NovelToon NovelToon
Satu Atap Dua Rumah

Satu Atap Dua Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan rahasia / Wanita Karir / Keluarga / Poligami / CEO / Selingkuh
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: zenun smith

Zara adalah gambaran istri idaman. Ia menghadapi keseharian dengan sikap tenang, mengurus rumah, dan menunggu kepulangan suaminya, Erick, yang dikenal sibuk dan sangat jarang berada di rumah.

Orang-orang di sekitar Zara kasihan dan menghujat Erick sebagai suami buruk yang tidak berperasaan karena perlakuannya terhadap Zara. Mereka heran mengapa Zara tidak pernah marah atau menuntut perhatian, seakan-akan ia menikmati ketidakpedulian suaminya.

Bahkan, Zara hanya tersenyum menanggapi gosip jika suaminya selingkuh. Ia tetap baik, tenang, dan tidak terusik. Karena dibalik itu, sesungguhnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Tidak Terduga

Jadwal yang Erick susun akhirnya terealisasi, hari itu mereka akan pergi memeriksakan kandungan Zara. Pagi masih terasa sejuk saat Zara telah merampungkan segala persiapannya. Tas perlengkapan berisi buku pink, kartu identitas, dan segala keperluan telah siaga di sampingnya. Di sisi lain, Erick, sang suami, sibuk dengan urusan keamanan. Ia sudah mengganti plat nomor kendaraannya, sebuah kehati-hatian yang berlebihan, pikir Zara. Dan untuk menghindari kecurigaan, mereka berangkat menggunakan mobil milik Zara, hadiah ulang tahun darinya beberapa waktu lalu.

Saat Erick bersiap mengeluarkan mobil dari garasi, Zara dengan sigap berjalan ke depan, membukakan pagar rumah. Tepat saat engsel pagar berderit, seorang tetangga menghampiri.

"Mau pergi, Ra?" sapa Bu Risa dengan senyum lebar, sorot matanya yang selalu ingin tahu menelisik ke arah mobil.

"Iya, Bu, sebentar. Mau periksa kandungan," jawab Zara lembut sambil menahan pagar.

"Alhamdulillah, suaminya udah pulang, ya? Sudah kelihatan betah di rumah lagi, ya? Syukurlah kalau begitu. Pokoknya, istri lagi hamil itu jangan ditinggal-tinggal, Ra. Ya, mbok diperhatikan gitu. Bilangin ke suamimu, ya," nasihat sang tetangga nadanya penuh perhatian, atau mungkin sedikit menghakimi.

Zara hanya mengangguk, tersenyum simpul, dan menjawab, "Iya, Bu. Terima kasih nasihatnya."

Di dalam mobil, Erick yang sudah mengenakan masker dan membenarkan topinya, mengerutkan kening. Ia hanya menunggu dengan sabar, memijat pelipisnya. Ia mendengar samar-samar ucapan tetangga itu. Kata-kata seperti, "istri kalau lagi hamil jangan ditinggal-tinggal," membuatnya merasa bersalah sekaligus tertekan. Ia hanya berharap tetangganya itu segera pergi agar mereka bisa segera melaju ke rumah sakit.

Akhirnya, waktu yang dinanti tiba. Sang tetangga pamit, mobil Zara meluncur keluar. Zara cepat-cepat menutup pagar, menguncinya, dan masuk ke kursi penumpang disamping Erick. Dalam diam, mereka meninggalkan kompleks perumahan, memulai perjalanan pemeriksaan kehamilan pertama yang terasa manis.

Itu kejadian berminggu-minggu lalu.

Pemeriksaan berikutnya, Zara putuskan untuk pergi sendiri. Ia enggan meminta tolong pada Mila, sahabat terdekatnya. Sudah pasti Mila akan mengomel, menyayangkan dan mengomentari habis-habisan sikap Erick yang tak bisa mendampingi istrinya periksa kehamilan. Zara sudah terlalu lelah mendengar protes dari orang lain mengenai kewajiban seorang suami.

Dan kini,

Di pagi lain yang lebih hangat, Mila datang menjemput Zara. Ia mengajak Zara pergi ke sebuah event pameran, seminar, entahlah, Zara bahkan tidak terlalu memperhatikan. Ia hanya butuh udara luar. Sudah beberapa waktu ia tidak bekerja, dan perutnya pun belum besar, masih aman untuk bepergian.

