Anak yang semula dipinta untuk diaborsi saat mengetahui menderita penyakit bawaan, ternyata tumbuh dengan baik. Dengan kejeniusan si kembar membalas dendam perlakuan ayah mereka dengan mengambil alih perusahaan ayahnya diusianya 10 tahun.
"Gugurkan mereka....! Aku tidak sudi membesarkan anak penyakitan!" titah Rama.
"Tidak. Mereka darah daging kita. Jika kamu tidak menginginkan mereka. Aku sanggup membesarkan mereka!" tegas Alea.
"Ayo kita cerai!"
Saat mengetahui istrinya berhasil hamil, Rama begitu bahagia. Namun sayang, ketika kehamilannya mencapai lima bulan, kandungan Alea yang hamil kembar ini mengalami masalah.
"Maaf nona! sepertinya calon bayi kembar anda memiliki kelainan. Sebaiknya anda melakukan aborsi sebelum mereka berhasil dilahirkan. Jika bertahan, mereka akan tumbuh dengan penyakit bawaan," ucap dokter membuat langit seakan runtuh seketika.
Rama tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dan langsung beranjak meninggalkan Alea yang masih mematung di tempatn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Melakukan Penelusuran
Azira segera memberitahukan kakaknya tentang keberadaan Rama yang baru saja menghina bundanya dan juga mereka.
"Kak. Lihatlah ke depan sana..! Ternyata ayah kita belum meninggal. Itu orangnya!" unjuk Azira sambil menunjukkan ke arah Rama yang masih berdiri di depan restoran pizza dengan jari telunjuknya.
Abrar mengikuti arah jarinya Azira untuk melihat Rama. Ia tertegun sesaat melihat wajah ayahnya untuk pertama kalinya selama hidupnya. Abrar yang ingin berdiri untuk menghampiri Rama, dicegah oleh Azira.
"Jangan ke sana kak! Sepertinya dia mau makan pizza juga," ucap Azira.
"Apa yang dia katakan pada Bunda?" tanya Abrar yang terlihat tidak suka dengan hawa keberadaan ayahnya walaupun dia belum tahu rahasia dibalik ini semua yang disembunyikan oleh bunda mereka pada mereka.
Azira menceritakan apa yang dikatakan Rama pada Alea. Abrar yang mendengar itu tersentak saat tahu kalau kehadiran mereka di ingkari oleh Rama saat mereka masih dalam kandungan.
Wajah bocah tampan ini terlihat memerah hingga merasakan matanya panas." Aku tidak boleh menangis untuk seorang ayah berhati iblis," batin Adam.
"Dia malu mempunyai anak kita karena kita terlahir cacat kak. Apakah cacat itu aib ya kak?" tanya Azira dengan wajah sendu.
"Tidak usah dipikirin ucapan orang gila itu...! Yang harus kita lakukan saat ini adalah menghancurkan hidupnya secara perlahan hingga ia sendiri datang meminta tolong kepada kita.
Di saat itulah nama baiknya yang kita buat cacat karena itu lebih menyakitkan daripada memiliki tubuh yang cacat," jelas Abrar pada adiknya.
"Apakah itu tidak berdosa kak?" cemas Azira.
"Jika ada anak yang durhaka kepada kedua orangtuanya itu sudah biasa. Tapi, bagaimana kalau orangtua yang durhaka pada anaknya yang belum memiliki dosa? Bukankah dosa kita yang akan dibebankan kepadanya selama kita belum akhil- balik," jelas Abrar.
"Jadi, maksud kakak kita sedang mengikuti cara ayah kita menyingkirkan kita?" tanya Azira yang sudah mulai paham maksud kakaknya.
"Begitulah Azira, kita tidak bisa disalahkan dalam hal ini karena ayah kita yang membuka peluang untuk kita agar memberikan pelajaran hidup kepadanya yang akan ia sesali seumur hidupnya," balas Abrar.
"Bagaimana caranya kak?" tanya Azira penasaran dengan rencana licik kakaknya.
"Kita buat perusahaannya bangkrut lalu kita beli sahamnya yang pasti anjlok. Dengan begitu kita akan menduduki perusahaannya dan merebut semua apa yang dia miliki," ucap Abrar.
"Berarti kita akan melemparkan ayah kita ke jalanan, ya kak? apakah kita menjadi orang yang paling tega untuk mengusir ayah kita sendiri ya kak?" cemas Azira.
"Dia saja tidak punya hati untuk membuang kita. Kenapa kita harus memikirkan nasibnya," ucap Abrar sambil melirik ke arah Rama yang sedang melakukan scroll pada ponselnya. Entah apa yang dilihatnya sambil senyum-senyum sendiri.
"Permisi tuan...! Ini pizza dan minumannya. Sudah lengkap semua ya tuan!" ucap pelayan restoran itu pada Rama.
"Terimakasih...!" ucap Rama dengan wajah datarnya lalu mengambil potongan pizza untuk diletakkan dipiring miliknya.
"Dengan senang hati tuan!"
Abrar dan Azira melihat Rama yang terlihat nyaman sambil menikmati makanannya, menatap kesal dengan kedua tangan mengepal kuat.
