"Kamu benar. Tapi bukan berarti kita tidak bisa menangkap mereka. Satu per satu kita harus menangkap mereka, memangkas kaki dan tangan mereka. Dan target pertama kita adalah Barly."

"Tapi kalau dibalik mereka adalah orang berkuasa, pasti Barly tidak akan lama berada dalam penjara, bahkan mungkin sebelum kasusnya masuk ke pengadilan, dia sudah dibebaskan."

"Tidak apa. Anggap saja itu sebuah peringatan untuk mereka. Peringatan kalau kita tidak akan tinggal diam melihat apa yang mereka lakukan."

"Bukankah itu akan membuat musuh waspada?"

"Memang benar. Tapi jika tidak begitu, kita tidak bisa tahu siapa saja yang ada dibalik mereka."

Zyan mendudukkan diri di sofa. Pria itu kembali menyusun berkas yang berisikan informasi kasus di Malta. Rencananya dia akan melaporkan ini pada Gantika sekaligus melaporkan perkembangan kasus Amma. Sementara Armin kembali ke depan layar komputer. Pria itu memeriksa kamera yang ditaruh di ruang kerja Marwan dan Barly bergantian.

Pergerakan tangan Armin yang sedang memegang mouse terhenti ketika melihat tiga orang masuk ke ruangan Marwan. Armin langsung mengenali ketiga orang tersebut. Dengan cepat dia memanggil Zyan. Bergegas Zyan mendekat, matanya tertuju pada layar komputer. Di sana nampak Marwan sedang berbincang dengan Dawam, Rizwan dan Cahyadi. Ketiganya adalah orang yang ada dibalik kasus Malta. Sontak Zyan dan Armin saling berpandangan. Keduanya segera mengerjakan headphone dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan.

"Bagaimana perkembangan tanah pondok pesantren itu?" tanya Dawam.

"Masih sulit. Mereka tetap tidak mau melepas tanah itu."

"Sampai kapan kita harus menunggu? Pembeli kita sudah semakin banyak. Belum lagi kita sudah akan memulai rencana kedua. Kita butuh tanah itu. Kasino juga tidak bisa terus berada di Blue Lagoon. Kita butuh lahan yang lebih luas."

"Saya tahu, Pak. Tapi masalah kematian Amma berujung panjang. Mereka tidak menyerah untuk terus menyelidiki kasus kematian pria itu."

"Langsung habisi saja mereka. Apa kamu bisa mengirimkan anak buahmu untuk menghabisi mereka?" Dawam melihat pada Rizwan, pimpinan Black Eagle.

"Tenanglah. Aku akan mengirim anak buahku untuk melihat situasi lebih dulu. Kita harus tahu siapa lawan kita," seru Cahyadi yang merupakan ketua BIN.

"Baiklah. Tapi jangan terlalu lama. Time is money!"

Kepala tiga orang itu mengangguk mengiyakan perkataan Dawam. Rapat singkat tersebut segera berakhir. Semuanya segera meninggalkan ruangan Marwan. Zyan melepaskan headphone dari kepalanya. Pria itu nampak termenung sejenak.

"Sepertinya mereka menggunakan kasino dan pabrik narkoba untuk mencuci uang hasil korupsi," gumam Zyan.

"Ini masuk akal, Bang. Margo memegang buku besar arus uang. Setelah aliran dana terendus, mereka mengalihkan dana ke tempat lain. Mereka memilih Tanjung Harapan karena jauh dari Ibu Kota."

"Aku harus bertemu Mayor secepatnya."

Zyan segera mengambil ponselnya. Pria itu lalu menghubungi Erik. Untuk beberapa saat pria itu masih menunggu Erik menjawab panggilannya.

"Halo.."

"Erik, aku perlu bertemu dengan Mayor secepatnya."

"Mayor sedang ada di Pekan Baru. Kamu ke sini saja. Aku akan mengirim lokasinya sekarang."

"Baiklah."

Usai menghubungi Erik, Zyan segera membereskan barang-barangnya. Pria itu akan langsung menuju Pekan Baru. Tidak disangka kasus Amma berhubungan dengan kasus di Malta. Dia perlu melaporkan pada Gantika sebelum mengambil tindakan.

Sambil menggendong tas ranselnya Zyan keluar dari ruang bawah tanah. Sebelum pergi ke Pekan Baru, dia hendak berpamitan dulu pada Husien, Ummi dan juga Nisa.

"Bang, aku harus pergi ke Pekan Baru sekarang."

"Kamu berapa lama di sana?"

"Paling lama dua hari."

"Hati-hati."

"Abang juga hati-hati. Aku akan meminta Putra untuk mengawasi kalian. Ada Hana juga yang akan membantu."

"Iya, pergilah."

"Sampaikan pada Ummi dan Nisa soal kepergianku."