Usai acara itu, Zara mengusap perutnya yang mulai terasa lapar. "La, makan yuk. Laper banget. Sejak hamil, kalau telat makan bisa langsung mual." Pinta Zara kepada Mila. Mereka baru saja selesai menghadiri sebuah event seni yang diusulkan oleh Mila. Jam makan siang telah tiba, dan Zara merasa perutnya mulai meronta-ronta.

"Siap, bumil!" sahut Mila, bersemangat. “Kalau gitu kita makan di tempat terdekat saja. Ada restoran di samping gedung ini. Mau ke sana? Tapi kayanya bintang lima, deh. Agak mahal. Gapapa ya, kali-kali kita makan di tempat begitu."

"Ayo, let's go! Soal makan, jangan banyak mikir ke dompet. Sing penting badan sehat-sehat."

"Cakep, nih! Demen banget sama teman modelan kaya kamu, Ra. Lebih penting makan, ye, ketimbang gaya," puji Mila, tertawa geli.

Zara hanya terkekeh, lalu mereka berdua berjalan menuju restoran mewah yang dimaksud Mila. Suasana high class langsung menyambut. Untungnya, mereka tidak dipandang skeptis atau sebelah mata. Pelayanan begitu ramah, meski penampilan keduanya tanpa pakaian dan tas yang mungkin berstatus branded, karena itu memang menunjukkan status sosial yang mapan. Mila merasa kagum dengan profesionalisme para staf di sana yang tak menilai pelanggan dari penampilan luar, tidak seperti yang sering digambarkan dalam cerita atau film-film.

Mila lantas memesan makanan dengan dipandu oleh Zara. Zara terlihat luwes sekali, sama sekali tidak kikuk, seolah sudah terbiasa bersantap di tempat semacam ini sebelumnya.

Setelah pelayan pergi membawa catatan pesanan, mereka pun menunggu sambil sesekali berbincang ringan. Tiba-tiba, mata Mila bersirobok dengan keberadaan seseorang yang sangat dikenalnya. Laki-laki itu terlihat sedang duduk satu meja bersama seorang wanita. Mereka tampak asyik menikmati hidangan makan siang. Laki-laki itu adalah Erick. Dan wanita yang bersamanya? Ia adalah Emily.

Masih ingat dengan Emily? Ya, dia adalah wanita yang di awal cerita pernah menghamburkan uang ke wajah Erick setelah mereka melalukan ehem.

Posisi Zara membelakangi pemandangan itu, sibuk dengan ponselnya. Mila yang berusaha keras memastikan apakah itu benar-benar Erick atau bukan, matanya sampai tidak berkedip. Ia yakin, di antara semua teman Zara, dialah yang paling sering melihat wajah Erick.

Dalam situasi tegang itu, pandangan mata Erick tanpa sengaja bertemu dengan Mila. Keningnya langsung berkerut dalam. Jantungnya mencelos. Dalam hati ia bertanya-tanya, kenapa Zara dan temannya ada di sini?

Saat pandangan itu bertemu, Mila menjadi yakin sepenuhnya bahwa itu memang Erick. Ia lantas segera memanggil Zara yang tengah fokus dengan HP-nya.

"Zara,"

Zara mendongak, "Kenapa?"

"Coba kamu menengok ke belakang," bisik Mila, "Itu Erick suamimu, kan? Iya, bener, kan?"

Zara menoleh ke belakang. Deg. Jantungnya berpacu cepat, seperti genderang perang yang ditabuh mendadak. Ia segera kembali menghadap Mila, berusaha menyangkal.

"Bukan, kayanya," jawab Zara.

Mila semakin bersikeras, "Masa kamu enggak kenal sama suami sendiri, Ra?! Itu dia, beneran Erick!" Mila tak bisa menahan amarahnya. Ia segera memanaskan suasana, "Lagipula, dia sama wanita. Kamu lihat lah, mereka makan berdua. Apa-apaan, sih, suamimu itu?!"

Mila yang dikenal paling anti dengan perselingkuhan, langsung naik pitam. Ia berinisiatif untuk melabrak Erick dan wanita itu jika Zara tidak mampu bertindak karena terlampau syok.