"Tersenyumlah ayahku, sepuas yang kau mau. Setelah itu aku akan memastikan setelah ini kau akan menangis darah hingga tidak bisa menemukan makanan enak lagi.
Aku akan membuatmu menjadi seorang gembel hingga harga dirimu tidak lagi berharga dihadapan manusia. Itulah balasan kami untuk ayah berengsek sepertimu!" maki Abrar yang sudah menyelesaikan makanan dan es krimnya.
"Kak..! Bagaimana caranya kita membeli sahamnya ayah kalau kita sendiri tidak punya uang," keluh Azira.
"Kita akan beli sahamnya dengan menggunakan uangnya bunda. Kita bisa melakukan transaksi jual beli saham dengan uang tabungan bunda yang beliau tabung untuk pendidikan kita. Aku akan meretasnya tanpa bunda mengetahuinya," ucap Abrar penuh keyakinan.
"Apakah kita akan mendapatkan keuntungan dari membeli saham itu kak?" tanya Azira.
"Tentu saja. Kalau kita membelinya sekarang, lima tahun kemudian keuntungan yang kita dapatkan yaitu 3 kali lipat. Di saat itulah kita akan buat bunda menjadi orang kaya tanpa mengandalkan daddy Mark saat memasuki usia pensiunnya," imbuh Adam.
"Kak. Bagaimana caranya kita mengklaim perusahaan ayah menjadi milik kita?" tanya Azira.
"Kita butuh nama samaran Azira sebagai pemilik baru perusahaan tuan Rama," jawab Abrar yang tidak Sudi menyebutkan ayah pada Rama.
"Wah. Kakakku keren. Tapi kak, Azira boleh nggak balas dendam juga?" tanya Azira yang ingin ikut andil dalam ajang balas dendam pada ayahnya.
"Lakukan apapun yang kamu mau Azira. Kakak selalu mendukungmu," ucap Abrar mengacak rambut Azira.
"Oh iya kak, ngomong-ngomong, emangnya ayah kita punya perusahaan?" tanya Azira yang belum jelas informasi tentang ayahnya.
Abrar yang sedari tadi sudah berselancar di layar ponselnya untuk mengetahui siapa Rama, tentu saja tidak mungkin membual dengan ancamannya.
Kebetulan Rama merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia bahkan asia tenggara membuat putra pertamanya Alea ini mudah mendapatkan informasi tentang Rama dengan mencocokkan wajah Rama yang ada di ponselnya karena Rama saat ini duduk tidak jauh dengan tempat mereka saat ini.
"Wajah tuan itu sangat familiar di Indonesia Azira, jadi tidak sulit bagiku untuk melacak rekam jejak bisnisnya," ucap Abrar yang sangat mengusai IT.
"Alhamdulillah. Syukurlah kalau begitu. Berarti kita hanya tinggal menjalankan setiap rencana yang kita buat ya kak?" tanya Azira.
"Insya Allah. Semoga kita berhasil menjatuhkan tuan maha sempurna itu. Aku harus menghubungi bunda kalau kita sudah menyelesaikan makanannya," ucap Abrar seraya mengetik pesan singkat kepada Bundanya.
"Kak. Apakah rencana kita ini harus kita beritahu bunda?" tanya Azira.
"Rahasiakan apapun dari bunda karena ini adalah bagian kejutan untuknya. Hanya dengan cara itu kita akan membalas sakit hati bunda pada tuan itu.
Dan bunda tidak akan pernah menyesal telah melahirkan kita ke dunia ini dengan segenap jiwa raganya. Cukuplah air mata bahagia yang ia teteskan untuk kita," ucap Abrar penuh keyakinan.
"Siap kak. Aku akan mendukung rencana kakak," imbuh Azira.
Sementara itu Alea yang sedari tadi belanja untuk kebutuhan pernikahannya dan anak-anaknya serta bibi Sari akhirnya sudah selesai.
Alea tersenyum saat membaca pesan dari putranya Abrar lalu membalas pesan itu.
"Bunda akan segera menjemput kalian. Sekarang sedang menuju ke restoran pizza," tulis Alea untuk membalas pesan anaknya.
Alea buru-buru jalan ke restoran pizza. Wanita ini tidak tahu jika saat ini Rama berada di restoran itu juga. Begitu tiba di restoran itu Alea berjalan sambil menenteng tas belanjaannya.
Wanita ini melambaikan tangannya ke arah anak kembarnya yang langsung menyambutnya. Rama yang melihat Alea baru masuk ke resto pizza itu kini beralih menatap wajah bocah kembar yang tidak identik itu.
Sesaat kemudian matanya terbelalak melihat kesempurnaan fisik anak kembarnya yang terlihat tumbuh sehat apa lagi sangat tampan dan cantik. Melihat Alea yang sudah berdiri dekat anak-anaknya dan langsung mengajak keduanya pulang, Rama memperhatikan tubuh anak kembarnya yang terlihat sangat sempurna bahkan tidak ada terlihat seperti orang sakit apa lagi cacat.
"Apakah itu anak kembarku dan darah dagingku?" tanya Rama dengan jantung yang sudah tidak baik-baik saja hingga tanpa sadar meneteskan air matanya.
👍❤❤❤❤
👍❤