Percaya tidak kalau keberuntungan seseorang yang pertama kali adalah terletak di rahim mana Ia di lahirkan. Terlahir dari rahim seorang yang punya moral tidak baik harus membuat Kayla Lestari berjuang extra agar tidak mengikuti jejak sang Ibu.
Mampukah Tari melakukan itu ??
Yuk simak selengkapnya, jangan lupa dukung karya Author
Rate, like, komen, fav dan share ya, makasih.
Love you all💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan konyol El
Tari kembali di sibukkan dengan rutinitas nya sehari hari, dari pagi sampai petang. Ia menjalani semuanya dengan senang hati termasuk menjadi singgle mom untuk Putra semata wayangnya.
" Eh Dok gimana gimana kemarin. Cerita dong, aku penasaran nih " Risma begitu penasaran dengan kisah pertemuan dua Dokter yang cantik dan tampan itu menurutnya.
" Apanya yang gimana gimana Ris "Tanya Tari
" Ish Dokter mah, itu si Dokter tampan. Gimana ceritanya, kok bisa bisa kalian. Hm dari yang aku lihat seperti nya kalian sudah saling mengenal jauh sebelumnya. Tapi itu kalau menurut penilaian ku sih, bagaimana Dok. Apa tebakan ku ini benar "
Risma menaik turunkan alisnya menunggu jawaban Tari
" Apa kamu sangat ingin mengetahui semuanya Ris "
Risma mengangguk cepat karena memang Ia sangat penasaran dengan masa lalu keduanya.
" Baiklah ! Kami memang dulu pernah kuliah di tempat yang sama, nah dari situ kami kenalan, tapi tidak lama hanya sebentar saja, karena waktu itu dia pindah ke luar negri dan aku pindah kemari "
Risma mengerutkan keningnya merasa ada yang ganjal mengenai penjelasan sahabatnya itu.
" Apa dulu kalian pernah menjalin hubungan yang serius " Jiwa kepo nya mulai meronta.
Tari memandang sahabatnya itu dengan tatapan bingung, apa sebegitu ingin nya Risma mengetahui masa lalunya.
" Tidak, kami hanya kenal begitu saja " Jawab Tari tanpa melihat kepada orang yang mengajaknya bicara.
" Oh begitu, ya sayang sekali. Padahal tadinya aku berharap kalian jodoh. soalnya cantik dan gantengnya sebelas dua belas gitu, cocok kalau kalian akan jadi orang tuanya baby kulkas sepuluh pintu "
Tari menggeleg geleng seraya menahan tawa, ada ada saja tingkah Risma yang membuatnya serasa naon nano.
" Namanya Arka, bukan baby kulkas sepuluh pintu. Kamu ini ada ada saja, dan ingat jangan coba coba berspekulasi yang tidak tidak, dia itu sudah punya Istri. Kamu mau Istrinya itu ngamuk dan menjadikan mu sate guling, kalau aku mah ogah "
Keduanya pun tertawa bersamaan
Jam makan siang tiba namun Tari masih juga di sibukkan dengan pekerjaan nya, Ia sengaja menunda makan siangnya.
Saat sedang fokus tiba-tiba terdengar pintu di ketuk dari luar.
" Masuk "
Tari melepas kertas yang ada di tangannya ketika melihat siapa yang datang.
" Assalamu'alaikum " Salam di ucapkan oleh Tari karena orang yang masuk tidak mengucapkan salam.
" Oh wa'alaikum salam. Maaf lupa " Ucap El salah tingkah.
Ia benar-benar malu karena lupa mengucapkan salam sebelum masuk dan berakhir yang punya ruangan yang mengucapkan salam untuk nya.
" Tidak apa apa, ada apa Dok " Tari langsung bertanya perihal Pria terpandang itu ada di ruangannya ketika beberapa orang tengah menikmati jam makan siang.
" Ah, aku tadi ke kantin tapi tidak melihat kamu disana, makanya aku berinisiatif membawakan makan siang untuk mu. Ini makanlah "
El meletakkan kotak nasi di atas meja kerja Tari, Tari mendadak bingung dengan sikap El.
Untuk apa Pria seperti El memperhatikan nya, dia bahkan bela belain membawakan makan siang untuk nya. Mengingat bahwa tidak ada hubungan apa pun di antara keduanya, tentu membuat Tari semakin bingung.