"Udah La, takutnya itu bukan--"

"Zara! Kamu itu naif, ya? Terlalu menormalisasikan sesuatu yang jelas-jelas salah! Kenapa enggak ada perlawanan sama sekali?!" protes Mila, berapi-api. Ia tahu betul bagaimana selama ini Zara kurang mendapatkan perhatian yang sepantasnya sebagai seorang istri, bagaimana Zara selalu berusaha mandiri dalam segala urusan, dan bagaimana ia sering kali harus menuruti keinginan suaminya. Tapi Zara selalu membela suaminya.

Zara dengan cepat menahan pergelangan tangan Mila. "Jangan bikin keributan di sini, La. Malu. Nanti saja aku yang akan menyelesaikan. Tapi tidak di sini."

Mila makin menjadi-jadi. "Enggak bisa nanti! Aku mau nekat bikin pelabrakan dan aku rekam biar viral. Biar semua orang tahu kelakuan suamimu!"

Zara pun tidak punya pilihan lain. Ia segera menghentikan aksi nekat Mila. Apalagi, sudah banyak pasang mata di restoran itu yang rupanya memperhatikan gerak-gerik mereka. Jika Mila benar-benar berbuat keributan, mereka pasti akan diusir. Betapa malunya Zara jika itu terjadi. Terlebih dari itu, mungkin saja sesuatu yang merugikan bisa saja terjadi.

Zara mencekal lengan Mila yang sudah berdiri, siap melabrak Erick dan wanita yang berada di sisinya.

"Duduk, La, aku mohon. Aku kasih tahu kamu sesuatu, tapi tolong duduk dan lupakan soal pelabrakan itu."

Mendengar itu, Mila sedikit tenang. Ia menghela napas panjang dan kembali duduk, matanya yang marah menatap lekat-lekat wajah Zara, menunggu hal apa yang akan diungkap. Bikin penasaran saja.

"Jangan labrak mereka, karena wanita yang bersama Mas Erick itu adalah istrinya."

Mila sulit menelan ludah. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Maksudnya apa, sih, Zara ngomong begitu? Di tengah keterkejutan yang membungkamnya, Mila segera merangkai spekulasi yang sangat mengerikan untuk diucapkan.

"Terus kamu itu…" Mila menyipitkan mata, "…istri pertama yang rela dimadu, atau justru… gundiknya?"

Zara menunduk, butuh waktu beberapa detik untuk mengumpulkan kekuatan sebelum akhirnya menjawab.

"Aku istri keduanya. Aku sama Mas Erick nikah siri, dan pernikahan ini masih rahasia."

Mila menghela napas keras, lalu memukul meja makan, meski tidak terlalu kencang, menahan rasa frustrasi yang memuncak.

.

.

Bersambung.

1
〈⎳ FT. Zira
dari emak🙄🙄
〈⎳ FT. Zira
kapan dua ini sadarrr🤧🤧
〈⎳ FT. Zira
ternyata sebijak ini si bapak🥲
〈⎳ FT. Zira
padahal dirimu gak lebih baik🙄🙄
tinie
memang ginjal Zahra kemana,
di donorin buat Erick ya,
paska sakit 😁😄
🔵 Muliana
Wah, baiknya pak hartono.
🔵 Muliana
org diam, kalo marah. ternyata parah ya
🔵 Muliana
Kenapa gak suruh anak mu ataupun dirimu bercermin lebih dulu? apakah org kaya gak punya cermin di rumah?
nowitsrain
Kalaupun Zara nggak sama Erick, yang pasti nggak boleh sama kau juga sih Rayhan 😌😌
nowitsrain
Idih idihh
nowitsrain
Kostumnya mana Milaaaaa
〈⎳ FT. Zira
pacar apaan oiii/Curse/
〈⎳ FT. Zira
mila bisa diandalkan disegala situasi ya ternyata
🔵 Muliana
ini pasti akibat stress
🔵 Muliana
apa ini perintah ayah emily?
🔵 Muliana
sesuatu apa? kagum? anda telat
🔵 Muliana
dalam keadaan genting gini aja, kamu masih melindunginya
Dewi Payang
Semiga saja kandunganbya baik² aja...
nowitsrain
Ekhem... permisiiii, mbaknya juga selingkuh tapii
nowitsrain: Tapi aku nggak membenarkan tindakan Erick ya. No no ☝️☝️
total 1 replies
nowitsrain
Kan yang mulai duluan your bos yh..

Yaaa tapi kan hukum di negeri enih bisa dibeli 😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!