Zyan menepuk pelan pundak Husein. Pria itu segera meninggalkan kediaman Amma. Armin yang akan mengantarkannya ke Bandara. Baru saja beberapa langkah, terdengar suara Agam memanggilnya.

"Pak, Bapak mau kemana?"

"Saya ada urusan ke Pekan Baru."

"Lama Pak?"

"Kemungkinan ngga. Kenapa?"

"Bapak jangan lupa, lusa ada acara perpisahan di sekolah. Bapak harus hadir."

"In Syaa Allah. Saya pergi dulu. Tolong bantu Pak Husein menjaga pondok."

"Siap, Pak!"

Agam menaruh tangan di dekat pelipisnya seperti orang yang tengah memberi hormat. Zyan mengusak puncak kepala muridnya ini. Pria itu melanjutkan langkahnya kembali.

***

Setibanya di Pekan Baru, Zyan langsung menuju hotel di mana Gantika menginap. Pria itu harus menunggu karena Gantika tengah menghadiri acara lebih dulu. Erik sudah menyiapkan sebuah kamar untuknya.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika pintu kamar Zyan terketuk. Pria itu segera membukakan pintu. Wajah Erik langsung terlihat ketika pintu terbuka.

"Mayor ingin bertemu sekarang."

"Baiklah."

Lebih dulu Zyan mengambil ranselnya baru kemudian mengikuti Erik menuju kamar yang ditempati Gantika. Begitu memasuki kamar, Zyan langsung memberikan hormatnya pada sang atasan. Gantika mendekati Zyan lalu memeluknya.

"Bagiamana kabarmu?"

"Alhamdulillah baik."

"Apa ada sesuatu yang penting sampai kamu ingin bertemu denganku sekarang juga?"

"Armin sudah berhasil melacak siapa dalang kekacauan di Malta."

"Oh ya?"

"Mereka juga ada dibalik kasus Amma."

Sontak Gantika dan Erik saling berpandangan. Zyan segera mengeluarkan berkas yang dibawanya lalu menunjukkan pada Gantika. Mata pria itu membulat melihat berkas dan foto-foto yang diberikan oleh Zyan. Pria itu memijit pelipisnya pelan. Erik juga nampak shock.

"Lawan kita tidak mudah," gumam Gantika.

"Iya. Tapi aku tidak akan berhenti. Aku sudah berjanji akan memulihkan nama baik Amma. Selain itu, kejahatan mereka harus dihentikan. Kalau tidak, negara akan berada dalam kuasa mereka."

"Aku setuju. Besok aku akan kembali ke Jakarta. Aku akan membicarakan masalah ini dengan ketua Bais lebih dulu. Setelah mendapatkan kabar, aku akan langsung menghubungimu."

"Baik, Mayor. Saya tunggu kabar dari Mayor."

***

Dalangnya sama ternyata

1
Ani
aku juga libur ngantar anak sekolah 😁😁😁😁
Endang 💖
aduh seru kali bacanya serasa nonton film Action
Sulisbilavano
zayn yg lope2 byk ya...itu dia judes sm cewek aja pd sayang apalagi kl senyum manis waaaah bisa klepek2 tuh cewek🤣🤣🤣🤣
Sulisbilavano
anaya kol cuantik poooll. tp huaaaajaaat e ngepoool...mksh thor dah mau menuruti permintaanku buat fisual anaya barly bisma...❤️❤️❤️❤️
HARTINMARLIN
oke 👍👍 mak
HARTINMARLIN
good 👍 job Yunan
HARTINMARLIN
rasakan itu hukuman buat kamu
Purnama Servis Kamera Demak
keren
❤Rainy Wiratama Yuda❤️
Innalillahi ..
Purnama Servis Kamera Demak
oh ternyata Zyan sudah tau. adu strategi buat pertempuran nih. siapa yang menang? apakah pihak Zyan ada yang terluka ? apakah Bahar langsung mati atau bisa melarikan diri?
Purnama Servis Kamera Demak
kenapa ngak langsung telp Zyan kalo jadi target
ria sufi
mantap, emang penjahat yg gini harus di habisi
Dhina Ragil
deg2an q thorrr..rasanya pngn ikut bertarung tp apa daya tngn tk sampe .🤭
sri supadmi
barly barly hemmmmm
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
Alhamdulillah Zayn dan Nisa selamat
Maisya
lanjut kak
Was pray
barly dilepaskan saja, tapi diluar siap sniper, kalau sudah ditempat yg kira2 aman tembak si barly, krn hanya mati yg bisa menghentikan kejahatannya,ibarat membasmi virus
HARTINMARLIN
yang penting sekarang memberikan kesaksian yang jujur dan adil
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Klo besok libur Upnya hari ini kasih bonus ya Bund
𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 🐊GHISNA🐊🕊️⃝ᥴͨᏼᷛ
Libur tp tetap Up ya Bunda. HeeeHeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!