" Apa Dokter tidak salah " Tanya Tari kemudian.
Kini El yang mengerutkan keningnya.
" Salah ! maksudnya salah apa "
" Ya salah, apa Dokter tidak merasa aneh. Dokter membawakan makan siang untuk ku, seorang bawahan " Tari menekankan setiap kata katanya.
El mendadak gugup, Ia tidak tahu harus bereaksi apa.
" Itu ~ itu sudah biasa Lestari, kamu itu Dokter disini dan aku. Hm ~ aku..... aku adalah pemilik rumah sakit ini, jadi aku harus baik dan bertanggung jawab pada bawahan ku. Karena tadi kamu tak kunjung keluar, jadi aku bawakan saja makan siang sekalian "
El susah paya mencari alasan yang tepat, sementara Tari merasa alasan El itu sangat konyol dan nampak di buat buat.
" Apa Dokter memang selalu baik kepada seluruh Dokter dan juga Suster yang ada disini " Tanya Tari
El semakin gelagapan, Ia bingung mau menjawab apa.
" I~ iya tentu saja " Terpaksa El mengiyakan.
" Oh gitu ya "
El mengangguk angguk dengan cepat.
" Sudahlah, cepat di makan nanti keburu dingin tidak enak "
Sampai saat ini Tari masih bingung tentang perubahan El, mengingat dulu jangankan untuk dekat dengannya menyapanya saja Ia ilfeel.
" Baiklah aku keluar dulu, silahkan di makan " El pamit pada Tari.
Tari memandangi kotak nasi yang ada di meja kerjanya itu, Ia bingung harus makan yang mana sedangkan Ia kebetulan hari ini membawa bekal sendiri.
Tari membongkok mengambil bekal makan siang nya namun tiba-tiba Ia di kejutkan dengan suara El lagi.
" Nanti sore pulang bareng ya " Seperti biasa Tari hanya memandangnya tanpa memberi jawaban apapun.
***
Tari menoleh kebelakang nampak El yang sedang berlari kecil mengejarnya. Tari menghela nafas berat, padahal Ia ingin menghindar tapi Pria itu malah mengejarnya.
" Tunggu Tari " Tari menghentikan langkahnya.
" Katanya mau pulang bareng, kok sudah mau pulang duluan "
Baru beberapa hari saja kehadiran Pria itu sudah membuat Tari jengah.
" Maaf Dok, tapi aku bawa mobil sendiri dan anda juga bawa mobil sendiri, terus bagaimana caranya kita pulang bareng "
El menggaruk garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
..." Benar juga, gimana caranya biar bisa pulang bareng, sedangkan kami membawa mobil masing masing" Batin El...
" Ah iya, aku yang ikut dengan mu Tari " Sebuah ide tiba-tiba muncul di benak El.
Tari berpikir sejenak mengartikan ucapan El
" Ikut dengan ku, tapi mobil anda mau di kemanain Dok "
El tertawa cengengesan sambil garuk garuk kepala.
" Ah iya Tari, mobil ku sebenarnya mogok. Aku baru ingat, makanya aku nebeng sama kamu. Sekalian aku juga ingin mengunjungi Tante Maudy "
Terpaksa Tari mengalah, meskipun alasannya konyol namun Ia tidak bisa mengabaikan Pria itu.
" Baiklah, ini kunci mobilnya. Dokter yang nyetir.
Tari menyerahkan kunci mobil pada El, El dengan senang hati membukakan pintu itu Tari, setelah nya Ia berlari kecil duduk di balik kemudi.
......"Alhamdulillah, berhasil " Batin El bersorak. ......
Di sepanjang perjalanan Tari hanya memandang keluar jendela, hanya sesekali Ia menjawab pertanyaan El ketika pria itu bertanya padanya.
***
Hai Bunda syanti, mampir dong. Jangan lupa tinggalkan jejaknya, biar semangat up nya.
Komen tentang ekspresi yang tepat dalam cerita ini gimana ya, soalnya authornya memang minim ekspresi.
El - Tari
Kevin - Vania
Alvin - Risma
Ilmi - Imel
🥰🥰🥰🥰🥰